Dua bulan sudah berlalu namun gadis itu tidak menunjukan tanda-tanda bahwa dia akan bangun. Teman-temannya tetap setia menunggu Jessa, setiap minggunya mereka menjenguk Jessa dengan bercerita pada gadis itu, walau pun tidak akan di respond olehnya.
Seperti sekarang Grace, Anne, Lala, dan Dymas sedang berada di kamar rawat Jessa.
"Jessa tau gak Anne udah jadi ketua osis loh, hebat kan Anne," ucap Anne memuji dirinya sendiri.
"Nasib SMA Angkasa gimana ya Jess? Bakalan lemot kayak dia gak?" tanya Grace sambil menopang dagu.
"Gue punya janji loh sama lo Jess, janji buat belajar bareng," tambah Lala.
Sedangkan Dymas hanya duduk di sofa tanpa berbicara, Dymas datang kerumah sakit bilang ketiga gadis ini akan menjenguk. Karena dia tidak mau salah mengartikan maksud dia datang setiap hari. Karena dia sekarang ikhlas, hatinya Jessa bukan untuknya dan dia harus terima itu.
"Kak Dym fotoin kita dong," pinta Grace sambil mengasongkan kamera palaroid.
Setiap mereka berkunjung pasti ada satu foto yang diambil, lalu di tempel di dinding dekat ranjang Jessa. Sehingga bila ia bangun nanti Jessa tau bahwa sahabatnya itu tidak lupa padanya.
"Yaudah pulang yu udah sore," ajak Lala pada semuanya.
"Jess kita balik dulu ya, sip kita udah beres, gantian kakak lo yang jaga sekarang." kata Grace.
"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul ke parkiran," suruh Dymas.
"Oke jangan lama-lama ya Kak."
Setelah para gadis pergi Dymas duduk di kursi yang ada di dekat ranjang Jessa, menatap lekat gadis itu.
"Makasih udah jadi orang pertama yang bikin hati gue leleh, meski cinta gue gak berbalas gue tetep seneng bisa kenal dan deket sama lo." Lalu lelaki itu berdiri dan mencium kening Jessa.
Entahlah bila Jessa sadar dia akan marah atau tidak, tapi kali ini Dymas akan menganggap Jessa sebagai adiknya tidak lagi mengharapkan balasan cinta dari Jessa, meski dalam hatinya akan tetap ada nama gadis itu dan sampai kapan pun tidak bisa diganti.
"Gue pulang dulu nanti gue kesini lagi."
"Udah mau pulang Mas," kata Justin yang baru saja keluar dari lift.
Dymas yang baru berada di ambang pintu pun segera menutup pintu dan tersenyum pada Justin. "Iya udah sore, lagian ciwi-ciwi udah nunggu di bawah."
"Yaudah thank ya udah jagain Jessa," katanya sambil menepuk pundak Dymas.
"Yoi."
Lalu Justin masuk kedalam kamar Jessa, duduk dan menatap adiknya itu. Dia menunggu keajaiban agar adiknya bisa bangun. Karena yang harus Justin jaga sekarang bertambah satu Mamanya sekarang sakit-sakitan karena terlalu memikirkan anaknya yang tidak tau nasibnya akan seperti apa.
Kunci kesembuhan Mamanya adalah Jessa harus bangun, tapi itu entah kapan dua bulan Justin menunggu dan tidak ada tanda-tandanya.
"Tadi Mama gak mau makan lagi Jess," curhat Justin pada adiknya, "lo sih tidur mulu, gak pegel tuh badan ditidurin terus." omelnya bila Jessa bangun pasti dia akan membalas omelan Justin.
"Lo pasti gak percaya kalo gue baru beres nangis," lelaki itu tertawa sumbang, "pasti lo mau tanya kenapa?"
"Mama bilang gini kalo lo gak bangun-bangun mama lebih baik mati aja," liquid bening dari matanya keluar lagi, "kalo mama pergi lo pergi papa juga, gue sama siapa? Jadi lo harus bangun supaya mama gak pergi juga."
"Yaudah waktunya baca novel sekarang," Lelaki itu menyeka air matanya dan mengambil salah satu novel yang ada di laci.
Ketika ia sedang membaca tiba-tiba ada tiga lelaki masuk ke dalam kamar Jessa.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [Revisi]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Elvano Adhitama Naufal adalah lelaki populer di SMA Angkasa, dia hampir mendekati kata sempurna, dia tampan, kaya, tinggi, berkharisma, kapten basket, mendekati sempurna, bukan? Banyak siswi SMA Angkasa yang menyukainya, nam...