18. Pergi!

3.2K 210 111
                                    

Seperti pagi-pagi sebelumnya, setiap subuh, Rio selalu melakukan kegiatan rutinnya bersama Ify. Salat bersama, membantu Ify mandi. Ya, sejak mendapat bantuan dari perawat, Ify jadi bisa mandi sendiri dengan bantuan Rio yang menggendongnya hingga kamar mandi. Di dalam kamar mandi juga Rio sediakan kursi yang khusus di gunakan oleh istrinya. Selesai Ify membersihkan diri dan memakai bathrobe, baru kemudian Ify memanggil Rio. Tugas Rio selanjutnya mengantar Ify menuju walk in closet. Di mana sekarang semua baju Ify memenuhi sebagian besar lemari yang dulunya adalah milik Rio. Selesai membantu Ify memilih baju, yang lebih sering Ify memakai dress, Rio kembali keluar dan membiarkan Ify ganti baju. Menunggu sampai saatnya Ify memanggilnya.

Selesai ganti baju, Ify kembali duduk di singgasananya, kursi roda. Setelah itu, tiba giliran Rio meminta Ify memakaikan dasi dengan posisi, Rio berlutut di hadapan istrinya. Lalu, berakhir dengan Rio mencium kening Ify. Dan tambahan Rio yang pasti selalu bisa mencuri kesempatan mengecup bibir istrinya yang menggemaskan itu. Pagi terindah dalam hidup Rio, yang selama dia berumur dua puluh tujuh tahun baru bersama Ify, Rio merasakannya.

Tidak merasa kerepotan atau lelah. Rio justru menikmat setiap detik kebersamaannya dengan Ify. Dengan kata lain, Rio benar-benar merasakan arti kebahagiaan yang sesungguhnya.

"Mau coba berdiri?" Tawar Rio mengingat pesan dokter jika kemungkinan Ify bisa berjalan lagi dengan sering-sering berlatih menggerakkan kekuatan ototnya. Sudah dua minggu sejak keluar dari rumah sakit, Ify juga sering melakukan terapi setiap tiga kali dalam seminggu. Dan jadwal Ify pergi ke rumah sakit adalah selasa, rabu, jum'at. Setiap kali pergi kontrol, Rio selalu menyempatkan untuk mengantar Ify, menemani lalu mengantar Ify kembali ke rumah. Jika masih ada pekerjaan, Rio kembali ke kantor. Jika tidak, dia akan menetap menemani Ify.

"Nggak. Kamu sarapan aja. Nanti telat ke kantor."

"Masih ada waktu, sih."

Ify menggeleng tegas. "Nggak. Kamu sarapan sekarang." Titah Ify memperlihatkan wajah galaknya yang justru terlihat lucu dan menggemaskan.

"Oke." Sahut Rio setuju. Kemudian menatap Ify tanpa berkedip. Menyusuri setiap jengkal wajah istrinya. Dalam hati, Rio berdoa untuk bisa terus memiliki wanita ini hingga akhir hayatnya.

"Kenapa lihatin aku gitu?" Ify mulai risih dengan Rio yang terus menatapnya seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lihatin aku gitu?" Ify mulai risih dengan Rio yang terus menatapnya seperti ini.

"Baru tahu, kalau surga ternyata seindah ini." Jawab Rio kalem. Di sertai dengan senyum lembut dan tangannya membelai pipi halus Ify.

"Dan kamu nerakanya." Ketus Ify melempar tangan Rio dari wajahnya.

Tidak marah, Rio hanya terkekeh tanpa mengalihkan wajahnya. "Gimana keadaan kamu selama terapi? Merasa lebih baik, nggak?"

Ify hanya mengangguk. Mereka memang semakin dekat setiap harinya. Dan Rio, semakin gencar menunjukkan perhatian padanya. Tapi, itu belum bisa membuat Ify dengan tangan terbuka menerima Rio kembali. Dalam hati Ify masih menunggu harap-harap cemas tentang perceraian mereka. Meski Shilla tak pernah muncul lagi, Ify tetap merasa jika mungkin Rio menemui wanita itu di luar sana. Oleh karena itu, sulit sekali Ify percaya dalam keadaan seperti ini.

Sampai KapanpunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang