67

64.1K 2.3K 76
                                    


Hari ini adalah hari pensi sekolah sekaligus hari kelulusan untuk kelas 12. Tidak terasa sudah tiga tahun berlalu begitu cepat. Gadis itu sedang berjalan menuju mading yang sedang dikerumuni oleh anak-anak kelas 12.

"Wah Jess lo masuk rengking dua paralel dari semua angkatan IPS." decak kagum Grace setelah melihat nama Jessa ada di baris kedua.

"Sumpah?" tanya Jessa tidak percaya, lalu dia melihat sendiri, dan ternyata benar namanya ada disana tertulis bahwa dia rengking kedua dari 238 siswa IPS.

"Gila, Lala aja ada di rengking 7." ucap Grace, sedangkan yang rengking satu adalah anak laki-laki dari IPS 1.

"Yah Anne rengking 16," keluh Anne merasa kecewa.

"Gapapa Anne lo udah ngalahin hampir 200 orang," ujar Jessa lalu Anne tersenyum.

"Yaelah gue aja rengking 67 kagak ribet," ketus Grace, perempuan itu memang sudah belajar tapi tetap saja tidak bisa masuk 50 besar di paralel.

"Grace kan emang jarang belajar jadi gak papa kalo rengking segitu, kalo Anne belajar setiap hari kayak Jessa." Anne seakan-akan memancing amarah Grace untuk mengomelinya tapi untung Jessa langsung memberi isyarat agar jangan terpengaruh.

"Kantin skuy," ajak Jessa, lalu ketiganya berjalan menuju kantin meninggalkan mading yang masih banyak siswa-siswi yang mengerumuninya.

Kantin tidak terlalu penuh karena anak kelas 10 dan 11 sedang berada di lapangan menonton band yang sedang tampil, setiap tahunnya SMA Angkasa selalu mengundang artis maupun band ternama.

"Jess sebelum lo pergi kita liburan dulu ya kemana gitu," ucap Grace di sela-sela memakan baksonya.

"Hmm," gadis itu hanya mendehem karena dia saja belum pasti diterima di unversitas termana disana.

"Grace jadi kuliah di UI?" tanya Anne seperti meledek.

"Kenapa lo gak percaya gue bisa masuk kesana?" Nadanya ketus, Anne sedang tidak bersahabat bersama Grace makanya dia selalu ribut walau hanya aksi sindir-sindiran.

"Ya kan Anne nanya aja, siapa tau Grace berubah pikiran."

"Gak gue udah fix kuliah disana!" seru Grace, dia berfikir bila jalur SNMPTN tidak memungkinkan karena nilainya rapotnya banyak merah, gadis itu bisa mengambil jurusan SBMPTN atau ujian mandiri.

"Kenapa gak di kampus kak Rei aja biar langsung masuk," saran Anne.

"Lo aja sono, dia kan yayang lo kenapa harus gue!" Matanya mendelik menatap Anne tajam, gadis lemot itu sedang menjadi pribadi yang menyebalkan, sungguh.

"Apa sih Anne kan gak pacaran lagi sama kak Rei, kenapa Grace panggil yayangnya Anne!" Gadis itu marah karena masih menyangkut pautkan Rei dengan dirinya, pada Anne sendiri yang menyebut nama Rei pertamanya.

"Ya udah terserah lo pusing gue." Akhirnya Grace mengalah tidak lagi mau beradu argumen dengan sahabatnya ini.

"Udah ah kayak anak kecil aja," Jessa pun ikut berbicara setelah sedari tadi hanya menyimak adu debat kedua sahabatnya ini.

"Kepada seluruh kelas 12 dimohon agar segera menuju lapangan, terima kasih."  Suara itu berasal dari spiker yang di pasang di sudut kantin dan di sudut-sudut ruangan lainnya. Yang berbicara adalah ketua osis yang menggantikan Anne setelah masa jabatannya habis.

"Sekali lagi kepada kakak-kakak kelas 12 segera berkumpul dilapangan, terima kasih."

"Yu tuh ketos udah manggil-manggil," ucap Jessa sembari berdiri dari duduknya.

Mereka pun segera bergegas ke lapangan, sudah banyak kelas 12 berkumpul di sana. Dan ada juga kelas 10 dan 11 yang menonton ditepi-tepi lapangan.

Di panggung sudah ada kepala sekolah yang akan siap berbicara.

He Is Mine [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang