_Memangnya Mirip?_√

2.2K 274 61
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 18 • Memangnya Mirip?
___________________________________

Hari ini Lee Nakyung memilih untuk tidak masuk sekolah. Bukannya karna ia malas malas, tadi pagi bahkan dirinya sudah siap untuk berangkat sekolah, tinggal pamit dengan eomma nya. Tapi tiba tiba saja kepalanya pusing dan perutnya terasa seperti ditusuk tusuk menggunakan jarum oleh tangan tembus pandang. Ingin rasanya ia pergi ke dataran tinggi lalu loncat saja ke jurang. Saking ia tak tahan dengan rasa sakitnya.

Tidak perlu dijawab kenapa ia mengalami itu. Sebab kalian selaku bergender perempuan pasti setiap bulannya akan mengalami apa. Sudah menjadi hal yang biasa terjadi di setiap bulannya.

Bisa dibilang itu adalah sebuah petaka maupun keberuntungan untuk Lee Nakyung. Petakanya sudah disebutkan di paragraf sebelumnya sedangkan keberuntungannya ia tidak akan bertemu dengan Jaemin selaku mantan kekasihnya di sekolah.

Hatinya masih terasa sakit mengingat Jaemin dengan teganya menampar Nakyung di tempat umum hanya untuk gadis yang bernama Hina. Nakyung merasa jika dirinya lah yang seolah-olah menjadi pihak ketiga jika dilihat dari sudut orang-orang di taman itu yang tidak tahu apa-apa. Padahal yang sebenarnya tidak seperti itu.

Nakyung mengepalkan tangan lalu mulai menonjok bantalnya. Nakyung marah dengan si Hina itu. Ingin sekali ia hina-hinakan. Huh.

Nakyung menggeram marah karena Hina juga perutnya yang tiba tiba terasa sakit lagi. Ia menggigit bibir bawahnya menahan untuk tidak menjerit sekeras kerasnya agar tidak mengekpresikan betapa sakit perutnya.

Setelah rasa sakit mereda. Nakyung memilih untuk ke luar kamar, bermaksud untuk mengambil air minum. Sesampainya di dapur ia melihat eomma nya yang sedang mengaduk-aduk minuman yang berwarna jingga pekat. Nakyung meneguk ludah kasar. Ia tidak terlalu bodoh untuk tak tahu minuman apa yang sedang dibuat oleh eomma nya. Itu adalah jamu kunyit asam. Diminum untuk meredakan rasa sakit saat sedang datang bulan.

"Eh dek, gimana? Perut kamu udah mendingan belum?" tanya Nyonya Lee yang sudah selesai mengaduk minuman.

"Eum, udah baikan kok eomma." Bohong Nakyung lalu membuka pintu kulkas bermaksud mengambil botol air mineral dingin.

"Mau apa kamu?" tanya Nyonya Lee melihat Nakyung ingin membuka tutup botol yang ingin dituangkan di gelas kaca.

"Mau minum."

"Iya eomma tau kalo kamu mau minum. Tapi jangan minum dingin pas lagi datang bulan. Itu ga baik buat kesehatan kamu. Memang di masa muda sekarang ga bakal kerasa, tapi pas tua kamu bakal ngrasain rasa sakitnya. Kamu bakal nyesel nanti. Dan akhir-akhirnya nasi sudah menjadi bubur." Ingat Nyonya Lee lalu merebut botol minuman di tangan kanan anak gadisnya. "Ini eomma aja yang minum. Nah kamu mendingan minum ini aja, kunyit asam, selagi masih anget." Nyonya Lee meletakkan gelas tepat di depan Nakyung yang kini menatap miris.

"Kok diem aja? Diminum dong anak eomma yang cantik."

"Ugh, pait eomma. Nakyung ga mau." Kata Nakyung dengan memasang ekspresi orang biasanya yang sehabis minum pahit. Berharap saja ia bisa kabur dari meneguk cairan jingga tersebut.

"Pait eomma." Nakyung memasang muka tidak suka. Berupaya agar Nyonya Lee mengasihani.

"Ish kamu tuh ya. Dari mana kamu bilang pait kalo belum nyoba?" Nakyung mengerucutkan bibir. "Dulu eomma pas pertama lihat juga mikirnya pait, tapi ternyata pas minum ga tuh, paling rasanya asam sesuai namanya."

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang