Ify sedang menatap sisa foto Rio yang masih tersimpan di ponselnya. Hanya satu foto dan itu adalah foto favorit Ify. Foto yang dulu ia ambil secara paksa saat mereka sedang berada di kedai es krim dekat sekolah. Di dalam foto itu, Rio terlihat lucu dengan menjulurkan lidah padanya. Ify ingat, saat itu Rio meminta Ify untuk membuka mulut karena Rio ingin menyuapinya.
"Mau?" Tawar Rio pada Ify yang juga tampak asik menikmati es krim coklatnya.
Ify mengangguk antusias menghadap ke Rio kemudian membuka mulutnya."Mau, aaaa."
Rio terkekeh mengarahkan suapan satu sendok es krimnya pada Ify. Namun, dengan cepat Rio membelokkan sendok itu ke dalam mulutnya sendiri. Membuat Ify langsung mendelik dan memajukan bibirnya. Tentu saja hal itu memancing tawa kecil Rio seraya menjulurkan lidahnya
Dengan cepat tangan Ify bergerak membuka fitur kamera di ponselnya untuk mengabadikan ekspresi Rio yang menurut Ify sangat langka. Namun, karena gerakan Rio terlalu cepat hingga hasil fotonya menjadi buram.
"Ulangi! Kamu ekspresinya kayak tadi lagi dong. Aku mau foto buat kenang-kenangan kalau lagi bete bisa lihat muka gemesin kamu yang kayak tadi." Pinta Ify memaksa. "Yo!" Seru Ify menggoyangkan lengan Rio karena pemuda itu seolah tidak mendengarkan ucapannya. Dan asik sendiri menikmati es krimnya.
"Ih, Rio!"
"Apaan?"
"Lagi."
"Lagi apa?"
"Kura-kura dalam perahu kamu!" Sembur Ify jengkel. Dan Rio suka setiap kali Ify kesal seperti ini. Abis lucu, sih. Rasanya pengen Rio bawa pulang!
"Mau minta apalagi, sih? Sok bilang."
Ify manyun. Bukan karena apa. Nada Rio itu terdengar seperti sedang menggodanya. "Tau ah. Nggak jadi."
Rio gemas dan reflek mencubit pipi Ify. "Ih sakit! Jangan cubit!"
"Cium aja, mau, nggak? Pasti nggak sakit."
"Berani? Aku tampol mulut kamu." Rio reflek menutup mulutnya. Menatap Ify ngeri. Tidak menyangka pacar imutnya bisa sebrutal ini.
"Galaknya."
"Ih udah ah. Kamu buruan ekspresi kayak tadi. Biar aku foto."
Rio menghela. Mengalah itu adalah kamus hidup Rio untuk membahagiakan Ify. "Kayak gimana?"
"Melet kayak tadi."
Rio melet tapi ekspresinya biasa saja.
"Ih bukan gitu. Kamunya harus jahil mukanya."
Rio berusaha berekspresi sesuai dengan yang Ify maksud. Aslilah, dia mana inget. Orang tadi juga reflek.
"Bukan gitu. Kamunya masih kaku banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Kapanpun
Romance"Sampai kapan?" gumam Ify mendesis. Membungkam wajahnya dengan kedua tangan yang kini mulai basah karena air mata. Ify terduduk di tengah anak tangga karena kakinya tak sanggup lagi berjalan. Di sisi lain. "Sampai kapanpun itu, gue nggak akan pern...