"Apa maksudnya ini, Rio? Bisa kamu jelaskan? Benar, kamu mempunyai hubungan gelap dengan sekertaris kamu sendiri? Yang artinya kamu menghianati putriku!"
Rio menutup matanya sejenak. Meredam pusing yang pasti kini menyerangnya ampun-ampunan. Belum selesai masalahnya dengan Ify. Dan sekarang, berita tentang hubungannya dengan Shilla telah di ketahui publik. Jaman sekarang tidak mudah bagi Rio untuk membuat berita itu tidak semakin menyebar. Meski Cakka sudah memblokir akun pembuat artikel itu, tapi tetap saja banyak saksi para netijen yang tidak akan tinggal diam. Kantor perusahaan juga sudah penuh dengan wartawan sehingga saat pulang, Rio harus berjalan menuju basemen seraya menggendong Ify. Ya, Rio sengaja tidak membawa kursi roda istrinya tadi.
"Pa, tenang dulu." Siena menyela. Mengusap lengan Alvyan yang kini menatap tajam sosok Rio yang duduk di sofa seberang mereka. Ify duduk di samping Siena yang seolah melindungi putrinya itu dari suaminya sendiri. Sementara Ferdy dan Amara memandang cemas putranya dari tempat duduk Merek di sofa ujung dengan lesu. Karena memang, tak ada yang bisa ia lakukan untuk membela Rio.
"Jawab, Rio! Saya yakin telinga dan mulut kamu masih berfungsi dengan baik!" Bentak Alvyan lagi. Tidak mempedulikan ucapan Siena yang berusaha meredam amarahnya.
"Maafin, Rio, pa, ma. Rio salah, maaf." Lirih Rio tertunduk lesu. Merasa bersalah, juga tak ada lagi haknya untuk membela diri. Terlebih, melihat wajah Ify yang kini tampak sedih menatapnya. Membuat Rio malu karena merasa di kasihani oleh Ify. Menunjukkan betapa lemah dirinya sebagai kepala keluarga yang tidak bisa menjaga istrinya sendiri.
"Saya tidak peduli dengan kata maafmu!" Geram Alvyan semakin emosi karena melihat sikap Rio yang tampak tidak bisa membela diri. Membuat hati terdalam Alvyan kecewa karena sudah menyerahkan putrinya pada pria tidak bertanggung jawab seperti Rio. Dia baru saja sampai bandara tadi. Dan langsung di suguhi berita yang hampir membuat jantungnya berhenti mendadak.
"Dan seharusnya, kamu bilang dari awal kalau kamu tidak benar-benar mencintai putriku!" Alvyan semakin di liputi amarah. Rasanya dia ingin menumpahkan seluruh emosi yang kini memenuhi dadanya. Kecewa juga pada dirinya sendiri karena putri satu-satunya yang ia jaga, di sakiti oleh laki-laki pilihannya sendiri.
"Rio cinta sama Ify, pa." Seru Rio mendongak sendu. Membantah jika apa yang di pikirkan papa mertuanya itu tidak benar.
Alvyan tersenyum sinis. "Kalau kamu mencintai Ify, kenapa kamu menghianatinya?"
"Itu karena Rio-"
"Cukup! Saya tidak menerima alasan apapun dan cepat ceraikan anak saya!"
Kali ini, Ferdy dan Amara menatap Alvyan terkejut. Begitu juga dengan Rio. Ingin menyanggah, tapi kesalahan sudah terpampang jelas di depan mata.
"Nggak, pa. Rio nggak mau pisah sama Ify. Rio mohon, kasih Rio kesempatan buat memperbaiki semuanya. Rio janji, pa. Rio janji nggak akan nyakitin Ify lagi."
"Harusnya kamu tidak melakukan kesalahan ini dari awal, kalau kamu takut kehilangan Ify." Sahut Alvyan tajam.
"Iya. Rio tahu. Makanya Rio sekarang berusaha buat perbaiki semua kesalahan Rio."
Alvyan tertawa sinis. "Kamu itu kesalahan bagi saya. Tahu, apa artinya, kan?" senyum Alvyan melenyap. Berganti dengan kedua matanya yang kini semakin menyalang.
"Lepasin Ify kalau kamu mau memperbaiki kesalahanmu. Biarkan putriku menemukan kebahagiannya sendiri, dan itu, bukan dari kamu!" Tandas Alvyan. Tak sedikitpun memberi Rio celah untuk menolaknya.
"Nggak. Rio nggak akan cerain, Ify. Rio janji, pa. Rio akan berusaha buat Ify bahagia." Hanya memohon yang bisa Rio lakukan saat ini. Karena membela diri, sudah tak ada lagi tempat untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Kapanpun
Romance"Sampai kapan?" gumam Ify mendesis. Membungkam wajahnya dengan kedua tangan yang kini mulai basah karena air mata. Ify terduduk di tengah anak tangga karena kakinya tak sanggup lagi berjalan. Di sisi lain. "Sampai kapanpun itu, gue nggak akan pern...