"Mom, sejak semalam kau terus memelukku. Apa ada sesuatu yang terjadi ?" Suara Felix terdengar dengan jelas didalam mobil yang kini tengah melaju menuju Montessory.
Sejak pulang dari Rumah Sakit setelah menyelesaikan test DNA dengan Alexander, Laura tidak lepas dari Felix. Sepanjang waktu dia terus memeluk Felix. Jujur saja, situasinya sekarang sedikit rumit. Jika saja Brandon memang memanfaatkan Laura, berarti ada kemungkinan ah salah, kemungkinan besar Brandon akan mencampakkan Laura.
Lalu bagaimana dengan Felix ? enak saja! Tidak ada seorangpun didunia ini yang bisa memisahkan mereka , memisahkan Laura dan Felix.
"Tentu saja karena mommy sangat menyayangimu nak" Laura mengusap lembut wajah Felix lalu kembali memeluknya.
"Kalau begitu aku akan terus memeluk mommy seperti ini, karena aku juga sangat menyayangi mommy" Felix mempererat pelukannya ditubuh Laura.
Hah, Laura ingin menangis rasanya. Dia tidak berani membayangkan hal apa yang akan terjadi didepan. Yang jelas Laura berdoa dalam hatinya semoga mimpi buruk tidak pernah datang menghampiri. Amin!
"Ayo Feef, kita tidak boleh terlambat sayang" Laura mengulurkan tangannya pada Felix dan menggandengnya masuk kedalam Montessory.
"Apakah nanti mommy akan menjemputku ?"
"Iya sayang, mommy akan menjemputmu nanti"
"Apa mommy akan datang bersama daddy ?"
Laura merapatkan bibirnya, tidak tau harus menjawab apa. Sudah seminggu Brandon menghindar dari Laura.
"Tidak sayang, daddy sangat sibuk hari ini. Nah kita sudah sampai"
Laura berjongkok dihadapan Felix dan merapihkan seragam sekolah Felix. "Kau harus jadi anak yang baik hari ini. Harus buat Mommy bangga"
"Siap Nyonya!" Felix mengangkat tangan kanannya dan hormat kepada Laura.
Laura tertawa melihat tingkah Felix, lalu mencium kedua pipi gembulnya.
"Bye Feef" Laura melambaikan tangannya dan memperhatikan Felix sampai masuk kedalam kelasnya. Lalu berjalan kembali masuk kedalam mobil.
"Kita mampir dulu ke coffeeshop yang ada dipersimpangan sana" Ucap Laura kepada sopir saat dia masuk kedalam mobil.
"Baiklah nona" Supir berambut hampir putih itu hanya mengangguk menyetujui.
Laura memesan secangkir cokelat panas di coffeeshop saat dia tiba disana, mungkin segelas cokelat panas bisa mencairkan otaknya yang beku.
Laura memijat dahinya mencoba mengurangi rasa pusing yang mendera. Otaknya yang lemah ini tiba tiba saja dituntut harus berpikir ekstra keras terhadap situasi saat ini. Sesaat kemudian Laura teringat akan sesuatu
"Ah bagaimana hasil test DNA nya ?" lalu dia menyesap cokelat panasnya. Tangan kanannya meraba saku celananya dan berniat akan menghubungi Alexander.
"Aku rasa tidak perlu, dia bilang dia sendiri yang akan menghubungiku" Laura berbicara dengan dirinya sendiri, jari jari lentiknya begerak lincah di layer ponselnya, membuka akun instagramnya.
Ah, rasanya sudah lama dia tidak Log In di Instagram, saat ia membuka beranda nya banyak sekali foto Brandon.
Bukan foto biasa, melainkan foto mesranya dengan seorang wanita yang pernah Laura lihat datang kekantornya tempo hari.
Dada Laura terasa sesak, jarinya terasa lemas. Tak hanya jari, sekujur tubuhnya terasa lemas. Jantungnya berdebar berkali lipat dari biasanya.
Bayangkan saja, jika seorang pria yang katanya adalah 'kekasihmu' malah memiliki foto mesra dengan wanita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bastard (End)
عاطفيةSebagian Part di Private ya untuk nambah Followers. Laura Wright, seorang wanita berusia 24 tahun harus merelakan putra yang diasuhnya selama 4 tahun ini ketika seorang pria bernama Brandon Reid, ayah kandung putranya datang dan memenangkan hak asu...