-Negeri Impian-

30 1 0
                                    

-happy reading-
"Oh iya. Aku mau pesan mie kuah saja tapi dibungkus ya." Hanifan berkata padaku dan aku segera melaksanakan perintahnya.

"Biarkan pacarmu membantumu membuat pesanannya dia." Agata berkata padaku di hadapan Hanifan seolah memperkenalkan dirinya tentangku padanya.

"Oke ikut aku." Kataku pada Agata sambil menuntunnya dengan memberi kode pada jari telunjukku. Agatapun mengikut ke aku.

Sedari tadi Hanifan telah melihat tanganku yang telah diperban. Dia ingin sekali menanyakan perihal tanganku yang terluka tetapi dia menghargai posisi Agata yang bertindak sebagai pacarku. Hanifan curiga dengan Agata. Semenjak aku berkenalan dengan Agata selalu saja ada hal sial yang kudapatkan. Tapi dia memilih untuk tak mengatakan apapun ia tak ingin satu alasan yang ia terima dapat menghancurkan hubungan baikku dengan Agata.

"Mau dibawa kemana itu Safa?" Agata bertanya padaku ketika aku hendak keluar dari dapur.

"Aku mau kasih ke Hanifan. Inikan pesanannya dia." Jawabku padanya.

"Biar aku saja yang memberikannya." Katanya. Aku tahu dia akan cemburu bila harus tanganku yang akan memberi Hanifan.

"Cemburu ya?" Aku meledeknya dengan menunjuk ke depan matanya. "Cerewet!" Dia malah menghinaku setelah kucandainya. Agata mengambil kantongan yang kupegang dan membawanya menuju ke Hanifan.

"Ini pesanannya!" Agata berkata pada Hanifan seperti menjoroknya.

"Makasih." Hanifan menjawab tak berdaya dan merendah diri.

HANIFAN'S POV

Suatu saat jika kamu diberikan waktu untuk mengingatku, tolong ingat aku sebaik mungkin. Ingat bagaimana aku memperjuangkan cinta kepadamu hingga seujung jaripun tak dapat kamu balas perjuangan ku. Ingat bagaimana aku bertingkah konyol menemani hari-harimu, meski tak satupun tingkahku yang kamu simpan dalam memorimu.

Suatu saat jika kamu sudah menyadari betapa besar perjuanganku kepadamu namun aku telah pergi jauh mencari duniaku, ingatlah kataku saat hujan menerpa kita. Setiap tetesnya menjadi saksi kebersamaan kita dahulu. Tiap tetesnya adalah rindu yang tak terucap yang terbalut oleh air mata.

Suatu saat jika kamu sudah sadar bahwa aku lah yang pantas kamu perjuangkan , temui aku, cari aku, kapanpun kamu mau karena aku selalu siap menanti hadirmu dan katakanlah perasaanmu padaku meski hati telah mati. 

Flashback

"Aku akan menambah isi 2 kali lipat untuk rekeningmu apabila rencanamu kali ini berhasil. Pokoknya rencana kamu ini akan membuat dia benar-benar kesakitan." Clara berkata pada kak Firda melalui via telepon.

"Baik. Saya akan mencoba." Kak Firda menjawab.

...

Rencana yang Clara lakukan benar-benar sudah memalukan dedinya, Hotman Paris. Rencana mereka yang telah mereka lakukan ditangkap oleh kamera cctv. Selama ini pak Hotman Paris mengira bahwa anaknya adalah orang yang baik maka tak henti-hentinya ia membela putrinya

. Kejahatan putrinya yang telah terbongkar membuatnya sangat malu apalagi putrinya telah menganiayaku, orang yang telah dia buat aku absen 3 hari di sekolah beberapa bulan lalu karena mengira kesalahanku. Dedi Clara mengancam Clara, jika ia belum juga merubah perilakunya, maka namanya akan dikeluarkan dari kartu keluarga.

Clara yang tak menyangka bahwa dedinya akan semarah itu padanya membuatnya sadar akan ketamakannya selama ini. Dia bersedih jika harus kehilangan dedinya. Hanya dedinya yang ia miliki. Dia berjanji akan berubah dan akan berbuat baik padaku dan siapapun itu.

Dia mengatakan jika dia belum berubah juga, dia bersedia untuk dikeluarkan dari kartu keluarga tanpa mendengar penjelasan lagi.

"Maafin Clara dedi. Clara berjanji tidak akan berbuat jahat lagi sama Safa dan Sifa." Clara berkata di hadapan dedinya dengan memohon dan merengek-rengek. Pak Hotman Paripun tak tega melihat anak kandungnya seperti demikian. Dia lalu membangunkan anaknya dan mengelus-elus kepala Clara.

"Dedi maafkan kamu nak! Tapi kamu jangan nakal lagi. Kamu harus ingat ibumu nak, ibumu tidak pernah menganiaya orang lain. Ibumu akan berkata apa di sana melihat putrinya berlaku seperti ini. Ibumu akan marah dengan dedi." Dedi Clara berkata dengan bersedih. Clarapun lalu mengingat ibunya dan menangisi kesalahannya.

"Maafin Clara, ded." Clara berkata pada ayahnya dan memeluk dedinya.

TBC

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang