Taman Mini tidak begitu ramai pengunjung karena bukan hari libur, Jessa mengajak Elvano menaiki perahu angsa, tadinya Elvano ingin menolak tapi karena niatnya untuk membuat Jessa senang dia akhirnya mau tak mau harus naik.
Jessa memilih perahu angsa berwarna putih, lalu mereka menaiki perahu itu mereka menggoes perahu itu dengan seksama, sehingga kini perahunya sudah ada di tengah danau, Jessa berhenti menggoes sehingga lelaki disebelahnya ikut menghentikan goesannya. "Kenapa?" tanya Elvano.
"Pegel," ucapnya sambil memanyunkan bibirnya.
"Namanya juga ngegoes ya pasti pegel, siapa suruh naik beginian," Bukannya bersimpati lelaki itu malah mengomel bak ibunya.
Jessa hanya cemberut.
"Yaudah kita balik ke tepi aja," Lalu Elvano membalikan perahu angsanya dan menggoesnya seorang diri.
Setelah Elvano turun dari perahu angsa itu dia melambaikan tangannya untuk membantu Jessa keluar dari perahu. "Sori ya kak... karena gue kakak jadi ngegoes sendiri."
"Iya," balasnya bete.
"Yah jangan bete dong kak, gue kan udah minta maaf," ujar Jessa merasa bersalah.
Tidak ada jawaban dari lelaki jangkung itu.
Pandangan gadis itu tertuju pada mobil keliling yang bisa mengajak mereka mengelilingi keindahan Taman Mini tanpa harus berjalan. Jessa menunjuk mobil itu sambil menggoyang-goyangkan tangan Elvano. "Kak kita naik itu."
Ide bagus karena dia tidak usah cape-cape berjalan terlebih kakinya pegal karena tadi ia sudah menggoes perahu sendirian. "Oke."
Lalu Jessa berlari sambil menarik tangan Elvano sehingga lelaki itu risih dengan tingkah Jessa yang seperti anak kecil.
Mereka duduk di kursi ketiga karena agar berada di tengah-tengah sehingga bisa leluasa memandang berbagai macam rumah adat, di dalam mobil itu hanya ada supir, kenek, dan sepasang suami istri paruh baya, yang duduk di bangku ketiga yang bersebrangan dengan mereka.
Jessa menunjuk sebuah kereta gantung yang ada di atas mereka merengek meminta agar Elvano mengajaknya naik kesana. "Gue mau naik itu, kayaknya seru."
"Aduh jangan deh nanti jatuh lagi, ngeri," Elvano sengaja memasang mimik muka seperti menakit-nakuti anak kecil.
"Yang buat nya aja tau mereka gak akan buat kereta gantung kalo ujungnya bakal jatuh juga!" balas Jessa kesal.
Disamping mereka sepasang suami istri paruh baya itu sedang tertawa melihat perdebatan Jessa dan Elvano. "Turutin aja mau pacarnya dek, nanti kalo udah tua kayak nenek susah untuk naik yang gitu, dulu kakek juga sama ngelarang nenek katanya takut nenek jatuh... eh taunya kakek yang takut jatuh alasannya nenek takut jatuh," ucap nenek itu sambil tertawa kecil.
Jessa dan Elvano langsung menoleh ke arah nenek itu tersenyum sopan, "Emm, kita gak pacaran, Nek." Satu kalimat yang keluar dari mulut lelaki jangkung itu.
"Kirain nenek kalian pacaran, abis cocok keliatannya." Nenek itu tersenyum yang melihatkan gigi bagian atasnya yang sudah tidak ada satu.
Jessa dan Elvano saling bertatapan, beneran cocok? ucap Jessa dalam hati. Elvano mendekatkan bibirnya ditelinga Jessa, "Jangan didengerin anggap aja nenek itu gak ngomong apa-apa." Bisik Elvano.
Ketika mobil keliling itu melewati tempat dimana dia memarkirkan motornya, dia meminta diturunkan di sana lalu mereka berpamitan untuk turun duluan kepada sepasang orang tua itu.
Elvano berjalan menuju motornya dan memakai helm miliknya. Gadis itu tampak kecewa karena keinginannya menaiki kereta gantung tidak dituruti oleh Elvano.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [Revisi]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Elvano Adhitama Naufal adalah lelaki populer di SMA Angkasa, dia hampir mendekati kata sempurna, dia tampan, kaya, tinggi, berkharisma, kapten basket, mendekati sempurna, bukan? Banyak siswi SMA Angkasa yang menyukainya, nam...