CHAPTER 36 | Confuse

12K 617 2
                                    

Brandon mengacak rambutnya sendiri, pertemuan singkatnya dengan Isabelle membuat pikirannya kacau. Benar apa kata Isabelle, Laura memang tidak tau apa apa. Akan tetapi mendengar Isabelle mengatakan bahwa wanita itu mencintai Alexander sangat membakar hatinya.

"Kau salah Isabelle, kau salah mengatakan kalau kau mencintai Alexander dihadapanku. Semakin membuatku ingin mengancurkannya" Brandon menatap tajam punggung Isabelle.

Saat menatap punggung Isabelle menghilang dikerumunan orang banyak, Brandon baru menyadari satu hal.

"Kemana wanita itu pergi ? Lama sekali" Brandon mengawasi setiap sudut keramaian, mencoba mencari keberadaan Laura yang sejak tadi tidak dia lihat.

Brandon berniat ingin menghubungi Laura, pria itu mencari nomor kontak Laura di ponselnya, matanya mencari cari dari atas hingga kebawah "What the hell ? Apa aku tidak pernah menyimpan nomornya ? really ? selama ini?"

Brandon baru sadar satu hal, selama ini mereka memang tidak pernah bertukar kontak satu sama lain, karena Laura selalu berada dalam jangkauannya dan tak pernah menghilang dari pantauannya. Namun kali ini, mereka disini hanya berdua tanpa pengawalnya.

"Bernard, temukan Laura sekarang juga. Kami masih berada di Old Town" perintah Brandon melalui ponselnya kepada salah satu pengawalnya yang sekarang berada di Menara.

Brandon mematikan sambungan, tak lama kemudian dia mendapatkan panggilan dari sahabatnya Kjell.

"Hmm, ada apa kau menggangguku eh ?" etus Brandon.

"Oh, hatiku sangat sakit, sahabat terbaikku merasa terganggu menerima telpon dariku" Jawab Kjell dengan nada yang dibuat se'menjijikkan'mungkin.

"Baiklah, aku akan menutup telponnya" Ancam Brandon saat Kjell malah menggodanya. Apa dia tidak tau kalau sekarang Brandon sedang kebingungan.

"Wow, Calm dude! Okay okay" terdengar suara Kjell berdehem diseberang sana. "Apa yang kau lakukan disana eh ?" Lanjut Kjell lagi.

Brandon mengangkat satu alisnya, akhirnya pria sialan ini bertanya juga "Kau sudah tau jawabannya brengsek, untuk apa kau tanyakan lagi eh ?"

"Hey, aku hanya ingin mengingatkanmu. Kau sudah terlalu jauh Brandon. Untuk apa kau memberikan kejutan seperti itu padanya jika kau hanya akan membuangnya nanti? dan juga bagaimana kalau kau terjatuh dalam permainanmu sendiri uh ?" Kjell sebenarnya mulai merasa iba dengan Laura.

"Sudahlah Kjell, kau ini sahabatku atau dia uh ? kau hanya harus menutup mulut mu saja dan lihat baik baik bagaimana caraku menghancurkan Alexander, lagi pula apa kau tidak bosan selalu mengingatkanku seperti ini ?" Brandon kembali menutup telponnya. Namun kali ini tatapannya kosong.

Benar apa yang diakatakan Kjell, dia sudah terlalu jauh. Tapi, Brandon merasa dia sudah melakukan hal yang tepat. Laura sudah jatuh cinta padanya. bahkan dia menjadi yang pertama untuk Laura.

Tunggu dulu, memikirkan hal itu membuat jantung Brandon berdetak lebih cepat. "Sial, kau harus tetap fokus Brandon, ini hanya godaan. Sedikit lagi dan kau bisa melakukannya"

*

Setelah keluar dari Coffeshop, Laura berjalan gontai sambil memegangi kartu nama yang diberikan oleh Alexander.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang ? Apa benar yang dikatakan oleh Alexander ? haish, ini memusingkan sekali" gerutu Laura sambil memegangi dahinya.

Sejenak pikirannya kembali teringat dengan ucapan terakhir Alexander didalam tadi.

Flashback on

"Jika memang apa yang dikatakan oleh Brandon itu benar bahwa aku berniat menghancurkannya, untuk apa melakukannya melalui kau ?" Alexander menatap serius pada Laura.

Dear Bastard (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang