Laura tidak lagi menghiraukan geraman Brandon. Dia meringis diatas tumpukkan salju yang dingin, dan mengangkat kedua tangannya ke udara untuk meminta bantuan Brandon. Saat dia berhasil duduk, keterkejutanpun menghampirinya.
"Oh May Gosh ?! Brandon, hi.. hidungmu berdarah" Teriak Laura histeris sambil memegangi hidungnya sendiri.
"Apa ?" Tanya Brandon dan meraba hidungnya sendiri, kemudian dia memperhatikan jarinya yang memakai sarung tangan tebal itu. Dilihatnya ada bercak darah disana.
"Oh, Shit!, Lihat apa yang sudah kau lakukan akibat kecerdasanmu itu Laura" Brandon menggeram kemudian berkacak pinggang dan memperhatikan suasana sekitar.
Salju semakin lebat, aneh. Kenapa mereka tidak membuat pemberitahuan ? dan mengapa disini sangat sepi sekali ? pikir Brandon.
Melihat Brandon yang memperhatikan keadaan sekeliling, Laura mencoba bangkit dari duduknya. "Oh, Shit!" Laura meringis, kakinya sangat sakit dan tidak bisa digerakkan.
Sontak hal itu membuat Brandon mengalihkan pandangannya kearah Laura dan kemudian dia berjongkok. Brandon lalu mengulurkan tangannya dan melihat kaki Laura. Melepaskan sepatu yang dipakai Laura dan menurunkan kaus kakinya sedikit.
"Awww, apa kau ingin membunuhku ?" jerit Laura saat Brandon menekan pergelangan kaki Laura.
Brandon mengerutkan dahinya lalu menaikkan sebelah alisnya dan menatap Laura. "Membunuhmu ? yang benar saja , kau yang menabrakku tadi kalau kau lupa" sindir Brandon.
"hmm, kakimu sepertinya sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Harus segera diamputasi" ejek Brandon kemudian menghempaskan kaki Laura.
"Heyy, itu sakit sekali. Apa kau selalu bersikap seperti ini terhadap semua orang ? dan apa itu tadi maksudmu ? diamputasi ? yang benar saja Brandon Reid!" Teriak Laura nyaring.
Tak menghiraukan teriakan Laura, Brandon kemudian bangkit dan berdiri membelakangi Laura.
" Tidak ada orang disini, sepertinya kita jatuh terlalu jauh dari orang orang" Brandon membalikkan tubuhnya dan menyipitkan matanya, ".... Kau lihat ? disini hanya ada kau dan aku. Tidak ada yang bisa menolong kita dan kita berdua akan mati membeku disini..." ucap Brandon menyudutkan Laura.
"Ahh, tidak bukan kita, tapi kau. Kau yang akan mati sendirian disini" Lanjut Brandon.
"Ap..apa maksudmu hey ?" Perasaan Laura mulai tidak enak. Laura menelan ludahnya susah payah sebelum melanjutkan pertanyaannya. "Kau tidak berniat meninggalkanku sendirian disini kan ?"
Melihat ketakutan diwajah Laura, timbul keisengan dikepalanya. Kemudian Brandon tersenyum dan menatap Laura.
"Katakan kalau senyummu itu adalah pertanda baik Brandon!" Seru Laura karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Brandon.
"tentu saja" Jawab Brandon singkat.
"Ahh, syukurlah. Terima kasih tuhanku yang maha baik" Terdengar helaan napas lega dibibir Laura yang sambil mengelus dadanya.
"Tentu saja aku akan meninggalkanmu sendirian disini, dan aku akan pulang dengan selamat. Lalu aku akan mengatakan kalau kau dimakan oleh Beruang yang sedang bermain Ski disekitar sini" Brandon tertawa puas lalu membalikkan badannya.
"Heyy !! kau tidak boleh meninggalkanku sendirian disini Brandoooonnn" Laura berteriak dan berusaha bangkit dari duduknya. Tapi sial, dia bahkan tidak sanggup menggerakkan kakinya, sementara Brandon sudah melangkah menjauh darinya.
Disisi lain, Brandon berusaha menahan tawanya, sungguh, bercanda sedikit wanita itu ternyata hal yang menyenangkan. Namun tawanya berhenti saat dia mendegar suara tangis wanita dibelakangnya. Tentu saja itu suara Laura. Brandon lalu membalikkan badannya dan menelengkan kepalanya. Seriously ? dia menangis ?
Laura menangis sekencangnya, seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan oleh ibunya. Laura meracau tak jelas.
"Feef, maafkan mommy. Mommy tidak sempat membelikanmu mainan yang baru nak. Jika kau akan menikah nanti, kau harus menikahi wanita yang cantik nak" isak Laura ditengah tangisannya.
Melihat itu Brandon merasa iba, tapi disisi lain dia ingin tertawa keras melihat tingkah konyol Laura. Brandon kemudian berjalan mendekati Laura.
Laura yang sedang asyik dengan dunia drama tangisnya tak menyadari Brandon yang berjalan mendekatinya, hingga dia merasakan sebuah usapan lembut dipucuk kepalanya.
"Hey, wanita cengeng berhentilah menangis. Apa kau ini bodoh ? kau serius berpikir aku akan meninggalkanmu sendirian disini ?" Brandon menangkup wajah Laura yang memerah karena tangisannya. Lalu menghapus jejak air mata yang membasahi pipinya.
Laura terdiam sesaat, memadangi mata teduh Brandon sebelum dia kembali meracau "Aku pikir kau akan meninggalkanku karena kau ingin memonopoli Felix dan membesarkannya seorang diri tanpaku"
Ucapan Laura sukses membuat Brandon terkekeh pelan " dan mengapa kau berpikir seperti itu eh ?" tanya Brandon.
"Karena aku bukan ibu kandungnya ? dan karena kau telah berhasil mendapatkan Felix kau akan membuangku ?" ucap Laura terisak.
Brandon tersenyum "No, seluruh dunia ini tau kalau kau adalah ibunya. Dan aku tidak pernah berniat membuangmu Laura". Belum, bisik Brandon dalam hatinya.
Deg!
Jantung Laura berdebar kencang mendengar penuturan Brandon. Terlebih lagi saat Brandon menarik kepalanya kedalam pelukan Brandon. Oh tuhan, betapa nyamannya pelukan Brandon. Tolong, biarkan Laura berada dalam keadaan ini sedikit lebih lama lagi.
Brandon lalu mengurai pelukannya dan membalikkan tubuhnya lalu berjongkok didepan Laura. "Ayo, naiklah kepunggungku, sepertinya akan terjadi badai salju sebentar lagi".
"Tapi tubuhku berat Brandon" tanya Laura ragu.
"Oh, C'mon Laura, apa kau mempermasalahkan itu sekarang ? ditengah badai salju ini ? cepatlah!" Geram Brandon.
Tanpa berkata apa apa lagi Laura segera naik kepunggung Brandon.
"Aneh, mengapa aku tidak merasakan apapun dipunggungku ?" Brandon membuka suaranya. Kini mereka sudah berjalan beberapa langkah dari tempat semula.
Sepatu yang mereka kenakan begitu berat, Laura merasa kasihan melihat Brandon yang menggendongnya.
"Apa maksudmu Brandon ? Apakah aku tidak berat ?" Tanya Laura polos.
Brandon tidak menjawab apa apa, hanya terdengar kekehan pelan dari bibirnya.
1 detik, 2 detik 3 detik...
"Yaaaa, hey, apa maksudmu Brandon Reid ? Apa kau mengatakan dadaku kecil atau bahkan tidak ada ?" Teriak Laura saat dia mengetahui kemana arah pembicaraan Brandon.
"Baru saja kau yang mengatakannya sendiri Laura" Brandon menjawab Laura dengan santai.
Laura lalu melepaskan pegangannya dari tubuh Brandon bermaksud untuk menutupi dadanya dari punggung Brandon.
Malang, Laura yang pintar tidak tau apa yang sudah dilakukannya. Pegangannya terlepas, tubuh Laura menjadi tidak seimbang, dan dia terjatuh kebelakang. Bukan hanya dia yang jatuh, tetapi Brandon juga terjatuh.
"Oh God! Please Laura pintarlah sedikit. Apa kau tidak belajar dari kesalahanmu tadi ?" Brandon berteriak dan bangkit.
"Maafkan aku, salah sendiri kau menggodaku" Laura mencibir, bukankah dia sendiri yang menggodanya tadi. dan mengapa dia sekarang menyalahkan Laura ?
Brandon memilih diam dan membantu Laura naik keatas punggungnya. Daripada dia mengganggu Laura yang malah nantinya mengakibatkan kekacauan, lebih baik dia diam dan tetap berjalan.
"Hei Brandon, aku menyukai jambang diwajahmu ini" Laura tiba tiba saja mengelus rahang Brandon. Entah Beruang dari mana yang merasuki Laura hingga dia berani bertindak seperti itu.
Brandon tidak menjawab, dia sibuk memahamiapa yang terjadi pada dirinya, mengapa dia merasa seperti tersengat saat Laura mengatakan hal itu dan mengelus rahangnya ?
Dia sudah biasa merasakan rahangnya dibelai oleh wanita, tetapi mengapa yang ini mulai mengganggu pikirannya ?
...............................................
Bagaimana Part ini, Please bantu Vote dan comment ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bastard (End)
RomansaSebagian Part di Private ya untuk nambah Followers. Laura Wright, seorang wanita berusia 24 tahun harus merelakan putra yang diasuhnya selama 4 tahun ini ketika seorang pria bernama Brandon Reid, ayah kandung putranya datang dan memenangkan hak asu...