Dering alarm berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, namun gadis ini belum juga terbangun. Akhirnya suara ketukan pintu lalu seseorang membuka kenop pintu kamar Jessa, ternyata wanita paruh baya menghampiri ranjang Jessa lalu membangunkannya dengan lembut.
"Jessa bangun," Belum ada sahutan dari gadis ini.
"Sayang udah siang loh, nanti kamu telat."
"Berisik Grace!" Mungkin Jessa mengigau sehingga dia menyangka yang membangunkannya adalah Grace.
Sinta menggeleng-geleng kepala, "Ini mama sayang."
Dengan spontan Jessa membuka kedua matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk, "Mama kapan pulang?"
"Tadi malem sayang."
"Kenapa gak bilang Jessa kalo pulang si Maa?" ucapnya sedikit kecewa.
Sinta mengangkat alisnya sebelah, "Mama kirim pesan loh, masa kamu gak baca?"
"Hehe Jessa gak mainin hp," ucapnya sambil nyengir kuda.
"Yaudah mandi gih, Mama tunggu di meja makan." Ucap Sinta yang langsung keluar dari kamar anaknya itu.
"Iya Maa."
Lalu Jessa beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Tidak butuh waktu lama untuk gadis ini mandi dan siap-siap, Jessa berdandan layaknya anak sekolah pada umumnya memakai seragam putih abu-abu yang tidak aneh-aneh dengan rok bawah lutut, rambut yang sengaja digerai sehingga bila terkena angin akan terkibas kesana kemari, wajah yang hanya di olesi bedak bayi dan menggunakan lip gloss berwarna pink natural sehingga tidak terlalu terlihat.
Dia tidak terlalu suka berdandan berlebihan seperti Grace yang memakan mascara, bibir yang diombre menggunakan dua lipstik, dan rambut super badai yang sebelumnya dicurly menggunakan catokan. Menurut Jessa itu terlalu berlebihan untuk anak sekolah. Atau pun seperti anak-anak lain seragam yang dicrop pendek dan rok diatas lutut.
Jessa menuruni satu persatu anak tangga lalu berjalan menuju meja makan. Di sana sudah ada Justin yang sedang menyuapkan sesendok nasi goreng kemulutnya dengan di tangan kirinya memegang ponsel, dan Sinta sedang menyiapkan berkas-berkas yang Jessa tidak mengerti.
"Pagi, Maa udah dong jangan mainin kertas-kertas begituan mulu makan dulu," ujar Jessa, "lo lagi kalo makan ya makan main hp ya main hp."
"Ini harus selesai sekarang sayang." jawab Sinta tanpa menoleh ke arah Jessa.
"Terserah gue dong, lo kan gak pernah pacaran jadi gak ngerti rasanya," ledek Justin.
"Dasar lo bucin," balasnya, "mama sama papa bener-bener sibuk banget ya?"
"Mama sama papa seperti ini juga untuk kamu dan Justin." Sinta tidak menatap anaknya dia masih saja terfokus pada kertas yang dipagangnya.
"Buat apa banyak uang kalo di dalam satu keluaga jarang ada kebahagian!" Perkataan Jessa membuat Justin dan Sinta menghentikan kegiatannya dan bersamaan menatap Jessa, pasalnya Jessa tidak pernah marah kepada mamanya tentang hal pekerjaan tapi kali ini Jessa seperti memberontak.
"Jessa sarapan di sekolah aja," ucapnya dan langsung meninggalkan Justin dan Sinta.
Jessa mencari keberadaan pak Bono di pekarangan rumahnya, mobil yang sering pak Bono pakai untuk mengantar Jessa masih ada terparkir. Dengan kesal Jessa membuka gerbang rumahnya memutuskan naik taksi. Moodnya benar-benar sedang tidak baik pagi ini.
Seorang laki-laki memakai seragam putih abu-abu dengan balutan jaket jeans rambut khasnya yang selalu acak-acakan namun tetap mempunyai nilai tinggi di mata para kaum hawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [Revisi]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Elvano Adhitama Naufal adalah lelaki populer di SMA Angkasa, dia hampir mendekati kata sempurna, dia tampan, kaya, tinggi, berkharisma, kapten basket, mendekati sempurna, bukan? Banyak siswi SMA Angkasa yang menyukainya, nam...