Kata mamaku aku berbeda dari hari kemarin. Sudah jarang di rumah selepas pulang dari sekolah. Aku juga tak mengerti tentang perubahanku ini. Sebagian hariku telah dikuasai oleh si pemilik cintaku.Maklum. Kisah anak remaja masa kini. Remaja sekarang telah berlomba-lomba membuat masa mudanya sebagai masa yang paling indah dalam hidupnya dan ingin menjadi pemenang di hari tua nanti sebab suatu saat kita adalah penentu kehidupan untuk generasi kita selanjutnya.
"Sif, akhi-akhir ini Safa kok sering keluar malam?" Mama bertanya padaku tentang alasan jarangnya Safa ada di rumah.
"Jadi begini mama. Sekarang Safa sudah punya pacar. Pacarnya Safa itu siswa SMA Pelita juga, ma tapi dia kakak kelasnya Safa, ma. Dia itu cowok keren di sekolahnya Sifa ma. Sifa juga gak tahu bagaimana mereka bisa saling mencintai." Aku mendeskripsikan tentang Agata, pacar dari saudara kembarku.
"Assalamu'alaikum." Aku masuk ke dalam rumah dengan mengucap salam.
"Tuh, Safa sudah pulang ma." Aku mendengar Safa telah sampai ke rumah. Ternyata, Sifa dan mama sedang duduk di ruang keluarga. Batang hidung ayah belum kelihatan. Jika ayah belum pulang di jam 10 malam. Yakinlah besok pagi baru ayahku pulang.
"Wa'alaikumsalam." Mama menjawab salamku. "Sudah pulang kamu, nak." Kata mama padaku sambil mencim tangannya. "Iya mama." Kataku.
"Kalau lagi dekat sama cowok hati-hati ya nak. Jangan terlalu cinta." Mama melanjutkan ucapannya ketika aku hendak masuk ke dalam kamar. Aku yang mendengarnya baik-baik langsung menyahut."Iya mama. Agata anak yang baik kok." Aku yang telah tahu bahwa mama sudah mendengar cerita tentang Agata dari Sifa berusaha meyakinkannya bahwa Agata anak yang baik, tidak seperti yang ada di pikirannya.
...
Aku dan Sifa akan berangkat menuju restoran tempat kami bekerja. Saat kami keluar dari rumah, kami melihat sebuah mobil berwarna hitam terparkir di depan rumah. Pemilik mobil itu menurunkan kaca mobilnya dan memanggilku.
"Safa!" Aku yang belum melihat jelas wajah yang berada di dalam mobil lalu mendekat. Semakin dekat aku semakin mengenali wajahnya. Ternyata ia adalah Agata.
"Agata?"
"Iya Safa. Biar aku yang mengantarmu ke restoran. Kamu panggil Sifa juga. Kita sama-sama ke sana. Aku juga ada keperluan kok di sana." Kata Agata padaku dibalik kaca mobil.
"Kamu baru beli mobil lagi, ya Aga?" Tanyaku kecewa.
"Nggak, Saf. Ini mobil mamaku." Agata menjawab. Akupun balik badan ke Sifa dan memanggilnya untuk masuk ke mobil Agata.
"Sifa kita berangkat naik mobil Agata aja. Ayo ke sini." Kataku pada kembaranku yang berada 5 meter dariku. Sifapun mendekat kepadaku dan masuk ke mobil Agata. Nampaknya Agata tak tega jika aku harus mengayuh sepeda terlalu lama karena letak restoran yang begitu jauh dari rumahku.
"Tadi aku lihat kamu kaget banget lihat mobil ini." Agata berkata padaku di tengah perjalanan sambil terkekeh pelan."
"Biasanyakan mobil yang singgah di rumahku itu Cuma 1 Cuma mobil warna putih. Tapi kali ini warna dan modelnya berbeda. Terus manggil-manggil aku segala. Ih Kaget banget. Aku kira kamu siapa, Aga." Aku berkata dan mencubit lengannya ketika mengucapkan kekagetanku.
"Memang iya? Kamu kaget." Agata mencandaiku sebab terlihat serius saat bercerita.
"Iyalah." Aku yang tadinya bersemangat berbicara langsung jadi tak bersemangat.
"Udah dong kalian bercandanya. Di belakang sini aku jadi obat nyamuk di antara kalian." Sifa berkata untuk menyinggung kami yang tak mempedulikan kehadirannya.
"Maaf Sifa." Agata meminta maaf pada saudara kembarku.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Impian
Teen Fiction"Agata!" Aku menyebut nama si pemilik rumah. "Safa!" Dia juga menyebut namaku. "Oh, sis. Dia yang sering aku ceritakan kepadamu." Agata berkata pada Carolin. Agata mendekatku dan melihat diriku yang telah hijrah. ...