Senyum bahagia masih mengembang di wajahnya. Ify senang sekali karena ternyata Rio masih ingat keinginannya untuk pergi menonton. Ify tak bisa menyembunyikan rasa antusiasnya tadi saat Rio mengajaknya masuk ke dalam mall. Lebih exited lagi ketika mereka masuk ke gedung bioskop. Ify terlihat seperti orang yang selama ini hidup di hutan hanya karena di ajak nonton oleh suaminya. Bukan berarti Ify tidak pernah menonton semasa hidupnya. Ify hanya senang karena ada Rio yang kini menemaninya. Meski dulu saat berpacaran mereka sering ke bioskop. Tapi, Ify ingin lagi merasakan momen itu. Terlebih saat mereka pernah terpisah. Berlanjut dia yang harus menghadapi sikap dingin dan kasar Rio. Oleh karena itu, Ify terlihat seperti orang udik karena terlalu bahagia.
Apalagi, sepanjang film di putar, Rio tak melepas tangannya. Ify juga bisa bersandar di lengan Rio. Kalau saat pacaran dulu, situasinya tidak seperti itu. Karena dulu, meski perhatian dan kadang lembut. Rio lebih banyak bersikap cuek dan dingin padanya. Ah sudahlah! Jangan bahas yang lalu. Toh sekarang Rio menjadi suaminya yang begitu manis dan perhatian.
"Kenapa?" Tanya Rio tersenyum geli melihat Ify yang tak berhenti menatapnya. Binar bahagia juga terlihat di mata istrinya.
"Kamu ganteng." Cetus Ify tanpa ragu.
"Aduh!" Pekik Ify kaget. Menyentuh pipinya yang baru saja terkena cipratan air panas.
"Maaf sayang maaf." Rio panik dan langsung berdiri menghampiri Ify. Meletakkan sumpit yang tadi ia gunakan untuk memasukkan daging ham ke dalam kaldu ayam yang sudah mendidih di atas meja makan mereka. Rio kaget, tidak menduga jika Ify memujinya dengan wajah manis yang menggemaskan. Tentu saja Rio langsung oleng, hingga daging yang terjepit oleh sumpit terlepas begitu saja. Lalu membuat air kaldu yang panas itu sedikit memercik sampai mengenai wajah Ify. Tidak banyak, hanya setitik. Tapi cukup membuat Rio kelabakan karena mendengar pekikan Ify tadi.
"Perih? Sakit?" Tanya Rio cemas. Memeriksa wajah Ify dengan kedua tangannya. Mengamati wajah Ify dengan tatapan lembutnya.
"Eeng-nggak apa-apa cuma dikit kok tadi kenanya." Ify meringis gugup. Apalagi sebagian besar pengunjung di restoran ini memperhatikan mereka. Bayangkan, posisi Rio kini tengah membungkuk sambil memegang dan menatap wajahnya. Dunia seakan hanya ada mereka berdua. Dan itu cukup membuat Ify malu tapi juga senang.
"Serius?"
Ify mengangguk cepat. Lalu menurunkan tangan Rio dari wajahnya. "Udah, aku nggak apa-apa. Kamu balik duduk aja. Kita di lihatin Rio, malu." Bisik Ify. Benar-benar berbisik hingga hanya Rio yang bisa mendengar.
Rio tersenyum usil. Tidak langsung menuruti ucapan Ify, dia justru semakin mendekatkan wajahnya. Mencium pipi Ify baru berdiri tegak dan duduk lagi di kursinya. Memasukkan lagi bahan makanan tanpa terganggu dengan suara bisikan dari orang-orang yang berdecak kaget atau memuji dirinya pria yang manis.
Ify masih membeo. Sampai akhirnya dia pun sadar telah menjadi pusat perhatian, "Ih kamu!" pekik Ify tertahan dan sangat pelan.
"Salah sendiri bikin aku jantungan tadi." Balas Rio tersenyum licik. Ify manyun, langsung merebahkan kepalanya di atas meja. Tak mau melihat orang-orang yang kini penasaran ingin melihat wajahnya.
Rio terkekeh melihat tingkah istrinya. Selalu menggemaskan. "Ayo makan. Udah mateng nih. Katanya mau makan shabu-shabu tadi."
Ify mengangkat kepalanya, bibirnya cemberut. Dengan dagu yang masih bertumpu di atas meja. Lalu mengangkat kedua tangannya. Ia jadikan sebagai tameng di kedua sisi wajahnya agar tidak terlihat oleh orang-orang. Membuat Rio semakin tidak tahan melihat tingkah istrinya yang selalu ada-ada saja.
"Kamu makan sendiri, aku nggak mau suapin." rengeknya kesal.
"Ya udah kamu yang aku suapin."
"Nggak mau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Kapanpun
Romance"Sampai kapan?" gumam Ify mendesis. Membungkam wajahnya dengan kedua tangan yang kini mulai basah karena air mata. Ify terduduk di tengah anak tangga karena kakinya tak sanggup lagi berjalan. Di sisi lain. "Sampai kapanpun itu, gue nggak akan pern...