64

57.6K 2.5K 40
                                    

Jessa membuka kedua matanya, karena cahaya matahari menyorot masuk kedalam celah-celah jendela kamarnya.

Gadis itu teringat perihal semalam, dia sangat ingat bahwa dia tertidur dalam pelukan Elvano, dan pasti lelaki itu membaringkan Jessa di tempat tidur.

Lalu apakah lelaki itu pergi meninggalkan Jessa semalam, atau dia tinggal di sini. Jessa ingin memastikannya. Gadis itu pun keluar dari kamarnya, dan melihat Elvano sedang tertidur di sofa, bahkan sofa itu berpindah tempat.

Jessa tersenyum simpul, lalu berjalan menuju dapur. Gadis itu ingin membuatkan sarapan untuk Elvano, karena semalaman dia menemani Jessa dan rela tidur di sofa.

Sampai di dapur Jessa bingung harus membuat apa, tadinya dia ingin membuatkan nasi goreng, namun tidak ada nasinya. Jessa membuka lemari makanan, dan menemukan sereal.

Gadis itu menyiapkan dua mangkok, dan menuangkan sereal itu serta susu ke dalam mangkok itu. Pasti lelaki itu akan menertakan Jessa dengan menyebut membuatkannya sarapan seperti ini.

Jessa menyimpannya di meja makan, lalu dia berjalan lagi berniat untuk melihat apakah Elvano sudah bangun apa belum, tapi tidak jadi karena lelaki itu sudah terlebih dahulu bangun dan menghampiri Jessa.

"Gue kira lo kemana," ucap Elvano dengan wajah yang sembab karena baru bangun tidur.

"Gue udah buatin sarapan."

"Gue cuci muka dulu, sebentar aja." kata Elvano beranjak ke kamar mandi dekat dapur.

Lalu Jessa terlebih dahulu duduk di meja makan, dia menunggu Elvano agar makan bersama. Tidak lama di kamar mandi Elvano pun sesegera keluar dan duduk di depan Jessa.

"Sori, cuma makan sereal aja," ujar Jessa.

"Gak papa," jawab Elvano sambil memakan sereal buatan Jessa, "rasanya mewah kalo lo yang buat."

"Jangan berlebihan deh orang rasanya gitu-gitu aja." sembur Jessa.

Elvano tak membalas lagi, dia hanya melanjutkan makannya.

"Makasih ya," ucap Jessa.

Elvano menaikan alisnya sebelah, "Buat?"

"Semalem kakak udah dateng."

Lelaki itu mengangguk. "Udah kewajiban gue buat jagain lo."

"Sejak kapan?" tanya Jessa.

"Sejak gue mulai suka sama lo."

Jessa menatapnya ingin sekali dia mengatakan bahwa dirinya akan memberi kesempatan kedua, tapi terhenti di bibirnya. Dia tidak bisa.

"Gak ngampus?" tanya Jessa mengalihkan pembicaraan.

"Males." jawabnya.

"Dari dulu penyakitnya sama ya," sindir Jessa dan lelaki itu hanya terseyum simpul.

"Udah sana pergi ngampus!" suruh Jessa.

"Udah lah gak usah, tinggal titip absen aja."

"Kalo gak ngampus jangan main lagi ke sini!" tegas Jessa.

"Iya-iya gue ngampus." Lalu lelaki itu beranjak dari kursi dan berjalan dengan ogah-ogahan. Dia masih ingin di sini menemani Jessa, tapi malah disuruh pergi ke kampus oleh gadis itu.

Setelah lelaki itu benar-benar pergi, Jessa duduk di sofa depan tv. Dia bosan berdiam sendirian di rumah, tapi malas juga untuk keluar rumah.

Terdengar dari dalam rumah ada suara pagar terbuka dan dibarengi dengan deru mesin mobil. Jessa memeriksa keluar, dan perkiraannya benar bahwa itu mamanya.

He Is Mine [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang