_Choose one_√

2.1K 243 4
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 22 • Choose One
___________________________

Sesuai apa yang Renjun katakan kemarin bahwa ia akan menjemput Nakyung untuk ke sekolah besok. Dan sekarang itu ia lakukan. Berdiri di dekat montor matic nya menunggu kehadiran gadis cantik yang akan duduk di jok motornya nanti. Sebelum gadis cantik itu benar benar keluar dari rumah, Renjun lebih dulu merapikan surai dan kacamatanya di kaca spion. Ah, bahkan itu hanya memberikan sedikit perubahan sebab ia memang sudah rapi sejak dari rumahnya.

"Udah nunggu lama?" tanya Nakyung yang baru saja keluar dari rumah dengan tas punggungnya warna merah. Dan ia dihadiahi senyuman hangat dari Renjun, juga usapan lembut di pucuk kepalanya. "Ish, nanti berantakan, Jun." Kesal Nakyung.

"Justru aku itu mau ngerapiin rambut kamu."

"Dih, rambut gua udah rapi kali," kata Nakyung tidak terima. "Mana helm gua." Tangan Nakyung terulur bermaksud Renjun memberikan helmnya.

"Nih." Renjun memberikan helmnya.

"Heh! Nyebelin banget sih lo." Nakyung memukul lengan Renjun membuat si empu meringis. Dan untung saja respon Renjun cepat karna kalau tidak kemungkin dirinya akan jatuh bersama dengan montornya.

"Sakit, Na."

Mulut Nakyung mencibir. "Salah sendiri main makein helm ke kepala gua." Iya, saat Nakyung ingin mengambil alih helm, Renjun dengan cepat memakaikan di kepala Nakyung.

"Kan sekalian," sahut Renjun.

"Kin sikiliin," balas Nakyung dengan wajah mengejek.

Renjun terkekeh saat Nakyung mengulang kalimatnya dengan huruf vokal 'i' semua. Dan Nakyung sambil mengejek, ia naik ke jok belakang. Jika saja Renjun itu orangnya usil seperti Rengun maka sudah dipastikan Renjun akan mengendarai montornya saat Nakyung ingin naik. Parahnya nanti Nakyung malah jatuh, membuat tubuhnya mencium tanah.

Beruntung mereka berbeda.

"Udah belum?" tanya Renjun memastikan.

"Idih bilim." Nakyung kembali mencibir.

"Na, ini aku beneran tanya lho."

"Ni, ini iki binirin tinyi lhi."

"Na." Nada bicara Renjun memberat.

"Iya, gua kan cuman bercanda.

"Ga lucu."

"Dih marah—heh!"

Tuk.

"Ngeselin banget sih lho Jun. Kalo gua jatuh gimana nanti? Huh!" Nakyung yang tadi refleks melingkarkan tangan di perut Renjun karena si empu tanpa aba aba langsung menjalankan montor saat Nakyung belum siap. Dan setelah memastikan Renjun mengendarai montor dengan benar barulah Nakyung menyimpan kembali tangannya lalu mengetuk sebal helm milik lelaki di depannya.

Renjun yang melihat wajah sebal Nakyung dari kaca spion jadi terkekeh sendiri. Raut sebal Nakyung malah menjadi hiburan untuk Renjun, lucu saja begitu.

***

"Kenapa harus ada pilihan antara Renjun or Rengun?"

Nakyung mencoret-coret buku tulisnya bagian belakang sambil mengguman tidak jelas. Ia sedang dilanda kebingungan sekarang. Beruntung pelajaran kali ini gurunya tidak masuk kelas, jadi kalau mau males-malesan bebas. Tadi sih dikasih tugas melalui ketua kelas, tapi tenang aja, tugas Nakyung sudah beres dan sekarang sedang dipinjam oleh Haechan.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang