Gadis dengan memakai kaos polos dan dibaluti cardigan warna abu-abu, tak lupa tote bag dan map yang ia pegang. Gadis itu tersenyum pada lelaki yang sudah menunggunya di palantaran rumahnya.
"Yu," ajak Jessa.
Lalu lelaki di depannya itu memakaikan helmnya pada gadis itu, seperti sudah keharusan untuk lelaki itu.
Setelah memakaikan helm Jessa naik diatas motor lelaki itu, Jessa lebih suka naik motor dari pada naik mobil, jadi lelaki itu selalu mamakai motor karena permintaan gadisnya itu.
Jalanan Jakarta tidak pernah berubah, selalu berisik dan padat. Itu sudah menjadi tontonan setiap harinya.
Lelaki itu menepikan motornya di sebuah Universitas ternama dengan mahasiswa yang mamakai almamater kuning.
"Pulangnya aku jemput lagi," ucap Elvano.
"Gak usah aku sama Justin aja, mending kamu sama Grace aja biar gak ribet Justin harus jemput." Memang Grace satu kampus dengan Elvano, akhirnya gadis itu menyerah karena tidak bisa menaklukan kampus itu.
"Ya udah, belajar yang bener, dengerin dosen jangan tidur," pesan Elvano.
"Yee, itu mah kamu."
Lelaki itu hanya tersenyum lalu mengusap puncak kepala Jessa. "El berantakan ah." omelnya.
"Orang pelan-pelan gak bakalan berantakan ini."
"Udah ah sana kamu pergi jangan bolos!" gadis itu memperingati.
"Enggak akan sayang."
**
"Ish lo nyebelin!" seru Grace karena lelaki yang ada dihadapannya itu terus saja mengganggunya.
Lelaki itu seakan tidak peduli gadis di depannya ini marah, yang penting dia bisa menjahili dia dengan menyiprat-nyipratkan air pada gadis ini.
"Pantes aja lo jomblo terus!" lanjutnya geram.
"Jangan bawa-bawa partai dong!" sahut Gavin kesal.
"Abis cewek gak akan mau deket-deket sama cowok aneh terus nyebelin lagi kayak lo!" ucap Grace kejam.
Semenjak Anne kuliah diluar kota, Grace tidak ada teman bertengkar lagi. Kebetulan dia satu kampus dengan Gavin dan sering bertemu di kantin karena mereka satu jurusan. Entah kenapa sekarang mereka sering ribut, hampir setiap bertemu pasti mereka akan ribut.
"Dih punya kaca gak lo, yang lebih nyebelin itu lo!" desis Gavin.
"Dih, gue bilangin ayang gue tau rasa lo!"
"Bilangin aja, lo kan suka berlindung di keteknya Justin!" lelaki itu tertawa cekakakan padahal tidak ada yang lucu sama sekali, gadis di depannya itu menatapnya dengan marah dengan tangan yang sudah terkepal.
"Lo ya!" Grace melempar buku catatannya pada lelaki itu, untung saja Gavin siap tangkap sehingga buku itu tidak mendarat di wajah tampannya, menurut asumsi Gavin sendiri.
"Ini jadi milik gue!" kata lelaki itu sambil mengacungkan buku catatan milik Grace.
"Balikin gak!" tukas Grace sambil berusaha meraih bukunya tapi tidak bisa karena tubuh lelaki itu lebih tinggi darinya.
"Lo yang lempar tadi, jadi buku ini gak bisa balik lagi ke tangan lo!"
Mereka ini sedang ada di kantin, dan kedua remaja ini sudah menggangu orang-orang yang sedang makan karena suaranya mereka saling membentak.
Sepertinya urat malu dari kedua manusia itu sudah putus, tidak ada yang menegur mereka tapi sebuah peringat seperti mendehem atau mengetuk-ngetuk meja agar mereka pindah bila ingin terus bertengkar. Tapi kedua manusia itu seakan tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [Revisi]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Elvano Adhitama Naufal adalah lelaki populer di SMA Angkasa, dia hampir mendekati kata sempurna, dia tampan, kaya, tinggi, berkharisma, kapten basket, mendekati sempurna, bukan? Banyak siswi SMA Angkasa yang menyukainya, nam...