-Negeri Impian-

201 24 0
                                    


"OMG! Agata li-li-liat. Itu Clara bukan? Ini gak bisa dibiarin kita mesti lapor ke bu kepsek."

SAFA'S POV

Akhirnya ada juga yang peka terhadap kejadian ini. Sesungguhnya, masalah ini memang harus dilaporkan ke kepala sekolah. Aku juga merasa kurang kerjaan jika harus peduli dengan semua yang dikatakan oleh Clara. Mereka memberitahu bu kepsek. Dari kejauhan bu kepsek mulai mendekati lokasi kejadian. Bu Maria datang untuk menenangkan suasana. Selain itu, bu kepsek juga memerintahkan para murid agar kembali ke ruang kelas masing-masing. Lega.

"Huuuuuh." Sorakan kekecewaan dari semua murid karena tidak bisa menyaksikan kejadian selanjutnya.

Dengan demikian kami berhasil mengalahkan Clara dengan score tertinggi tanpa balas 2-0. Rambutnya berantakan, seragamnya berhasil kami sobek walaupun hanya sedikit. Di sisi lain, guru BK akan berhadapan dengan kami. Kami bertiga dipanggil bu kepsek agar segera memasuki ruang kepsek. Perlahan namun pasti kami melaksanakannya. Bingung.

MARIA'S POV

"Saya sangat kecewa dengan kalian. Tindakan kalian seperti ini seakan tidak menghargai keberadaan saya di sekolah ini! Kaliankan tahu sekolah Pelita merupakan sekolah panutan no.1 di Jakarta. Kalau saja berita ini tersebar luas, bagaimana nasib sekolah kita? Apakah kalian tidak memikirkan hal itu?"

Aku marah-marah kepada mereka di ruang kepsek. Aku mengingatkan kembali kepada mereka betapa sekolah ini sangat berharga dan saking berharganya maka siapa saja penghuni sekolah ini wajib menjaga nama baik sekolah Pelita. Kalian harus tanggungjawab!

SAFA'S POV

Sangat sulit untuk menjelaskan sebuah kebenaran. Sebenar-benarnya kita di antara dua orang yang berselisih kalau kita dianggap salah maka kita akan tetap salah. Begitulah yang aku lakukan, aku terus mencoba menjelaskan bahwa diriku dan kembaranku tak bersalah. Sungguh, kami tak akan memulainya jika Clara tidak menyebarkan tentang masalah pribadi kami. Namun bu Maria tak ingin mendengar alasan dari siapapun. Akhirnya panggilan orangtua menjadi sasarannya. Gelisah.

AUTHOR'S POV

Bu Maria merupakan kepala sekolah SMA Pelita. Bu Maria menjadi penghuni sekolah yang menakutkan bagi para murid. Ciri : memakai kacamata + wajah yang tak pernah diberi senyuman serta suara bak burung elang.

Tibalah mobil berwarna merah mendominasi warna kendaraan yang ada di sekitar parkiran. Mungkin harganya mencapai trilyunan rupiah. Dari lantai atas, kelihatan seorang bapak yang turun dari mobil mewahnya memakai jas hitam sangat rapih mulai memasuki sekolah.

"Dedi." Clara menyambut dedinya dengan sebuah pelukan. "Ded, mereka sudah membuat Clara malu. Lihat Ded! Bajuku sobek akibat ulah mereka!" Clara mengadu pada dedinya. Caranya mengadu membuktikan kalau dia adalah anak yang manja.

"Apa-apaan ini?" Dedinya tiba-tiba marah tidak jelas tanpa bertanya sebelumnya tentang kejadian yang sebenarnya. "Saya tidak mau tahu kalian harus bertindak adil terhadap putri saya. Paling tidak memberi hukuman kepada 2 orang yang tidak tahu sopan santun ini! Kalau tidak dengan rasa tidak hormat, saya akan menuntut sekolah ini!" Dedi Clara protes keras.

Hotman Paris, seorang pengacara terkenal di Indonesia sekaligus orang terkaya merupakan Dedi dari Clara.

SAFA N SIFA POV

Setelah mengetahui asal-usul dari dedi Clara. Akhirnya kami berkesimpulan manusia seperti ayahnya Cuma bisa menuntut se-enaknya saja. Mentang-mentang dia penguasa hukum tak seharusnya ia bertindak demikian. Kami cukup sadar kami hanyalah rakyat kecil. Ayah kami seorang pekerja harian sedangkan mama kami hanyalah seorang asisten rumah tangga. Asal-usul keluarga tak bermodal sedikit saja membuat kami tak mampu berkata-kata. Rendah diri.

Mendengar kata tuntutan untuk sekolah, membuat bu Maria harus menyetujui tentang yang dikatakan oleh pak Hotman. Dengan penuh ketulusan bu Maria meminta maaf kepada pak Hotman dan berjanji akan memberi hukuman kepada kami. Tidak adil.

Blain siapa nih, dia ato akuh?😁

🔜

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang