-Negeri Impian-

37 1 0
                                    


"Safa ini buat kamu." Hanifan memberikanku minuman dingin.

"Makasih yah Hanifan. Tahu aja kalau aku lagi kehausan." Kataku pada Hanifan. Kuminumnya minuman yang diberikan Hanifan padaku dan mataku tak pernah berhenti mengawasi Agata. Kulihat Agata memberikan sebotol minuman pada wanita pujaan barunya.

"Beb kamu haus kan? Ini aku belikan minuman buat kamu. Agata memberi cewek itu yang tengah duduk di bawah atap dan kulihat wanita itu sangat bahagia ketika Agata memberinya perhatian.

"Apaan sih kayak kambing saja panggil beb." Kataku dalam hati.

...

Sudah 7 hari 7 malam Agata mengacuhkanku. Aku ingin menyerah saja. Aku harus berbicara padanya untuk mendapatkan kejelasan tapi tidak di depan wanitanya. Dengan segera aku mencari Agata di luar rumah. Setelah melirik ke sana kemari aku melihat Agata duduk sendirian di bawah malamnya langit. Sangat tepat untukku berbicara padanya.

"Agata." Aku memulai obrolan.

"Iya?" Dia menyahut dengan membalikkan wajahnya ke arahku. Sepertinya dia menerimaku untuk berbicara dengannya. Aku langsung duduk di dekatnya.

"Ada yang mau aku bilang sama kamu." Kataku padanya.

"Oh kebetulan aku juga mau bilang sesuatu ke kamu." Katanya jua padaku. Apakah mungkin dia akan memutuskanku. Hati ini benar-benar tertusuk dan ragu-ragu untuk berbicara. Aku menatap wajahnya untuk meyakinkan diriku bahwa dia sudah melupakanku. Sebelum dia mengatakan duluan lebih baik aku duluan yang berbicara.

"Tapi aku duluan yah yang berbicara." Pintaku padanya.

"Sepertinya kita gak usah mengobrol di sini deh. Nanti ada yang dengar. Lebih baik di sana saja." Agata meminta untuk berpindah tempat.

"Oh iya." Kataku dengan mengikuti arah yang ia ingini. Namun, tempat yang ia tunjukkan kepadaku adalah ruang yang gelap. Aku takut untuk memasuki ruangan itu.

"Ayo masuk!" Agata memerintahku.

"Kamu mau ngapain di sini, Agata?" Kataku padanya dengan suara gemetaran.

"Tadi kamu bilang ada sesuatu yang mau kamu bilang. Ya di dalam kita mengobrol." Katanya demikian sementara aku hanya terdiam dan Agata menarik tanganku menuju ke dalam ruangan itu.

"Kamu mau bilang apa?" Agata bertanya padaku.

"Aku mau bilang sebenarnya." Aku langsung berbicara tentang yang akan kukatakan. "Aku mau bilang." Kataku ragu-ragu.

"Iya?" Agata meng-iyakan yang ingin aku bilang. Tiba-tiba lampu menyala dengan cahaya yang berwarna-warni.

Lalu Agata menyingkir dari hadapanku. Di belakangnya ada kertas yang bertuliskan, "I Love You bawelnya Agata." Aku yang melihatnya tak tahu apa-apa dan mengira tulisan itu bukan untukku. Dari belakangku ada suara yang sedang menyanyi.

"Happy birthday to you, Happy birthday to you, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday Safa." Dua orang itu adalah wanita yang bersama Agata kemarin dan Pipit. Mereka berjalan dan membawa kue ulang tahun dengan beberapa batang lilin yang sudah dipasang.

"Dan Sifa." Sifa melanjutkan. Jika hari ini ulang tahunku maka hari ini ulang tahunnya juga. Aku tertawa dan terharu kepada mereka yang telah memberikan hadiah ini di luar perkiraanku.

"Makasih Sifa." Kataku pada Sifa sambil memegang kedua pipinya dan memeluknya.

"Makasih Pipit." Kataku juga pada Pipit sambil meniup lilin yang ada di kue ultah itu.

"Hmm Safa yang di belakang kamu di cuekin sih?" Sifa berkata padaku.

"Biarin. Dia itu keterlaluan. Hati aku tertusuk-tusuk gara-gara dia." Jawabku pada Sifa dengan melipat kedua tanganku.

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang