6. Kesepakatan

2.7K 200 61
                                    

Ify sudah terbiasa bangun pagi. Terutama ketika telinganya mendengar adzan subuh. Secara otomatis, kedua matanya pasti langsung terbuka. Dan kesadarannya perlahan mulai terbentuk. Begitu bangun, Ify langsung membangunkan Rio agar suaminya itu menunaikan salat. Namun, Rio tetaplah Rio yang tidak akan langsung mengiyakan ucapannya. Setelah berbagai kata Ify gunakan untuk membangunkan Rio yang tak kunjung bereaksi, Ify akhirnya menyerah dengan satu kalimat.

"Kamu boleh benci aku. Tapi, jangan sampai lupain kewajiban kamu sebagai umat muslim." Setelah mengatakan itu, Ify berjalan keluar kamar untuk melakukan ritual paginya.

Tak ada yang berubah dari Rio. Laki-laki itu masih bersikap tak acuh pada Ify. Masih menganggap Ify bukanlah apa-apa baginya. Terbukti pagi tadi, Rio sama sekali tak menyapa Ify meski Rio sempat melihat Ify sedang memakan sarapannya sendiri di meja makan. Tapi, ada satu hal yang membuat Rio heran saat melihat satu gelas susu putih di sana. Karena setahu Rio, Ify paling benci meminum segala jenis susu. Membuktikan keanehan Ify selama ini benar-benar nyata.

Rio sampai di kantor lebih awal dari biasanya. Dia ingin segera menemui Shilla yang sedari pagi mengabaikan pesan juga panggilannya. Bahkan saat Rio sampai di apartemen wanita itu, Shilla ternyata sudah berangkat kerja terlebih dahulu. Menguatkan dugaan Rio jika Shilla pasti marah padanya.

"Shill."

"Aku udah siapin semua bahan untuk meeting kamu nanti. Setelah meeting, kamu ada jadwal ke lapangan untuk memeriksa perkembangan produk baru perusahaan. Lalu-" Kegiatan Shilla yang tengah memeriksa jadwal Rio di laptop terhenti. Rio memutar kursi Shilla menghadap padanya yang saat ini tengah berlutut di sana. Membuat Shilla terperanjat kaget.

"Yo-"

"Maaf." Sela Rio mencium kedua punggung tangan Shilla secara bergantian.

"Yo, berdiri. Nanti-"

"Nggak. Sebelum kamu maafin aku. Jangan marah, aku tahu aku salah." Pinta Rio benar-benar memohon.

"Berdiri, Yo. Aku nggak mau cari masalah lagi kalau sampai papa kamu tiba-tiba ke sini." Omelan Shilla membuat Rio seketika mendongak. Kali ini, dia yakin jika Shilla benar-benar marah. Rio lantas berdiri mengikuti perintah Shilla.

"Aku mau ke ruang meeting buat siapin semuanya." Kata Shilla datar. Memeluk beberapa berkas berisi materi meeting yang akan dia bagikan di meja sebagai bahan presentasi Rio nanti.

"Shilla-"

Shilla menggeleng. Tatapannya menunjukkan dia benar-benar tidak ingin membahas hal ini sekarang.

"Oke." Kata Rio pasrah. Mencoba mengerti. Dia lantas menuju ruangannya. Menunggu hingga tiba saatnya ia memimpin rapat sambil membaca dan mempelajari lagi hal yang akan di sampaikan.

Sepanjang rapat, Rio masih bisa fokus. Karena selama ini, meski dalam keadaan kalut sekalipun, Rio masih bisa fokus pada pekerjaannya. Hingga rapat kali ini, berjalan lancar sesuai dengan apa yang di harapkan.

Seperti yang Shilla katakan, seusai rapat, Rio bergegas pergi menuju salah satu toko sepatu tebesar perusahannya. Lagi-lagi, Rio merasa puas karena produk yang baru di pasarkan selama satu minggu, ternyata mendapat respon yang cukup baik dari para konsumen.

Masih berada di dalam mal, Rio memutuskan untuk segera kembali ke kantor. Dia ingin bertemu dengan Shilla yang masih mengabaikannya dari seusai rapat hingga sekarang. Shilla bahkan menolak menemani Rio, sehingga sedari tadi hanya manager bagian pemasaran beserta salah satu staf yang menemaninya.

Kesabaran Rio kembali di uji saat sampai di kantor, Shilla tak berada di tempatnya. Rio berusaha menghubungi wanita itu tapi tidak di angkat.

"Brengsek." Umpat Rio mengeram emosi. Tidak biasanya Shilla bersikap seperti ini. Dan itu, sungguh membuat Rio emosi.

Sampai KapanpunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang