23

76.9K 3.3K 30
                                    

Seminggu lagi kelas 10 dan 11 SMA Angkasa akan menghadapi ulangan akhir semester. Titik dimana selama satu tahun ajaran mereka diuji layak untuk naik kelas atau tidak. Dan untuk satu minggu ini semua siswa sibuk mengejar guru mata pelajaran untuk mendapatkan nilai agar tuntas dirapot.

Seperti gadis berambut pirang panjang itu kini sedang menyetorkan tugas sejarah yang kemarin ia kerjakan sampai-sampai pundaknya masih pegal-pegal sampai sekarang. Karena dari guru yang lain hanya tugas-tugas kecil yang sudah Jessa kerjakan, jadi tugas gadis itu hanya lah mata pelajaran olahraga saja.

Sedangkan, lelaki yang selalu membolos di jam pelajaran dan selalu menuju tempat ternyaman menurutnya di rooftop. Sekarang lelaki jangkung itu sedang santai menghisap rokok yang di pegangnya dan mengeluarkan asapnya dari mulut sehingga asap itu ikut terbawa angin menyebabkan aroma rooftop yang biasa. Sama halnya dengan ketiga temannya mereka mengikut saja, sepertinya Elvano dijadikan panutan oleh mereka benar-benar bodoh ketiga temannya itu anak nakal dan tukang bolos sepertinya di jadikan panutan.

Seketika Rei menghentikan kegiatan merokoknya menatap kearah lelaki jangkung yang ada didepannya. "El, lo gak nyelesain tugas?" tanya Rei kepada lelaki jangkung yang masih menikmati rokoknya.

Lelaki itu hanya menggidikan bahunya.

"Gak mau ngerjain tugas? Atau gamau naik kelas? Biar satu angkatan sama Jessa gitu?" tanya Rei beruntun sehingga lelaki dihadapannya menatap dia dengan sebal.

"Gak penting tau ngerjain tugas, taun lalu aja gue naik tanpa harus ngerjain tugas, gak ada kerjaan banget gue mau satu angkatan sama dia." Lelaki itu sangat percaya diri bahwa dirinya akan naik, karena tahun lalu memang tugasnya banyak yang tidak tuntas sampai-sampai wali kelasnya mendatangi rumah Elvano untuk mengobrol dengan ibunya. Karena anaknya memang keras kepala tidak mau mengumpulkan tugas dengan terpaksa Tasya harus menggunakan cara licik dengan memberi uang sogokan kepada gurunya agar putranya naik kelas.

"Tapi sekarang nyokap lo gak akan ngelakuin hal itu lagi dulu kan karena kepepet." Gavin ikut menambahi.

"Gue males belajar, terus-terusan belajar gak bikin lo pinter juga kali banyak tuh anak yang sering belajar eh taunya jadi banyak yang idiot. Keseringan main sama buku jadi gitu." Pemikiran Elvano yang sangat-sangat tidak lazim, bilang saja tidak mau belajar bukannya berbelit-belit.

"Kenapa gue punya temen kaya lo," cibir Gavin.

Sebenarnya Elvano adalah murid yang pintar bila dia mau belajar. Tapi karena kemalasannya dia enggan untuk belajar dan membuat seakan-akan dirinya tidak bisa pintar.

"Yaudah kita mau cari guru dulu mau ngerjain tugas biar naik kelas," Lanjut Gavin sambil menekankan kata naik kelas.

"Yaudah sono inget kata-kata gue belajar gak bikin lo pinter!" Elvano sedikit berteriak karena teman-temannya sudah menuruni tangga.

"Gak loyal banget!" gerutu Elvano.

Mereka bukan tidak setia kawan, hanya saja mereka ingin mempertahankan masa depannya. Anak nakal juga pasti punya masa depan dan cita-cita, kan? Mereka sudah mengajak lelaki jangkung itu tapi pemikirannya selalu tidak sama dengan apa yang dipikirkan teman-temannya.

**

"Semoga aja tuh anak dapet hidayah tiba-tiba mau ngerjain tugas." Ucap seseorang kepada temannya.

"Iya gue takut tuh anak kaga naik kelas tau ga." teman satunya lagi ikut menambahi.

"Tau ah batu emang kalo di kasih tau."

Dari koridor tiga lelaki itu sedang berjalan dengan membawa beberapa buku ditangannya. Jessa yang sedari tadi berada di belakang mereka tidak sengaja mendengar perbincagan ketiga lelaki itu. Gadis berambut panjang itu tau bahwa yang ada di depannya itu adalah sahabat karibnya Elvano. Tapi dia tidak melihat adanya lelaki jangkung itu. Dan Jessa bingung siapa yang sedang di bicarakan oleh ketiga lelaki itu?

He Is Mine [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang