-Negeri Impian-

89 14 0
                                    


"Liatin apa sih?" Aku bertanya dengan kesal sambil kupegang balon pemberiannya.

"Itu di belakang kamu ada adik kecil yang lagi asyik main layangan." Dia menjawab lumayan lama dan sempat salah tingkah berada di dekatku.

"Ouh." Aku berpura-pura menoleh ke belakang seakan aku percaya dengan ucapan Hanifan.

Merasa bosan dengan tempat yang ia tunjukkan padaku di awal, ia ingin menunjukkan lagi padaku suatu tempat yang menjadi sumber ketenangan hatinya. Hari ini cukup aneh seperti hari kebebasan bagi Hanifan. Pasalnya, dia berhasil membawaku bersamanya untuk pertama kali. Sepertinya ia ingin menyebarluaskan perasaannya padaku saat ini juga. Buktinya, ia merasa tak tenang berada pada tempat dimanapun ia berada, bersamaku. Aku jadi ikut tak tenang juga karena tingkahnya itu.

"Sekarang aku mau mengajak kamu lagi ke suatu tempat. Tempat yang akan membuat masalahmu berkurang." Sahut Hanifan tergesa-gesa.

"Emang ada ya tem-pat untuk menghilangkan masalah?" Aku menanyakan itu karena aku belum pernah mendengar tentang suatu tempat yang dapat meghilangkan masalahku.

"Ada lah." Hanifan menjawab serius.

...

Tibalah pada suatu tempat yang indah dan sejuk. Aku belum pernah mengunjungi tempat ini sesering tempat lain. Tempat yang begitu tenang dan damai, manamungkin ketenangan mereka dapat menyelesaikan masalah seseorang. Penghuni tempat itu hanya bisa diam dan saling menatap dengan sejenisnya sebagai makhluk hidup. Saat aku melihat ke bawah ada berbagai kendaraan yang dapat aku lihat sedang melintasi sebuah jalan. Tempat ini lumayan tinggi, setengah dari bukit.

"Inilah tempatnya. Tem-pat aku melampiaskan masalah ku. Kalau aku lagi kesal, bingung, atau marah aku pasti datang ke sini." Curhatan Hanifan saat mulai mendekati tempatku berdiri melihat kendaraan melintas dari atas.

"AAAAAA." Hanifan berteriak sesampainya di tempatku. Suara-suaranya dibawa oleh udara dan teriakannya sangat tinggi mengalahkan suara kendaraan yang melintas di bawah bahkan suaranya terpantul ke gunung sana.

"Coba kamu melihat ke depan dan melakukan seperti apa yang kulakukan tadi." Hanifan mempraktikkanku tentang cara yang dapat membuat masalahnya mereda.

Aku melaksanakan apa yang dikatakan oleh Hanifan. Aku berharap apa yang aku rasakan sekarang bisa terlepaskan dengan sebuah teriakan. Seperti yang dikatakan oleh Hanifan. Kemudian aku berteriak sekencang-kencangnya dan sepanjang-panjangnya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa Aaaaaaaaaaa." Teriakanku tak kalah tinggi dengan teriakan Hanifan.

Setelah melontarkan sebuah teriakan aku menahan nafas sangat dalam kemudian menghembuskannya, membuka mata lalu tersenyum lepas. Apa yang dikatakan Hanifan memang membuat perasaanku melega. Sakit pada kepalakupun terlupakan. Lalu, Aku menerbangkan balon yang diberikan Hanifan kepadaku. Sebelumnya aku menoreh harapan dalam hatiku agar suatu saat keinginanku dapat terwujud.

"Aku belum tahu pasti seorang Hanifan ternyata juga memiliki masalah." Setelah kulakukan perintah dari Hanifan, aku masih penasaran tentang masalah yang dihadapinya. Anak orang kaya sepertinyapun juga memiliki permasalahan yang belum bisa kucerna jenis permasalahannya. Aku bertanya dengan duduk di sampingnya di tanah rerumputan.

"Iya, ini masalah hati." Hanifan menjawab setelah bangun dari tempat duduknya.

Masalah yang menyangkut hati ada berbagai macamnya karena dia tidak memberi tahuku tentang jenis masalah hatinya. Aku melontarkan kepadanya berbagai pilihan yang menyangkut masalah hati.

TBC

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang