***
"Benerkan dugaan aku?! Wuah padahal kemarin itu aku cuma lagi emosi aja, eh taunya yang aku omongin bener ternyata,"
"Kak Keano ngomong apa sih?!"
"Lana, kamu beruntung bisa kencan sama Jungkook. Idola kamu yang saban taun aku hujat karena bikin kamu lupa sama iman. "
Lana menghela nafasnya yang begitu berat. Dia bergelung di atas kasur dengan lingkaran mata hitam dan wajah begitu lemas. Hal yang membuat Yun Jae khawatir karena Lana izin dari semua kerja paruh waktunya hari ini.
Gadis itu terlihat begitu penat dengan masalah yang menimpanya bertubi-tubi. Mulai dari diteror sasaeng, pasport rusak hingga tidak bisa pulang, rumor dating dengan bias, dan juga masalah percintaannya dengan dua orang ini. Jungkook dan Keano.
"Kak, please. Aku gak mungkin begitu,"
"Gak ada yang gak mungkin di dunia ini Alana. Buktinya itu bahkan aku lihat sendiri fotonya di Twitter. Muka kamu sekarang kesebar dimana-mana. Pengen terkenal banget kamu? Merasa hebat bisa kencan sama bias sendiri?" suara ketus Keano benar-benar mengiris luka lain di hati Lana.
Dia yang begitu membutuhkan Keano disaat-saat seperti ini langsung pupus harapan malam ini juga.
Keano berubah menjadi begitu sarkas. Seakan setiap kata-katanya bisa menyayat luka lebih dalam di hati Lana.
"Kamu salah paham Keano,"
"Oh ya? Btw aku juga gak sengaja lihat ada foto yang hampir ciuman. Itu emang hampir, apa fotonya di ambil pas adegannya udah kelar?"
"KEANO!"
Ara yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya kaget bukan main saat teriakan penuh amarah Lana terdengar. Gadis itu langsung berlari menghampiri Lana yang sudah menangis di tempat tidur sambil menggigit bibirnya gemetar.
"Apa? Maaf Lana. Aku gak bisa percaya lagi sama kamu. Hubungan kita ini gak main-main, aku udah nemuin orang tua kamu untuk meminta kamu jadi pendamping. Aku kerja keras, buat gak gantungin kamu terlalu lama. Aku berusaha memperbaiki diri aku agar kamu gak menyesal memilih aku. Tapi, apa yang aku usahakan malah menyia-nyiakan."
Lana terisak begitu saja. Air matanya meluncur deras dengan isak tangis menyakitkan yang bisa didengar dengan jelas oleh Keano. Ara memeluknya, tidak tahu harus melakukan apa untuk menenangkan sahabatnya. Mendengar isakan Lana dia jadi terpancing untuk turut ikut menangis.
"ceritanya gak gitu, kak..."
"Satu lagi. Kamu tau? Aku begitu menjaga syahwat aku untuk gak menyentuh kamu. Aku gak pernah merangkul kamu, peluk kamu, bahkan mencium kamu. Alana, kamu begitu mahal dimata kakak. Tetapi begitu murah di mata orang lain."
Setelah itu telepon di tutup. Dari pihak Keano tentu saja. Dan itu membuat tangis Lana semakin terdengar menyakitkan di telinga Ara yang pucat melihatnya. Dia bingung harus bagaimana. Dan akhirnya hanya bisa memeluk sahabatnya dengan erat.
"Kak Araa hiks.."
"Iya kakak tau kok, udah ya, kamu gak salah. Bukan salah kamu." kata Ara mencoba membuat gadis yang selalu dia anggap sebagai cetakan kedua dari dirinya itu lebih tenang.
"Keano kasar banget Kak, aku-" Lana tidak bisa melanjutkan ucapannya. Begitu pahit rasanya kata-kata Keano tadi. Yang tanpa sadar menilainya sebagai wanita yang tidak punya harga diri seperti itu.
Ara tau bagaimana pedihnya perasaan Lana. Bahkan mungkin, cara Angga meninggalkannya waktu itu sudah termasuk mendingan dari pada cara Keano.
Ara tidak menangis seperti Lana saat Angga menyudahi hubungan mereka, membuatnya berpikir bahwa ternyata Keano bisa sekejam itu saat merasa di khianati.
"Wajar atuh, namanya juga orang lagi emosi. Kamunya jangan di bawa hati ya. Jangan nangis, kakak gak suka."
Tangan Ara mengusap punggung Lana lembut. Setidaknya hanya itu satu-satunya cara yang Ara punya untuk membuat Lana tenang.
***
"Namjoon oppa,"Ara tersenyum kearah Namjoon yang menatapnya dengan sorot mata yang tidak biasa. Tatapan hangat, bijaksana, dan penuh kasih itu hilang entah kemana. Yang ada hanya tatapan kosong. Blank. Tidak tau arah pikirannya kemana.
"Kim Namjoon," Ara memanggilnya lagi karena laki-laki itu tidak meresponnya. Dia malah diam saja di meja caffe cokelat tempat mereka janji bertemu. Tentu saja di ruang VIP.
Namjoon tersentak. Laki-laki manis itu tersenyum kaku kepada Ara, "Eoh?" katanya gelagapan.
Ara tersenyum melihat ekspresi yang hampir tidak pernah Namjoon tunjukkan padanya, "Waeire? Kau ada masalah?" tanya gadis itu lalu menikmati bungsunya yang sudah tersedia di meja caffe.
"Aniyo."
Namjoon diam lagi. Dia bingung harus memulai dari mana tentang hal yang akan dia katakan pada Ara. Sepulang dari Hongkong, dia menghubungi gadis itu dan memintanya untuk bertemu di caffe ini. Ada suatu hal penting yang harus Namjoon selesaikan dengan Ara. Tetapi untuk memulainya saja Namjoon tidak sanggup.
"Ara-ya,"
Suara lirih Namjoon membuat Ara menoleh. Gadis itu tersenyum, "Eoh?" responnya.
"Bagaimana keadaan Lana? Kau tau berita itu kan?" tanya Namjoon sambil meringis. Raut wajah Ara langsung berubah begitu saja. Senyumnya memudar, setelah ingat bagaimana menyedihkannya Lana beberapa hari ini. Dia bahkan harus keluar rumah dengan masker dan topi. Lalu sesekali menangis karena teringat ucapan penuh nada sarkas Keano tempo hari.
Lana seperti hidup dalam bayang-bayang yang membuatnya ketakutan dan putus asa.
Tak jarang gadis itu pulang dengan beberapa luka yang Ara duga karena ulah Sasaeng yang mengerjainya.
Gadis itu mengangguk pelan. "Ya, aku tidak tahu harus menggambarkan seperti apa keadaan Lana, oppa. Ya begitulah." jawabnya.
Namjoon menunduk, "Mianhae. Sebagai leader bangtan aku tidak bisa melakukan apapun."
"Gwaenchana. Geundae oppa, ada apa memintaku kemari?" tanya Ara dengan senyum yang kembali terbit. Dia tidak mau larut membicarakan Lana bersama Namjoon, karena dia tahu Lana tidak akan menyukainya.
Namjoon diam begitu lama. Dia tidak menjawab dan hanya menatap Ara dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.
"Naneun joahae."
Begitu saja.
Hingga Ara melotot dan tersedak bingsu cokelat yang dia makan. Gadis itu terbatuk-batuk dengan tangannya yang mulai meraba meja mencari air. Ucapan Namjoon membuatnya kaget bukan main. Sebuah hal yang tidak masuk akal hingga dia merasa sedang mimpi di siang bolong.
Namjoon tidak panik, dia langsung menyodorkan segelas air putih pada Ara yang masih terbatuk-batuk.
"Hya oppa! Kau sedang bicara apa sih?! Aku hampir mati tersedak tau!" teriak Ara kesal. Dia pikir Namjoon sedang dalam mode bercanda yang sangat buruk.
"Ara-ya, aku serius."
Namjoon mengulurkan tangannya menyentuh tangan Ara yang gemetar diatas meja. Gadis itu diam. Tidak ada lagi kosa kata yang dapat dia keluarkan dengan situasi seperti ini.
"Aku memintamu kemari untuk mengakui ini. Aku menyukaimu, dan selamat tinggal."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I Seoul You | JeonJungkook ✔
Fanfiction"BANGTANNNN!" "NAMJOONIE!" "SEOK JIN OPPAAA!" "HOSEOK-AHH!" Lana tidak tau apa yang sedang terjadi saat dia dan Ara baru saja check-out dari Incheon airport. Mereka menatap heran melihat lobby bandara yang dipadati begitu banyak orang terutama para...