CHAPTER 59 | Denial

12.7K 718 16
                                    

Buat temen temen yang masih bersedia nunggu updatenya Brandon, sebagai permintaan maaf aku double update hari ini yaa....

..........................................................................................................................................................

Mendengar teriakan Brandon dalam ruangannya, Martin yang baru saja kembali dari tugasnya bertemu dengan perwakilan majalah Forbes itu langsung menghambur kedalam ruangan Brandon.

Kejadian ini persis dengan kejadian tiga tahun silam saat Brandon mengetahui Laura kehilangan anak mereka.

"KELUAR !!! JANGAN ADA YANG BERANI MASUK !!" Teriak Brandon dengan wajah merah padam.

Tidak ingin semakin membuat bosnya marah, Martin dengan cepat menutup ruangannya.

"Siapa yang baru saja bertemu dengan Bos ?" Tanya Martin pada Asha yang juga tak kalah kagetnya mendengar suara gaduh dari dalam.

Seingatnya ini sudah tiga kali dia mendengar Brandon menghancurkan barang barangnya. Pertama saat dia dihajar oleh Alexander Mc Dermott , kedua saat Isabelle Mc Dermott menghampirinya dan memberitahunya mengenai keadaan Laura. Dan ini adalah yang ketiga kalinya.

"Tadi... Brittany Clarke datang. Namun itu tidak sampai sepuluh menit, kemudian dia keluar" Asha mengelus dadanya, berusaha menenangkan jantungnya yang masih kaget.

Untung saja dilantai ini hanya ada ruangan Brandon, ruangan Asha, dan ruangan Martin, jadi para karyawan tidak perlu terganggu mendengar amukan Brandon barusan.

Martin mengusap wajahnya kasar, dia tidak bisa membantu bosnya jika dalam situasi ini. Bosnya itu pasti tidak akan mau mendengarkannya.

Satu satunya orang yang bisa menghadapi Brandon disaat seperti ini adalah Kjell Kattilakoski. Dengan cepat Martin mengeluarkan ponsel disaku celananya kemudian mencari nama Kjell disana.

"Hmm, ada apa ? tidak biasanya kau menghubungiku" jawab suara diseberang sana.

"Jika bukan karena Mr. Reid aku tidak akan bersusah payah menguhubungimu" balas Martin Jengkel.

"What ? apa terjadi sesuatu dengan bajingan itu ?" Kjell terdengar penasaran.

"Yes, Sir!. Mr. Reid sedang mengamuk –" belum sempat Martin meanjutkan perkataannya Kjell langsung memotongnya.

"Bukankah dia selalu mengamuk ? mengapa kau harus menghubungiku ?" tanya Kjell Kesal

"Kali ini dia mengamuk seperti tiga tahun yang lalu, saat dia kehilangan anaknya" ucap Martin pelan.

Kjell terdiam sejenak, " kau biarkan saja dulu dia didalam ruangannya jika sampai nanti jam enam sore dia masih tidak keluar kau hubungi aku lagi" ucap Kjell tenang.

"Hmm, baiklah" Martin lalu menutup panggilannya.

Asha menatap penasaran kearah Martin, apa yang dikatakan Kjell ?

"Biarkan bos seperti itu, jika sampai jam enam sore dia tidak keluar dari ruangannya Mr. Kattilakoski akan menemuinya" Ucap Martin pada asha.

Faktanya, hingga jam enam sore Brandon tak juga keluar dari ruangannya. Kjell yang sudah datang dari jam lima sore tadi sengaja menunggu diruangan Martin menunggu Brandon keluar dari sarangnya, namun sampai detik ini Brandon tidak juga menampakkan batang hidungnya.

"Bos, ini sudah jam enam sore. Tapi Mr.Reid tidak juga keluar dari ruangannya" Ucap martin khawatir pada Kjell yang sedang duduk manis diruangan Martin.

Kjell membuang napasnya kasar lalu bangkit dari duduknya kemudian berjalan kearah ruangan Brandon.

"Apa kau mendengar dia menghancurkan sesuatu lagi tadi ?" tanya Kjell pada Asha sebelum pria itu masuk kedalam ruangan Brandon.

"Tidak, dia tidak bersuara dari tadi. Aku takut terjadi sesuatu padanya" ucap Asha khawatir.

Kjell hanya mengangguk pelan lalu memutar handle pintu ruangan Brandon. Benar saja Brandon tidak bersuara sejak tadi, pria ini sedang duduk terdiam selama tiga jam dengan wajah kusut dan memegang botol minuman ditangannya.

Sepertinya Brandon tengah mabuk, dilihat dari botol yang ada diruangannya. Ini adalah botol kedua yang diminumnya.

"Ahhh, akhirnyaaaaa !!!! sahabat terbaikku datang mengunjungikuuuu" teriak Brandon sambil tertawa.

Tapi tubuhnya ambruk kepegangan sofa sebelah kiri. Lalu dia mulai menenggak minumannya lagi, tak peduli jika mimuman itu bahkan tidak masuk dengan benar kedalam mulutnya.

"Ck, bajingan ini. Apa yang terjadi padamu eh ?" geram Kjell lalu merampas minuman yang ada ditangan kanan Brandon.

"Kembalikan itu brengsek !! mengapa kau juga ingin mengambil milikku ? mengapa semua ingin mengambil miliku ??" teriak Brandon frustrasi.

Kjell menarik kerah kemeja Brandon dengan paksa lalu mendudukkan Brandon pada posisi yang benar, bahkan Kjell menggocangakan tubuh Brandon namun Brandon hanya tertawa.

"Hei bajingan kecil ! kenapa kau seperti ini hah ? apa masalahmu idiot ?" kesal Kjell.

Kjell tidak suka melihat sahabat bajingannya itu menjadi seperti ini. Mengapa rasanya bertahun tahun Brandon tidak pernah bisa hidup tenang ? hanya bisa memendam perasaan sakit hati dan dendam. Dan sekarang apa lagi ?

"Heii !! kau tidak mendengarkanku ? ? apa masalahmu brengsek ? kenapa kau seperti ini ? ?" geram Kjell karena tidak juga mendapatkan jawabannya dari Brandon.

Brandon menatap mata Kjell dengan mata sayunya, lalu tangannya terangkat dan menunjuk kearah robekan foto Laura dan Bryan yang dirobeknya tadi.

Mau tak mau Kjell mengikuti arah tangan Brandon dengan kening berkerut.

"Bryan mengambil Laura, Alexander mengambil Isabelle, tuhan mengambil anakku" Brandon menutupi wajahnya dengan telapak tangan kirinya.

Brandon menangis sambil tertawa, lagi... seperti tiga tahun yang lalu.

Kjell melepaskan cengkramannya pada Brandon dan berdiri terdiam menatap reaksi Brandon. Sahabatnya ini, sepertinya keadaannya sedang sangat kacau.

Ini tidak seperti Brandon biasanya, bahkan dulu saat Isabelle memilih Alexander dia tidak menangis seperti ini.

"apa.. kau.. jatuh cinta pada Laura ?"

Pertanyaan Kjell membuat Brandon terdiam, lalu kembali memandang Kjell.

"tidak, itu tidak mungkin kan ? bagaimana mungkin aku ? tidak, tidak, no !" sanggah Brandon.

Kjell menaikkan sebelah alisnya, lalu berjalan kearah robekan foto yang tadi ditunjuk oleh Brandon.

"Well, mari kita pastikan apa yang membuat kau seperti ini" Gumam Kjell sambil memungut robekan foto yang ada diatas meja Brandon.

Semenit kemudian Senyuman miring muncul diwajah Kjell, meskipun foto itu telah dirobek Kjell masih bisa tau kalau dalam foto ini adalah Laura dan Bryan yang tengah berada didalam toko berlian.

"Masih mau menyangkal eh ?" ucap Kjell sambil menatap kearah Brandon berbaring.


See you next part guys ^^

Dear Bastard (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang