"Apa aku sudah terlalu jauh ?"
Suara Brandon terdengar lirih ditelinga Laura, namun bukan itu yang mejadi permasalahannya. Bagi Laura kini permasalahannya hanya satu.
"Apa yang kau inginkan Mr.Reid ?"
tanya Laura tanpa melihat kearah Brandon, meskipun tidak dipungkiri Laura sedang menikmati genggaman tangan Brandon pada tangannya. Please, kali ini saja dan untuk yang terakhir kalinya.
Brandon tertohok mendengar pertanyaan Laura, benar apa kata Laura. Apa yang dia inginkan sebenarnya ? bukankah dia sendiri yang menjadikan Laura sebagai alat balas dendamnya dan kemudian membuang wanita itu ?
Merasa tidak ada jawaban apapun dari lawan bicaranya, Laura menarik paksa tangannya dan berjalan meninggalkan Brandon. Sudah cukup dia mencuri perasaan menikmati genggaman tangan pria itu untuk terakhir kalinya. Dan dia tidak akan membiarkan hal ini terjadi lagi.
Laura berjalan cepat kearah mobilnya dan buru buru membanting pintu mobilnya, kemudian menumpahkan tangisan yang sejak tadi ditahannya.
"Si brengsek itu, mengapa dia bisa sampai kesini ?" tanya Laura dalam hatinya. Ahh, itu bukan urusan Laura, bagaimanapun cepat atau lambat pria itu akan tau dimana calon anak mereka dimakamkan.
Memang benar janin itu hanya berusia enam minggu dan masih berupa gumpalan darah saat itu, namun Alexander membakar pakaian yang dipakai Laura saat dia pendarahan dan abunya dia masukkan kedalam guci agar Laura bisa memiliki kenangan dengan calon anaknya.
Laura merasa yang merasa tangisannya kali ini sudah cukup , melajukan mobilnya meninggalkan Brandon dipemakaman yang masih terduduk memandangi nisan calon anak mereka.
"Hey baby, maafkan ayahmu ini baru datang menemuimu. Ahh, apakah aku masih pantas disebut ayah ?" maki Brandon dalam hatinya.
"Aku memisahkan kakakmu dengan ibumu, mengusir ibumu, bahkan aku yang memiliki peran paling besar saat kau tidak bisa bertahan dalam perut ibumu"
Mata Brandon memerah menahan emosinya, memikirkan kembali semua tindakannya dari awal hingga saat ini. Jika dia memikirkannya lagi, tidak ada kebenaran dalam setiap tindakannya. Hanya ada pembenaran atas kebodohannya.
"apa kau membenciku ? apa menurutmu aku masih bisa dimaafkan ?"
Brandon kemudian tertawa miris, memikirkan perbuatannya.
"Bahkan neraka pun tidak sudi menerima kehadiranku"
Berapa lamapun Brandon berbicara pada makam anaknya, berapa lamapun Brandon berdiam disitu tetap tidak ada jawaban apapun selain udara dingin dan daun yang berterbangan disekitarnya.
Brandon mendekat kearah nisan anaknya lalu mengusapnya pelan.
"Semoga disana kau bisa memaafkan kesalahanku, kau pasti tau betapa sakitnya perasaanku saat tau aku kehilanganmu. Maksudku, hey, aku juga seorang ayah yang memiliki perasaan. Bagaimana mungkin aku tidak merasa sakit saat aku yang menyebabkan anakku pergi"
Brandon menarik nafasnya lalu berdiri masih memandangi nisan anaknya.
"Aku akan membawa kakakmu kesini jika waktunya sudah tiba"
Setelah puas mencurahkan keresahan hatinya selama ini, Brandon berjalan gontai meninggalkan pemakaman dengan perasaan bersalah yang semakin bertambah.
Selama ini Brandon pikir, janin berusia enam bulan tidak akan mungkin memiliki makamnya sendiri. Ternyata dia salah, Laura membuatkannya sebuah makam. Terima kasih untuk wanita itu, karena dengan begitu Brandon masih punya kesempatan untuk mengunjungi anaknya, meskipun itu hanya sebuah makam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bastard (End)
RomanceSebagian Part di Private ya untuk nambah Followers. Laura Wright, seorang wanita berusia 24 tahun harus merelakan putra yang diasuhnya selama 4 tahun ini ketika seorang pria bernama Brandon Reid, ayah kandung putranya datang dan memenangkan hak asu...