-Negeri Impian-

82 13 5
                                    


"Safa."

Ayah melihatku baru tiba di rumah. Tak hanya itu ia melihat seragam cowok yang telah mengantarku pulang basah terkena air hujan. Ayah menyuruhku mengambilkan kaos untuknya agar ia dapat mengganti pakaiannya yang basah. Dia cukup pintar mencari akal agar ia bisa mengetahui segalanya tentang diriku. Apa yang ingin ia tahu dariku? Sedari tadi ia mengikuti langkahku dimana pun kutuju.

"Kamu itu mata-mata, ya?" Tanpa rasa ragu aku mengatakannya. Sesuatu yang tak dapat dibendung lagi pasti akan dikeluarkan secara spontan. Ih. Gumamnya saat mengeringkan seragamnya.

"Lihat! Kamu kan tahu Ini hujan deras. Gimana sih? Kalau kena hujan kebanyakan biasanya aku langsung sakit. Nggak syukuran banget jadi cewek sudah diantar pulang masih aja banyak tanya." Ujarnya.

"Jadi, kamu akan tetap disini sampai hujan reda?". Tanyaku dihadapannya sangat ingin mengetahui.

"Iyalah."

Masalahnya adalah jika hari ini hujan belum juga reda, apakah ia akan di sini berlama-lama? Sebuah do'a yang tak henti-henti kuucapkan dalam hati agar hujan segera mereda. Dia melihatku gelisah duduk di kursi menemaninya hingga ia pulang sesuai perintah ayah.

Sekitar sejam aku diam duduk di kursi teras rumah namun belum juga ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Dia lalu berdiri di dekat tiang rumah dengan tangan kanan yang dimasukkan ke saku celana. Sikap berdiri yang kelihatan cool banget. Tapi menjadi biasa di mataku akibat kekesalanku terhadapnya.

Hmm. Sebuah senyum sebelah kulihat dari wajahnya, akibat dari senyum itu terlihat juga sebuah lesung pipi. Nampaknya membuat suasana menjadi manis. Tapi nyatanya aku tak merasakan suasana manis saat ini, yang kurasa hanyalah suasana pahit. Dia berlari menuju ke mobilnya. Pamit ya. Serasa dia bahagia banget nampak dari wajahnya.

Akupun kaget melihatnya. Dari posisi duduk aku langsung berdiri. Kurang asem banget ni orang. Saat ini hujan belum reda tetapi dia...arghh ternyata ini akal-akalannya saja. Dia memang selalu menyiksaku. Ini membuat kekesalanku padanya bertambah.

AUTHOR'S POV

@rumahHanifan
Hanifan sedang berada di kamarnya yang berada di lantai 2. Hujan seperti ini, ia lebih memilih memainkan gitarnya dan membuat lirik lagu.

Aku jatuh cinta

Kepada dirinya

Sungguh, sungguh cinta

oh apa adanya..

Tiba-tiba Hanifan tertarik untuk melihat hujan dibalik jendela kamarnya yang lebar. Ia meletakkan gitarnya di tempat tidur dan berjalan menuju jendela kamar. Ia membayangkan saat ini ada wanita yang telah berhasil mengubah masa lalunya yang kelam. Ia hadir membawa kebahagiaan bagi dirinya. Apakah kamu melihat rintikan hujan yang ada di luar jendela? Ia adalah aku. Yang mencoba mengirim pesan pada rindu yang datang. Akankah kamu kembali? Mengobati rindu di setiap rapuhnya jiwa?

🔜

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang