Jessa masuk ke dalam kamar Sinta yang diikuti oleh Justin. Wajah Sinta tampak marah dan serius. Ketiganya duduk di sofa yang ada di dalam kamar itu.
Saat Sinta pulang dari sekolah Bu Dila pun membolehkan Jessa pulang lebih awal, dan Justin dia di telepon Sinta agar cepat pulang karena Bu Dila telah menunjukan absen Justin sudah lebih dari 20 kali.
Sinta menyilangkan tanganya dan menumpangkan kaki sambil menatap kedua anaknya tajam secara bergantian.
"Jessa! selama ini Mama percaya sama kamu, kenapa kamu berbuat seperti itu bikin malu saja!" ucap Sinta dengan nada tinggi.
Jessa hanya menundukan kepalanya dia sangat takut karena ini pertama kalinya Sinta marah besar kepadanya.
"Jawab Mama Jessa!" Lagi-lagi sinta meninggikan suaranya.
"Maa, Jessa gak gitu," ujar Jessa dengan pelan.
"Lalu siapa laki-laki yang berciuman dengan kamu!"
Justin yang sedari dari hanya mendengarkan ibunya memarahi Jessa pun ikut bicara, "Ciuman?"
"Diam kamu Justin!" kata Sinta, Justin langsung membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri.
"Maa, kalau pun Jessa jelasin Mama gak akan kan?" tanya Jessa.
"Apalagi yang mau kamu jelasin!?" seru Sinta, "kamu juga Justin mau jadi apa kamu setiap hari absen kelas!Sudah pintar?"
Mereka berdua hanya diam, "Mama kecewa sama kalian berdua anak yang selalu Mama percaya ternyata begini!" lanjut Sinta yang matanya mulai berkaca-kaca.
"Maaf Maa," ucap Jessa.
"Kamu di skors dari sekolah selama 3 hari dan diberi surat peringatan pertama! Kalian berdua akan Mama hukum tidak ada uang jajan selama dua minggu tidak boleh memegang handphone dan tidak ada main kalian berdua harus di rumah! Kamu Justin Mama sita motor kamu mulai sekarang di antar jemput sama Pak Bono!" jelas Sinta.
"Jessa gak salah Maa," ucapnya lagi yang air matanya sudah keluar berulang kali.
"Mama jelas-jelas pake mata kepala Mama sendiri itu kamu!"
Jessa berdiri sambil menyimpan ponselnya dengan kasar lalu pergi, "Semuanya aja gak percaya sama Jessa!"
Jessa berlari menuju kamarnya dan menutup keras pintu kamarnya, dia menangis tersedu-sedu, Ibu yang selalu percaya padanya kini sama seperti orang lain tidak percaya.
Jessa mengambil sebuah pigura yang terdapat di atas nakas. Dia memandangi poto tersebut, poto dia dengan Richard, ayahnya.
"Paa... Pulang, apa Papa bakalan percaya kalo Jessa jelasin? Mama gak percaya sama Jessa Paa," ucap Jessa sambil mengelus-ngelus poto Richard.
--
Lelaki jangkung sedang sibuk mencari gadis yang kemarin menangis di depannya. Lelaki itu sudah sampai di depan kelas gadis itu.
Dia masuk ke dalam kelas itu, ternyata gadis yang ia cari tidak ada disana. Yang ada hanya kedua sahabatnya saja. Lelaki jangkung itu menghampiri kedua sahabatnya.
"Lo ada liat Jessa gak?" tanya Elvano kepada Grace.
Grace menggeleng, "Gue belum ketemu sama dia, dan gue belum tau apa yang sebenernya terjadi sama dia, teleponnya mati gue udah telepon tapi gak bisa."
"Kak ada apa sebenernya?"
"Jessa di jebak sama orang, lo percaya Jessa gitu?"
"Di jebak? Maksudnya, gue yakin Jessa gak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [Revisi]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Elvano Adhitama Naufal adalah lelaki populer di SMA Angkasa, dia hampir mendekati kata sempurna, dia tampan, kaya, tinggi, berkharisma, kapten basket, mendekati sempurna, bukan? Banyak siswi SMA Angkasa yang menyukainya, nam...