Rio mengerjap tak percaya melihat siapa yang kini berada di depan pintu rumahnya. Dia baru saja membuka pintu dan bergegas ingin berangkat ke kantor. Tapi langkah Rio langsung membeku ketika kedua matanya menangkap sosok yang tak pernah ia duga berada di hadapannya. Tak bisa mengontrol kebahagiannya yang membuncah, Rio langsung menangkup kedua pipi yang terasa pas di telapak tangannya.
"I-ini beneran kamu?" tanya Rio tak percaya. Rasanya seperti mimpi melihat istrinya berada di sini. Mengingat apa yang telah terjadi pada hubungan mereka kemarin. Rio masih tidak percaya bisa menyentuh istri yang sangat ia rindukan.
"It's you, honey?" Lirih Rio memandang lekat wajah Ify yang tersenyum manis padanya. Lalu, sebuah anggukan kecil dari wanitanya itu membuat perasaan Rio lega luar biasa. Dia lantas menarik tubuh Ify dalam gendongannya. Secara otomatis Ify mengalungkan kedua tangannya di leher Rio.
Dengan kaki panjangnya, Rio melangkah pelan menuju ke dalam. Niat awal untuk pergi ke kantor karena harus menghadiri rapat penting, tak lagi Rio pedulikan. Sekarang, Ify yang menjadi prioritasnya. Kedatangan Ify yang tak ia duga, membuat Rio lupa akan segalanya. Bahkan jika Rio ingatpun, Rio tetap akan lebih memilih bersama Ify saat ini. Terdengar sangat berlebihan memang. Tapi, memang itulah yang Rio rasakan. Masih terasa sakit dan menakutkan jika Rio mengingat dia harus melepas Ify. Oleh karena itu, saat Rio mempunyai kesempatan untuk bersama istrinya ini, Rio tidak akan melewatkan waktu satu detikpun.
"Kangen." Suara Rio terdengar merajuk. Memeluk tubuh mungil Ify yang kini sudah berada di pangkuannya. Rio menenggelamkan wajahnya di lekukan leher istrinya. Menikmati aroma tubuh Ify yang sangat ia rindukan.
"Maafin aku." Lanjut Rio terdengar melirih. Dapat Ify rasakan jika kedua tangan Rio yang melingkar di perutnya semakin mengerat. Hal yang membuat Ify reflek mengusap lembut kepala Rio. Sesekali, Ify mencium pelipis Rio agar suaminya bisa sedikit merasa tenang.
"Jangan pergi, Fy. Aku nggak mau kita pisah."
Ify menunduk, telapak kanannya berusaha menyentuh wajah Rio yang tenggelam di lehernya. Meminta agar Rio mau mengangkat wajahnya dari sana."Yo-"
Rio menggeleng pelan. Masih ingin berada di posisinya. Seakan takut juga dia bergerak, Ify akan pergi darinya lagi. "Aku cuma mau kamu." Kata Rio pelan. Terdengar serak yang sepertinya Rio tengah menahan tangisnya.
"Aku sayang kamu." Lanjut Rio. Masih dengan suara pelan. Sangat berbanding terbalik dengan isi hatinya yang ingin sekali berteriak. Mengumumkan pada siapapun yang bisa mendengar bahwa dia teramat mencintai istrinya. Membiarkan semesta tahu jika dia tidak menginginkan perpisahan terjadi pada mereka.
"Fy," Panggil Rio karena istrinya tak memberinya tanggapan. Rio takut, jika saja Ify masih bepikir meminta pisah darinya.
"Fy." Gumaman itu terdengar pelan. Tapi tak lepas dari bibirnya yang terus memanggil nama sang istri. Masih dalam keadaan terpejam, tanpa sadar air matanya menetes mengiringi rasa sakit hatinya karena merindukan Ify. Dan Rio, semakin tersiksa karena sadar rasa rindunya tak akan pernah tersampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Kapanpun
Romance"Sampai kapan?" gumam Ify mendesis. Membungkam wajahnya dengan kedua tangan yang kini mulai basah karena air mata. Ify terduduk di tengah anak tangga karena kakinya tak sanggup lagi berjalan. Di sisi lain. "Sampai kapanpun itu, gue nggak akan pern...