Apapun yang membuatmu tak suka, membuatmu terluka jika ia memang pantas untuk ditinggalkan maka tinggalkanlah sebab jika kamu masih mempertahankan dia, dia akan lebih mudah mengenalmu dan akan lebih dalam lagi menyakitimu. Suatu saat jika kamu telah menemukan hidupmu yang baru. Ia akan datang membawa masalah,masalah,masalah dalam hidupmu hingga akhirnya kamu lupa menjadi bahagia. Mungkin nasehat yang cocok untuk Pipit. Sudah saatnya Pipit mengikhlaskan apa yang telah hilang darinya. We must be move on, guys. Pipit tak boleh terus-terusan terlarut dalam kesedihan. Semua itu hanya menyisakan waktu yang percuma. Meskipun ia berharap kembalinya dia, ia harus tetap melanjutkan hidupnya tanpa perlu berputus asa.Pipit sedang duduk sendirian di taman sekolah yang cukup rindang. Rupanya ia sedang digeluti delirium. Kasihan dia.. rasa percuma menjelaskan pada orang yang terlanjur salah paham. Apatahlagi kejadian ini sudah terjadi beberapa tahun lalu. Pipit yakin tanpa perlu menjelaskan pada orang yang pernah ada dalam hatinya, Hanifan pasti sudah melupakan dirinya sebab dia telah menemukan orang baru tanpa melibatkan dirinya.
"Ta..daa. bengong aja, Pit?" Dyandra mendekati Pipit yang duduk sendirian. Dyandra mencoba mengajak Pipit mengobrol yang sedang berdiam diri. Dyandra tahu kala situasi seperti ini, tak lama kemudian Pipit akan bersedih.
"Nggak papa kok. Aku hanya mengingat kalau selama 2 tahun ini kita sudah menjalin persahabatan.dan selama itu juga kamu selalu mendengar curhatan aku, nggak pernah bosan-bosan. Kamu selalu menjadi kamu yang dulu." Pipit mengalihkan pikiran.
"Iya dong. Aku masih aku yang dulu, gih." Sahut Dyandra.
"Judulnya baper nih." Ucap Pipit menambah rasa pada obrolan mereka.
"Gitu dong. Kalau senyum kan diliatnya bagus. Daripada murung terus." Gumam Dyandra.
"Thanks my best friend." Pipit bersikap ceria dihadapan Dyandra.
"Sudahilah kesedihanmu, sahabatku. Untuk apa mengingat yang tidak mengingatmu." Dyandra memberi saran.
Wajah Pipit kembali menderu mendengar ucapan dari sahabatnya.
"Aku belum percaya dia telah melupakanku." Dengan pelan Pipit mengungkapkan perasaannya.
"Faktanya?" Dyandra memperjelas nasehatnya.
"I-ya aku tahu." Pipit mencoba mengerti.
Apa yang dipikirkan Pipit? Dia sudah tahu bahwa pria yang ia banggakan sudah tak mengakui dirinya lagi. Lalu, apalagi yang ia harapkan darinya?.
Aku mau untuk mengikhlaskanmu
Ku biarkan kamu menjauh
Tak akan kupaksa
kamu untuk kembali
Tapi.. tolong!
Jangan melarangku
Untuk tidak lagi tahu tentangmu
Aku butuh waktu untuk itu.Perasaan Pipit mengatakan hal demikian. Baginya mengenal dia hal yang cukup mudah. Datangnya tiba-tiba tanpa pernah menyimpan sebuah harapan. Namun setelah kedatangannya ia akan berharap banyak padanya, dan setelah kepergiannya ia butuh tenaga yang cukup untuk melupakannya.
"Pipit kamu dipanggil wakas di ruang guru. Kamu harus kesana saat ini juga!" Perintah dari Ipul yang sedang menggandeng kerupuknya. Bicara blak-blakan. Pipit segera menuju kesana. Pipit menjadi siswi yang akan selalu dicari oleh wakas sebab dia yang akan bertanggungjawab terhadap hal yang berkaitan dengan kelas XI. IPA 2 "Aku kesana dulu ya, Dyan. Sentakan meja terdengar oleh Pipit di ruang kepsek saat menuju ke ruang wakasnya. Tak sengaja ia mengintip di pintu karena penasarannya terhadap cewek yang menjadi alasan kemarahan kepsek. Perlahan ia mulai mengambil posisi untuk mengarahkan pendengarannya ke dalam ruangan.
TBC,
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Impian
Teen Fiction"Agata!" Aku menyebut nama si pemilik rumah. "Safa!" Dia juga menyebut namaku. "Oh, sis. Dia yang sering aku ceritakan kepadamu." Agata berkata pada Carolin. Agata mendekatku dan melihat diriku yang telah hijrah. ...