Semoga rasa yang yang sudah di kubur mati-matian, tidak akan bangkit lagi. Semoga saja.
**
Dia mendekat ke arah Jessa lalu membopong tubuh Jessa, yang dikatakannya berat. Mata Jessa melotot dia terkejut kenapa ini?
"Kak turunin gue, ini sekolah," ucap Jessa panik karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian.
"Diem, terima kasih aja nanti jangan banyak bacot."
"Gue gak mau bilang makasih, gue mau lo turunin gue, please." minta Jessa, dia tidak mau ada gosip yang tidak-tidak tentangnya.
"Jalan lo lama gue greget liatnya, udah jangan banyak ngomong, masih pagi otak gue masih fresh gue gak mau otak gue runyam gara-gara dengerin ocehan lo," sumpal Elvano dengan kata-katanya, sampai-sampai gadis itu tidak berkutip lagi.
Dia tidak memperdulikan tatapan dari adik kelasnya itu, toh Elvano memang sudah kebal diperhatikan sedemikian rupa.
"Udah turunin gue di sini," perintah Jessa setelah sampai di depan kelasnya.
"Menurut lo gue bakalan gendong lo sampe bangku lo gitu? Gue juga mau turunin lo jadi gak usah geer."
Anjir sumpah demi apapun kutuk dia jadi semut deh!
"Iya udah turunin dong!" ketus Jessa.
Lalu lelaki itu menurunkan tubuh Jessa, ketika Jessa berjalan memasuki kelasnya tanpa berucap apapun Elvano kesal dengan cepat lelaki itu mencekal tangan Jessa.
"Gak malu lo?" tanya Elvano dengan smirk kecil di bibirnya.
Gadis itu menaikan alisnya sebelah. "Malu? Orang gue pake baju."
"Gak ada kata makasih gitu? Senggaknya gue udah bopong lo meski gue tau badan lo itu berat."
Jessa membalikan badannya ke arah Elvano lalu berkacak pinggang. "Hadeh, emang gue minta kakak buat gendong gue? Enggak kan? Terus apa gue mau di gendong kakak? Enggak juga kan. Jadi gue gak mau bilang makasih."
Sebelum Elvano menjawab gadis itu langsung masuk ke dalam kelasnya, karena dia tau lelaki itu akan mengomel dan marah.
Elvano tak berkutip, setelah Jessa pergi dia mengacak-acak rambutnya frustasi.
Kenapa gue peduli sih sama dia? Ada apa sih sama hati gue, bahkan saat dia bersikap dingin kayak gitu hati gue ganjel, kenapa? Fikir Elvano sembari jalan menyusuri koridor.
**
Elvano memasuki kelasnya dengan memasang wajah kesal, sehingga kedua temannya heran kenapa masih pagi wajah Elvano sudah tidak enak di pandang.
"Lo kenapa? Pagi-pagi tu muka udah di tekuk aja," tanya Rei.
"Asem tau gak liatnya," sambung Gavin.
"Kalo muka gue kayak gini berarti gue lagi bete, sekolah di Angkasa tapi otak lo masih bego aja," semprot Elvano, dia melampiaskan kesalnya pada kedua temannya.
"Tuh kan kena juga, ngapain juga lo tanya," cetus Gavin sambil menyikut Rei.
"Ya gak biasanya, kenapa lo ketemu paparazi? Atau di kejar-kejar pak Heri?" tebak Rei.
"Bukan dua-duanya," ketus Elvano.
"Ya terus kenapa?"
"Gue nyesel udah peduli sama.." Elvano menggantungkan ucapannya, tanpa sadar dia mengucapkan ucapan yang seharusnya tidak ia ucapkan.
"Sama siapa?" tanya Gavin penaran.
"Udah lupain aja," ucap Elvano, "mau sebat dulu ikut gak?"
"Oke." ucap mereka bersamaan. Rasa penasaran itu tidak lagi mereka tanyakan karena sebatang rokok melupakan semua rasa penasaran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [Revisi]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Elvano Adhitama Naufal adalah lelaki populer di SMA Angkasa, dia hampir mendekati kata sempurna, dia tampan, kaya, tinggi, berkharisma, kapten basket, mendekati sempurna, bukan? Banyak siswi SMA Angkasa yang menyukainya, nam...