_Mati Lampu_√

1.8K 226 38
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 30 • Mati Lampu
___________________________

Besoknya berjalan seperti biasa. Ah, tapi ada sedikit perbedaan dari hari sebelumnya perihal hubungan yang terjadi antara Nakyung dan Renjun. Kedua makhluk berbeda gender itu sudah berbaikkan sejak kemarin sore.

Dan Renkyung (Renjun dan Nakyung) kini berada di perpustakaan daerah sejak beberapa jam lalu setelah jam pulang sekolah. Mereka sedang sibuk dengan bukunya masing masing. Entah kenapa pengunjung di hari ini tidak terlalu ramai seperti kemarin. Nakyung sudah selesei dengan mapel membosankan di depannya beralih ke mapel favoritnya, Ipa Biologi. Dirinya lebih tertarik menghafal sebelum menghitung karena fisika dan matematika berada diurutan kedua. Ketiga yaitu mapel bahasa dan sejarah. Olahraga dikesampingkan, masuk ke dalam list berbeda.

Black list kalau bisa.

Sebab Nakyung sangat anti dengan yang namanya lapangan outdoor.

Tapi Nakyung tetap berolahraga dengan gayanya sendiri, yaitu dengan berlatih koreografi milik boyband yang ia sukai.

Sudah tahu kan boyband apa?

Mari kita mengalihkan atensi pada lelaki Huang dengan kacamata tebalnya yang tak kalah diamnya dari Nakyung. Sesekali membenahi kacamata bulatnya yang melorot. Renjun sudah habis membaca empat buku cetak. Tak tahu kalian percaya atau tidak, bahkan Renjun juga merangkum empat buku tersebut.

Nakyung sempat bertanya di tengah Renjun yang sedang sibuk merangkum. Bagaimana bisa Renjun merangkum buku cetak setebal itu, mana ada empat lagi.

Renjun terkekeh melihat raut bingung gadis Lee di depannya. Dengan santai ia menjawab bahwa dirinya hanya menulis yang menurutnya menjadi point penting. Itu saja kalau ada materi yang sangat belum dipahami betul. Satu buku cetak ditulis dalam lima lembar halaman buku tulis.

Nakyung be like.

Nakyung menoleh ke kiri dan kanan. Mencari keberadaan jam dinding, ah ternyata sudah pukul 05.45 P.M. Lalu beralih melihat jendela kaca di dekatnya. Warna langit tak lagi bersahabat. Gumpalan awan hitam mulai bergerombol. Nakyung meneguk ludah kasar.

"Jun, lihat langitnya mendung."

"Eh, iya," kata Renjun setelah mengalihkan pandangan ke arah jendela kaca yang memperlihatkan keadaan sekitar. "Kamu udah selesai?" tanyanya pada gadis Lee di depannya.

Nakyung mengangguk lalu memasukkan buku yang sengaja sudah ia pinjam sebelumnya, jadi tak perlu lagi datang di meja peminjaman atau pengembalian buku.

"Yaudah yuk kita pulang," ajak Renjun yang juga sudah merapikan bukunya.

Keduanya berjalan beriringan ke luar perpustakaan. Beruntung jalanan lengang, kendaraan yang lewat hanya hitungan jari. Nakyung meremat kuat almamater milik Renjun dari belakang.

Rintikan air hujan mulai menetes mengenai tangan polos Nakyung, ia memperingati Renjun untuk menambah kecepatan, takut takut jika ada petir yang menyambar.

Dan kini motor Renjun sudah sampai di depan halaman rumah Nakyung.

"Jun, makasih ya," kata Nakyung setelah turun dari motor Renjun lalu memberikan helm pada pemiliknya. "Mending lo mampir dulu, hujannya makin deres nih," suruh Nakyung.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang