46

61.3K 2.5K 123
                                    

Kepingan-kepingan rasa itu datang kembali, kenapa harus kembali lagi? Padahal sudah ku buang mati-matian rasa itu, menjadi sia-sia saja.

-Jessalyn.

**

Karena tidak bisa menolak Mamanya akhirnya Elvano ikut dengan terpaksa dan entah mengapa Mamanya itu selalu menyuruh Elvano berada di dekat Jessa. Contohnya sekarang didalam bis mereka harus duduk bersebelahan.

Tasya juga mengajak Justin ya tapi lelaki itu mempunyai seribu alasan untuk tidak ikut dan tega mengorbankan adiknya itu untuk berduaan dengan lelaki ini.

Mereka akan menginap di Puncak selama dua hari, beberapa jam sudah mereka dalam perjalanan akhirnya mereka sampai, akhirnya Jessa bisa menghirup udara segar.

"Vano bawain dong tas Jessanya, masa kamu tega liat cewek bawa tas berat," tegur Tasya pada Elvano.

"Mama gak kasian sama Vano? Ini Vano udah bawa tas Vano sama koper Mama loh," Lelaki itu bersikap manja yang membuat Jessa geli.

"Yaudah sini koper Mama biar Mama aja yang bawa," kata Tasya hendak membawa kopernya.

"Jangan Maa, Vano aja sama tas Jessa juga iya."

"Tante gapapa Jessa juga bisa kok gak berat ini tasnya," ucap Jessa karena lelaki itu memang tidak mau membawakan tasnya dari cara menatapnya saja sudah tidak enak.

"Udah gapapa biar Vano aja," ujar Tasya.

Tega banget nyokap gue! Gerutu Elvano dalam hati.

Jessa dan Tasya pergi terlebih dahulu sedangkan Elvano ditinggalkan dengan membawa dua tas dan satu koper besar.

Sampai di Villa Tasya menunjukan kamar Jessa, di dalam Villa itu terdapat tiga kamar, dan kamar Jessa bersebelahan dengan kamar Elvano, bahkan tidur pun harus berdekatan?

"Nih tas lo lain kali jangan nyusahin gue!" Elvano memberikan tas Jessa dia membentak gadis itu karena Mamanya sedang di kamar mandi bila tidak mungkin Tasya akan memarahi anak semata wayangnya itu.

"Sori, kan gue gak minta kakak yang bawa." balas Jessa dengan datar lalu masuk ke dalam kamarnya.

"Sumpah ya lo nyebelin," Elvano kesal sendiri pada gadis itu mengapa dia begitu menyebalkan.

**

Malamnya semua berkumpul di depan halaman Villa banyak staf yang membawa istri, suami, maupun anaknya. Karena ini memang jatah tahunan dikantor Tasya dia selalu memanjakan staf-stafnya untuk berlibur bersama.

Semua orang sibuk membakar jagung ada pula yang menyalakan kembang api, suasana sangat hangat dan berisik tentunya. Karena bosan dan tidak ada teman untuk mengobrol Jessa pun hendak pergi untuk berjalan-jalan mengelilingi Villa karena tempatnya sangat rapi dan nyaman, Villa seperti komplek perumahan tapi tidak terlalu besar juga.

Elvano yang sedari tadi memerhatikan Jessa lalu berfikir mau kemana gadis itu berjalan sendirian. Tanpa sadar kakinya ingin melangkah dan mengikiti gadis itu. Anggap saja Elvano takut gadis itu hilang, bila hilang dia juga yang akan repot.

Ketika Jessa sedang berjalan seperti ada yang berderap di belakangnya, sepertinya ada seseorang di belakangnya. Bulu punduknya kian berdiri sekarang Jessa hanya seorang diri dan dia takut.

Gadis itu terus saja berjalan tanpa menoleh ke depan, langkahnya pun ia percepat dan derap langkah kaki yang mengikutinya pun sama-sama mempercepat.

Elvano memegang pundak Jessa akhirnya dia bisa menyusul gadis itu, "Siapa lo?!" Jessa membalikan badannya sambil menutup mata karena takut melihat penampakan dan dia memukul Elvano keras.

He Is Mine [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang