-Negeri Impian-

30 2 0
                                    


AUTHOR'S POV

Seperti suasanakelasmu, terkadang ada saat dimana guru tidak sempat masuk ke kelasmu sebabguru memiliki urusan pribadi yang tak diketahui oleh siswa. Yang biasanya, kamuhanya melihat sisi guru yang identic dengan mengajari membuatmu sangat bosanuntuk kamu dengar sebab tak satupun yang kamu mengerti tentang apa yang guruajarkan. Di sisi lain, kamu sudah merasa pintar sehingga tak sudi lagi untukmendengar nasihat-nasihat darinya. Dan hari di saat kamu "free class" adalahhari libur terindah dalam hidupmu.

"Mohon maaf kali ini saya tidak bisa mengajar di kelas ini.. Karena ibu lagi ada acara keluarga. Saya berharap tidak ada murid yang keluar kelas selama jam pelajaran saya. Saya akan memberi tugas untuk kalian! Buatlah puisi yang isinya tentang perasaan. Terserah kalian judulnya apa. Kalian bebas berimajinasi. Besok saya akan menunjuk kalian untuk membacakan hasil tulisan kalian." Bu Laras, guru Bahasa Indonesia beranjak meninggalkan kelas. Ia berharap penuh pada kelas XI.IPA 2 agar dapat dipercaya.

Pipit sebagai ketua kelas XII.IPA.2 ditunjuk oleh bu Laras untuk memantau keadaan kelas selama jam pelajarannya. Bu Laras memerintahkan Pipit untuk mencatat nama siswa yang ribut di kelas maupun yang meninggalkan kelas sebelum jam bu Laras selesai. Tidak semua ketua kelas dapat diberi amanah. Pipit, selain menjadi ketua, ia adalah murid yang selalu dipercayai oleh para guru yang mengajar di kelasnya. Dengan ini, pipit maju ke depan kelas untuk meminta partisipasi pada teman sekelasnya.

"Teman-teman mohon perhatiannya." Pipit ingin diperhatikan

"Wei, denger tuh pemimpin kelas kita mau bicara." Sahut Hanifan di pojok depan seakan menyinggung Pipit yang mungkin ia mengira bahwa Pipit sedang menyombongkan diri.

"Jangan ribut yah, laksanakan apa yang diperintahkan bu Laras kepada kita. Tolong jadilah siswa yang bisa menjaga kepercayaan." Pipit melanjutkan permohonan tolongnya pada teman-temannya. Sakit hatinya dengan kata-kata Hanifan. Tapi, ia kelihatan seperti tidak mendengar.

"Okey Pipit." Jawab teman-teman Pipit.

"Makasih." Gumamnya.

Sebegitu bencinya ia terhadapku sampai-sampai ia bisa su'udzon terhadap diriku. Niat baikku saja dinilai tidak baik olehnya. Jika seperti itu sudah tak ada harapan lagi untukku kepadamu.

"Nif?" Ipul menyapa.

"Mm." Sahut Hanifan.

"Loe kaya mau BAB saja. Judul puisi loe apa?" Tanya Ipul berbisik. Ipul merupakan teman sebangku Hanifan. Tanpa pernah menjawab pertanyaan Ipul, Ipul langsung menjawab sendiri. "Gue tau. Pasti ini menyangkut patah hati. Benar gak?" Kata Ipul tepat di kuping Hanifan.

"Berisik banget sih loe."

Ucapan yang tadinya berbisik tiba-tiba Hanifan menyahut dengan suara keras sampai-sampai semua mata temannya mengarah kepadanya. Sedikit mengundang tawa bagi sebagian orang. Kemudian Hanifan berdiri dari bangkunya, lantas Dyandra tahu apa yang akan dilakukan oleh si Hanifan. "Tunggu. Loe mau kemana, Nif?" Tanya si Ipul dan Hanifan tidak menjawab pertanyaan dari Ipul. Ipul pun kembali duduk di bangkunya, ia konsisten untuk tidak mengikuti jejak Hanifan saat itu.

Sejenak Hanifan melewati ruang kelas Safa dan Sifa. Ya tepatnya di kelas XI IPS 1. Terdengar bisik-bisik manja dari murid-murid penghuni kelas itu oleh Hanifan. Hanifan penasaran sampai curiga dengan obrolan mereka yang kelihatannya serius banget dan tatapan mereka yang sinis. Nah, tidak salah lagi pasti ada sesuatu yang terjadi meskipun sih bukan apa-apa. Tapi, kelas itu adalah kelas yang ditempati oleh pujaan hatinya. Perlahan-lahan ia melewati depan kelas XI IPS.1 sambil memandang mading yang ada di depan kelas itu, layaknya seperti orang yang sangat sibuk membaca dinding. Padahal Hanifan sedang mendengarkan omongan dari murid itu.

"Kamu heran gak? Si kembar itu sudah beberapa hari ini gak masuk sekolah tanpa keterangan apapun." Tanya salah satu murid kepada murid lain.

"Iya sih. Barangkali dia capek dijadikan bahan bulian si Clara. Kasihan juga sih mereka." Jawab murid lain.

Setelah mendengar obrolan mereka, Hanifan sejenak berpikir sekaligus bertanya-tanya tentang alasan Safa dan Sifa tak masuk sekolah beberapa hari ini. Tak tahu pasti alasannya mengapa yang jelas ada sesuatu yang terjadi pada si kembar. Rasa khawatir yang dirasakan Hanifan. Hanifan terus mencari tahu tentang ini, sampai-sampai ia meninggalkan jam pelajaran di kelas. Ia pergi menemui Safa dan Sifa secara langsung di rumahnya untuk mengetahui alasan jelas mereka tak hadir di sekolah. Akan tetapi, rencana itu belum direncanakan Allah. Ia tak sempat menemui Safa dan Sifa, orang tua kembar malah heran kepada Hanifan yang bolos sekolah dan bertanya keberadaan Safa dan Sifa sekarang. Malahan orang tua Safa dan Sifa mengatakan kalau anaknya sedang bersekolah.

Voment

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang