19. For You

2.7K 221 122
                                    

Ify pura-pura sibuk dengan kegiatannya. Pura-pura tidak mendengar langkah kaki Rio bersama Shilla yang berjalan menuruni tangga. Setiap langkah yang terdengar seperti sedang menginjak-injak jantung Ify. Hingga sekarang, Ify bahkan tak bisa merasakan jantungnya berdetak selain mendengar suara langkah mereka yang memekakan telinga.

Dalam diamnya, tubuh Ify sedikit bergetar. Entah untuk alasan apa, Ify tak mengerti. Dia tak bisa bertindak lebih selain menerima apapun yang terjadi padanya. Bayangan Rio berjalan bersama wanita itu membuat hidup mereka mungkin akan tercipta sempurna. Terlebih, wanita itu sedang hamil, yang pasti akan menambah kebahagiaan Rio. Ify menghela pelan. Berusaha menerima bahwa mungkin memang tak ada lagi tempat baginya untuk melepas tawa. Semakin dekat langkah itu, semakin dekat pula kesakitan menghampiri perasaannya. Rasa sakit yang seolah tak sanggup di tanggung oleh tubuhnya. Ify menghela untuk kesekian kalinya. Menghentikan tangannya yang gemetar di tengahnya menggoreskan arsiran pensilnya.

Sampai! Ify seperti tak mempunyai harga diri sebagai seorang istri. Ify wajar jika sekarang merasa sangat terluka melihat suaminya di peluk mesra oleh wanita lain. Jika saja hanya mereka bertiga di sini, Ify mungkin tidak akan merasa serendah ini.

"Nil, tolong antar aku ke taman, ya?" Pinta Ify pada Nila yang sedang mengupaskan buah apel untuknya.

Nila yang mendengar itu langsung mengangguk. "Iya, bu." Nila meletakkan pisau kecilnya dulu di atas piring lalu berjalan menuju Ify. Namun langkah Nila terhenti ketika melihat Rio berdiri di hadapan Ify.

"Nil. Ayo." Seru Ify mengabaikan Rio yang sepertinya ingin bicara.

"Biar saya." Sela Rio tanpa menoleh dan langsung mendorong kursi roda Ify. Tapi baru Rio bergerak, Ify langsung menekan tombol hingga kini, kursi roda yang Ify tumpangi mundur menjauhi Rio. Lalu berbelok menuju taman belakang. Hanya sampai teras karena ada undakan yang tidak Ify bisa lalui untuknya menuju taman.

"Berhenti!" Seru Ify tajam mendengar langkah kaki Rio menghampirinya. Harus dengan kekuatan apalagi Ify menahan air matanya saat ini. Sikap Rio selalu membuatnya sakit hati. Sakit yang rasanya Ify bahkan bosan untuk sekedar mengeluh.

"Fy, aku bantu sebentar. Kamu mau ke taman, kan?"

"Aku nggak butuh!" Menarik nafas berat. Ify merapatkan bibirnya.

"Iya. Tunggu di situ. Hati-hati aku panggilkan Nila." Peringat Rio menatap punggung Ify khawatir jika saja istrinya itu jatuh ke depan.

Shilla yang sedari tadi hanya melihat pemandangan itu, tak sedikitpun mengubah ekspresi datarnya. Dia tidak tahu harus bereaksi apa. Karena nyatanya, dia juga merasakan sakit yang sama. Dan merelakan Rio, bukanlah hal yang mudah untuk ia lakukan. Katakan dia jahat. Shilla sama sekali tidak peduli. Semua orang berhak meraih kebahagiaannya. Dan Shilla akan tetap mempertahan apa yang selama ini sudah ia perjuangkan.

Rio memutar tubuhnya dan mendapati Shilla sedang menatapnya penuh tanya. Rio mengabaikan itu dan memanggil Nila. Meminta untuk membantu Ify yang sama sekali tak mau melihatnya lagi. Rio pasrah, putus asa dengan semua yang terjadi.

"Yo." Shilla berjalan menghampiri Rio yang melangkah menuju meja makan.

"Yo kenapa?" Tanya Shilla terkejut karena Rio menyentak tangannya saat ia hendak memeluk lengan laki-laki itu.

"Kamu makan." Kata Rio lelah. Nada suaranya terdengar berat yang seolah kekuatannya hilang entah kemana.

"Kamu kenapa, sih?" Jelas Shilla heran melihat sikap Rio yang seolah takut jika Ify melihat kemesraan mereka. Karena toh ini bukan pertama kali bagi mereka mengumbar kemesraan tepat di depan istrinya itu.

"Makan Shilla, please!" Mohon Rio. Kedua matanya memerah dan siap mencair hanya dengan satu kedipan. Dadanya sesak luar biasa membayangkan bagaimana sakit dan terlukanya Ify saat ini. Sakit dan luka yang di hasilkan olehnya.

Sampai KapanpunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang