Sebentar lagi tim penilai akan datang untuk menilai kebersihan sekolah SMA Pelita. Akan ada pertandingan sekolah terbersih di Jakarta untuk tingkat SMA. SMA Pelita tentu tak ingin ketinggalan untuk pertandingan ini. Apalagi sudah 5 tahun berturut-turut menjadi juara 1 sekolah terbersih. Oleh karenanya di sela pembelajaran, ibu guru diperintahkan untuk sementara 3 jam pembelajaran diganti untuk membersihkan kelas masing-masing."Pelajaran hari ini kita tunda dulu ya. Sebentar lagi Tim Penilai akan datang untuk mengecek kebersihan kelas ini. Ada baiknya kita sebagai penghuni kelas XI.IPA 2 bergotong royong membersihkan kelas ini." Penjelasan dari wakas XI.IPA 2.
Pipit dan Dyandra diberi tugas untuk membersihkan kaca jendela sedangkan murid laki-laki bertugas menata bunga di luar kelas. Ketika Pipit sedang nge-lap kaca. Pipit menatap Hanifan melalui kaca jendela. Pipit mengingat kembali kenangan bersama Hanifan. (Kamu berubah, sangat berubah). Benak Pipit.
Pipit mengeluarkan air mata. Pipit menyembunyikan air mata dengan membelakangi kaca jendela sebab ia sadar berlama-lama melihat Hanifan, tentu Hanifan akan menyadari sedang dilihat olehnya. Dyandra yang berada di sebelah Pipit mencoba menenangkan.
"Kamu kenapa,Pit?" Dyandra bertanya dengan belas kasihan.
Pipit bersandar di pundak Dyandra. Ia ingin menumpahkan perasaannya kepada temannya seorang. Dyandra yang melihat ke arah jendela, tempat Pipit sebelum bersedih. Dyandra lantas paham dengan alasan Pipit menangis.
"Sudah kubilang. Jangan terlalu dekat dengan seseorang. Terlanjur jatuh, ya sakit sendiri,Pit." Dyandra menasihati Pipit lagi. Walaupun tak akan paham dengan perasaan Pipit, Dyandra selalu mencoba untuk mengerti.
"Tapi aku kan nggak pernah tahu akan terjadi seperti ini." Pipit membalas nasehat dari Dyandra sambil menghapus air mata.
"Iya. Karena itu adalah kesalahan sendiri. Sudahlah telah berlalu juga." Dyandra kembali menjelaskan. Dyandra menghapus air mata Pipit yang terus saja mengalir.
"Sudah jangan menangis. Tak usah disesali." Dyandra merasa jika apa yang membuat Pipit susah melupakan adalah karena ia belum bisa memaafkan dirinya sendiri. Lalu, Pipit mengangguk dan kembali tersenyum.
"Thank's." Mereka bergandengan. Gandengan tanda persahabatan.
###
SAFA'S POV
Aku disuruh membawa berkas milik guru ke ruang kepala sekolah. Pandanganku kabur. Saat berbelok ke arah kanan aku tidak melihat seseorang akan melintas ke arahku akibatnya aku menabrak orang itu. Berkasku terhambur. Aku mencoba memungut dan menyusun kembali berkas. Aku dan seseorang yang tak kukenal bersamaan memungut berkas tersebut.
"Biar aku yang membawa berkas ini. Memangnya mau dibawa kemana?" Pria itu ingin membantuku yang sepertinya tahu jika keadaanku tidak begitu sehat.
"Ke ruang kepsek!" Kataku saat mengumpulkan berkas kembali. Dia langsung mengambil berkas dari tanganku dan segera membawanya ke tujuan. Sebelumnya kejadian ini disaksikan oleh Clara.
"Huft! Capek banget." Kata Clara sambil meminum minuman dingin lalu, dia duduk di kursi koridor berbarengan dengan Wilda.
"Gue juga kali." Wilda menyambungkan keluhan dari Clara. Mereka saling berkeluh kesah setelah menjalani hukuman selama 5 jam.
"Wow sempurna. Liat deh Clar." Wilda terlihat kagum pada satu pengamatan dengan menunjuk pada pengamatan itu.
"Brengsek. Sok genit banget tuh cewek." Clara sangat kesal dengan pengamatan itu.
"Cabut!" Clara memerintahkan Wilda untuk menjauh dari tempat itu.
Aku tak sanggup lagi berjalan. Kepalaku pusing. Tanganku se-sekali memegang kepala berharap tak terjatuh. Apa daya badanku telah jatuh tak sadarkan diri.
"Safa!" Kembaranku berteriak dari arah sana yang melihatku jatuh ke lantai.
###
AUTHOR'S POV
Selepas pulang sekolah, siswa yang mengikuti ekstrakulikuler pencak silat diperintahkan untuk tetap tinggal di sekolah untuk mengikuti latihan pencak silat dalam persiapan lomba olimpiade sains beberapa bulan ke depan. Termasuk Hanifan dan Pipit yang termasuk dalam anggota pencak silat yang telah terpilih untuk mewakili sekolah Pelita. Sesampainya mereka di sana, merekapun diberi arahan oleh pelatih pencak silat yang ber-asal-usulkan kota Makassar.
"Kita akan mempraktikkan cara yang tepat melakukan tendangan T. Jadi, Tendangan T bagian kaki harus lurus mengarah ke lawan dan harus mengenai perut lawan. Supaya akan menjadi poin bagi yang melakukan tendangan dan tidak menjadi poin jika terjadi sentuhan/dorongan. Jikalau ingin membatalkan tendangan lawan gunakan tekhnik guntingan." Begitulah penjelasan ketua pencak silat SMA Pelita.
"Baik sekarang bentuk kelompok ganda setiap kelompok terdiri dari 6 orang, 3 pria dan 3 wanita. Hanifan dan Pipit kalian akan beradu!"
Vote
Comment
🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Impian
Teen Fiction"Agata!" Aku menyebut nama si pemilik rumah. "Safa!" Dia juga menyebut namaku. "Oh, sis. Dia yang sering aku ceritakan kepadamu." Agata berkata pada Carolin. Agata mendekatku dan melihat diriku yang telah hijrah. ...