-Negeri Impian-

34 3 0
                                    


SAFA'S POV

Tanpa isyarat yang diberikan awan pada hujan yang menjadikannya bahagia yang tak terkira. Memunculkan pelangi setelahnya menambah banyak warna pada bahagiaku. Tanpa isyarat pula yang diberikan Agata padaku yang menjadikanku bahagia tak terkira.

Kini aku memiliki teman hidup yang akan menemaniku menari-nari dalam hujan. Udara ini begitu menyegarkan dahaga. Begitu dingin. Mendinginkan diriku yang tengah terselimuti oleh hangatnya cinta.

Setangkai bunga mawar dari orang yang tak kukenal, rupaya adalah pemberian dari Agata. Ia juga menitipkan surat untukku yang belum sempat kubaca. Hari ini akan kubaca suratnya. Kuambilnya surat itu dari laci mejaku.

Hi, Nona! Aku tidak tahu harus menjelaskan darimana perasaanku. Yang ku tahu aku mengagumimu karena perhatianmu pada sepedamu. Rasa takutmu akan kehilangan sepedamu membuktikan rasa sayangmu pada orang lain sangatlah tulus dan aku menyukai ketulusan. Aku bukanlah pria yang pandai menyimpan rasa terlalu lama. Karena sekali aku mengatakan mencintai, aku akan tetap cinta. Aku tak tahu sampai berapa lama aku akan bertahan dengan cintaku, tapi aku merasa bila bersamamu semuanya akan baik-baik saja. Agata.

Dan ini adalah bunga ketiga dari Agata di hari ketiga dari bunga pertama. Ketiga bunga ini menjadi saksi perjalanan cintaku dengan Agata.

..........

"Besok aku sama Sifa saja deh ke sekolah. Kasihan dia kalau berangkat ke sekolah sendirian terus. Aku gak tega." Kataku pada Agata ketika berjalan menuju kelas.

"Mm?" Agata seperti menyuruhku mengulang.

"Gak ada reka ulang." Kataku sambil berjalan.

"Apa? tadi aku memeriksa tas aku untuk mengecek bukuku. Ada yang ketinggalan gak? Eh ternyata gak ada." Agata menjawab alasan tidak fokusnya dia.

"Besok aku sama Sifa aja ke sekolah. Kasihan dia sendirian terus berangkat ke sekolah." Aku mengucapkan kembali.

"Aku sih gak papa kalau kamu gak keberatan. Yang penting kamu gak cemburu kalau ditinggal sama aku." Kata Agata kepadaku.

"Apaan sih! Gak lah." Responku pada dia yang mengira.

"Ih. Kamu yang apaan." Katanya di tengah perjalanan. Tak sengaja kami berpapasan dengan Clara yang berada di hadapan kami. Kamipun berhenti karena tampannya yang ingin mengajak kami berbicara. Ia menynggung kami yang tengah bahagia.

"Ada yang OBP nih." Katanya sambil memegang tas samping tak beransel yang ia gandeng.

"Apaan tuh OBP?" Agata bertanya dengan raut wajah seperti ingin menentang Clara.

"Orang Baru Pacaran." Clara menjawab dengan sinis.

"Ouh. Aku buru-buru nih Saf. Kita duluan ya, Clar." Kata Agata padaku dan menarik tanganku untuk cepat meninggalkan Clara.

"Sombong banget kalian." Kata Clara sepeninggal kami dengan melipat kedua tangannya ke depan dada dan menatap kepergian kami.

...

PIPIT'S POV

"Aku tengah mendengar berita dukamu dari sekelilingku. Aku baru tahu tentang ini sebab aku tak menghadiri acara yang diadakan oleh kak Agata. Aku mengerti tentang perasaanmu. Kamu tengah berada pada zona kegalauanmu. Aku ingin sekali menjadi wanita pertama yang ada di sampingmu ketika kamu merasa terjatuh. Tenang saja, aku tak akan mengharap apa-apa. Ini telah menjadi tugasku pada janji yang sempat kuucap. Andaikan saja."

AUTHOR'S POV

"Pipit kamu lihat gak, gambar yang ada di group? Kak Agata menembak si Safa. Anak kembar dari XI.IPS.1." Dyandra bertanya pada Pipit di kursi koridor sekolah.

"Iya lihat kok." Pipit menjawab dengan raut wajah yang sedih.

"Kok kamu sedih sih, Pit?" Dyandra bertanya atas kesedihan Pipit

"Safa itu wanita yang sering bersama dengan Hanifan akhir-akhir ini. Aku curiga kalau Hanifan suka sama Safa. Kalau itu benar dia pasti galau mendengar berita ini." Pipit menjawab.

"Hati kamu benar tulus mencintai Hanifan, Pit. Bahkan ketika Hanifan telah mengacuhkanmu, kamu masih memikirkan perasaan Hanifan." Dyandra berkata dalam hati walaupun diam mendengar jawaban dari Pipit. "Sabar saja, ya." Rasa peduli Dyandra pada Pipit yang tertunduk sedih.

...

Jam pelajaran 5 dan 6 adalah pelajaran penjas. Aku segera ke ruang ganti baju untuk mengganti seragam putih biru. Aku dapat berita jikalau hari ini pak Natsir akan menyeleksi siswa/siswi di kelas kami untuk memilih 2 orang perwakilan dari kelas kami yang memiliki bakat dalam bulu tangkis karena 2 bulan yang akan datang akan dilaksanakan Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMA cabang bulu tangkis. Kamipun segera bergegas menuju gedung olahraga yang ada di dalam sekolah kami.

TBC

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang