-Negeri Impian-

29 1 0
                                    


Seputih-putihnya besi jika terlalu lama menahan panas akan berkarat juga. Sekeras-kerasnya balok jika terlalu lama terkena air akan lapuk juga. Sekasar-kasarnya hati jika sudah disirami kelembutan akan melembut juga.

Aku sedang terkagum pada keajaiban dunia ini. Kutahu tak akan selamanya kebencian akan melekat pada diri seseorang. Ada saat dimana hari-hari yang dilewati seseorang akan terasa bosan dengan kebiasaan-kebiasaan yang tak menghasilkan apa-apa dan hari itu sedang kutemui sekarang.

Perasaan gundah dan sedihku telah berubah menjadi rasa haru dan tak menyangka. Sungguh mendamaikan hati selepas tahu tak ada lagi kata membenci di antara kita.

"Safa! Tanganmu masih sakit kah? Clara bertanya padaku dengan memeriksa tanganku yang baru saja tiba di kelas. Aku heran melihatnya seperti itu. Masihkah ia berpura-pura?

"Perihnya sudah hilang kok." Jawabku padanya yang kelihatan amat gelisah.

"Maafkan kesalahan aku Safa." Clara langsung memegang tanganku dan memohon di hadapanku sambil menangis di hadapan teman-teman. Sepertinya dia benar-benar tulus meminta maaf.

"Aku maafin kamu kok." Kataku padanya. Tak sengaja Agata lewat di depan kelasku dan melihat Clara yang tela bangun dari kesalahannya. Agata tersenyum di tengah lewatnya di depan kelasku.

"Makasih Safa." Dia memelukku. "Aku juga minta maaf sama kamu ya, Sifa." Dilepasnya pelukanku dan ia pun berkata pada Sifa dan memelunya juga.

"Oke sekarang kita ber-empat adalah sekelompok teman." Clara berkata dengan menyatukan tangan kami termasuk Wilda.

...

Sebulan lagi sebelum Olimpiade Sains Nasional Olahraga akan dilangsungkan. Siswa/siswi yang telah terpilih menjadi perwakilan tiap cabang olahraga akan dibawa ke karantina untuk melaksanakan latihan secara serentak.

Tempat karantina itu berada di Bandung, Jawa Barat. Kota yang memiliki nuansa udara yang dingin dan sejuk. Karantina yang kami pakai untuk latihan berada di dekat gunung dan perkebunan.

Lokasi yang dipilih sangat cocok untuk kami yang akan latihan sebulan non stop. Nama-nama yang akan ikut ke Bandung adalah aku, Sifa, Hanifan, Dyandra, Pipit, Galih, Group basket Agata, dan siswa/siswi lainnya yang telah dipilih.

Aku dan Sifa segera memasukkan pakaian dan alat kelengkapan kami ke dalam koper. Kami akan ke Bandung dengan dijemput oleh Agata.

Sejam sudah setelah kami mempersiapkkan semuanya dan Agatapun telah berada di depan rumah. Sebelum keluar rumah, aku dan Sifa meminta do'a restu kepada ayah dan mama agar semua yang telah direncanakan dapat berjalan dengan semestinya dan semoga aku dan Sifa selalu aman di sana. Agata ternyata juga masuk ke dalam rumahku dan meminta izin kepada ayah dan mama untuk membawa kami.

"Nak, Agata tolong jaga anak-anak saya. Saya titip anak saya kepadamu sekarang. Jangan lupa hati-hati di jalan. Tidak usah terburu-buru." Ayahku berkata pada Agata di tengah mereka bersalaman.

"Siap bos." Agata menjawab nasehat dari ayahku dengan berani sambil hormat di depan ayahku dan tersenyum.

Safa memakaikan topi pada kepalanya dengan rambut yang terurai serta memakai kaos lengan panjang dan celana jeans senada dengan Sifa. Namun, Safa memakai gelang pada tangan kirinya. Sedangkan Agata memakai kemeja panjang dan celana jeans.

"Safa dan Sifa berangkat ya mah, ayah?" Aku pamit kepada orang tuaku.

"Iya nak." Ayah menangis dan memeluk kami bersama dengan mama.

Agata mengangkat koper kami dan memasukkannya ke dalam bagasi mobilnya. Aku dan Sifa lalu masuk ke dalam mobil bersama dengan Agata yang akan menyetir mobil. Agata menurunkan kaca mobilnya dan akupun melihat ayah dan mama untuk terakhir kalinya sebelum ke Bandung. Aku melambaikan tangan dari dalam mobil dan mengatakan.

"Jaga kesehatan ayah dan mama." Kataku di mobil yang telah berjalan.

"Semangat benar kamu Safa." Agata berkata padaku di tengah perjalanan sambil tersenyum padaku.

"Iya dong. Inikan waktu liburan panjang jadi harus dinikmati." Aku menjawab dengan menatapnya dan tersenyum pula.

"Aku senang melihatmu senang." Agata berkata padaku sambil mengelus-elus rambutku. Aku dibuat tersipu malu olehnya.

"Ah masa sih?" Tanyaku di tengah gombalannya.

"Hey." Sifa yang berada di belakang kami langsung ke tengah-tengah kami dan menyapa kami yang terlalu sibuk mengobrol hanya berdua saja sekedar mengingatkan kami bahwa ada dia di belakang. "Obrolan kalian tahan dulu kek. Nanti kalau udah sampe baru dilanjutkan. Kalau aku sudah tidak di dekat kalian." Katanya pada kami.

"Eh kirain kamu ketinggalan Sifa." Agata mencandai adikku.

"Iya Sifa memang ketinggalan di sana. Aku ini cuma dianggap lalat memang sama kalian." Katanya cemberut.

"Hahaha. Canda, Sif." Aku dan Agata tertawa melihat Sifa yang amat kesal.

BAPER ABISS

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang