♡Part14♡

4.2K 143 1
                                    

" Menantikan sebuah cinta yang semestinya, memendam rasa yang tidak seharusnya dan menagih rindu yang tidak diinginkannya "


Aditya pov_

Seminggu berlalu semenjak meninggalnya Orangtua Naina, aku berniat untuk kerumahnya meminta ijin kedua kakaknya, itu semua aku lakukan untuk istriku tercinta.

Namun, kedatanganku ini membuat kakaknya geram, Bagaimana mungkin aku bisa menikahi Naina dan menjadikannya istri keduaku. Pikir kakak Naina terhadapku.

Aku menyadari yang kulakukan ini pasti akhirnya akan menyakiti Naina. Tapi apalah dayaku melihat istriku terus menangis memohon agar aku menyetujui keinginannya, keinginan untuk menikahi Naina.

"Mas, Mas Kakaknya Naina kecelakaan" ucap Farisa panik.

"Astagfirullah, kamu ngomong apa ica" ucapku menenangkannya.

"Iya Mas salah satu kakaknya meninggal"

"Inalillahi wa inalilahi roji'un.. Kamu tau darimana berita ini"

Kulihat Farisa menangis "Hiks hiks ada tetangga bilang padaku Mas" aku pun memeluknya.

"Yaudah ayo kita kerumah sakit".

"Etsss" ucapnya menghentikan langkahku. "Mas kamu nanti langsung urus pemakamannya ya, aku mau nenangin Naina,pasti dia sangat terpukul" ucapnya memberitahuku. Iya ucapan Farisa memang benar, baru minggu lalu Orang tuanya meninggal, sekarang dia sudah ditambah musibah lagi.

'Yang tabah Naina, kamu pasti kuat' ucapku dalam hati

"Yasudah" kami pun melesat menuju rumah sakit.

Farisa pov_

Kabar yang kutunggu-tunggu pun datang, kedua kakak Naina mengalami kecelakaan. Aku sangat senang. Bagaimana bisa? Jelas jangan tanyakan dalang dibalik kecelakaan itu.

Aku yang menyuruh Mantan pacarku melakukan itu, aku sudah membayar mahal agar mereka tidak meninggalkan jejak sedikitpun. Seolah olah itu hanyalah murni kecelakaan.

Aku dan Mas Adi pergi kerumah sakit, untuk meluluhkan hati Naina.

Walau aku hanya berpura pura, Nampaknya Mas Adi sangat sedih mendengarnya. Aku cemburu sangat cemburu, aku tidak akan membuat Mas Adi jatuh cinta pada perempuan lain selain aku. Walau perempuan tersebut memberikan anaknya padaku sekalipun.

Aku membujuk Naina yang baru saja tersadar dari pinsannya agar tidak ikut melihat pemakaman kakaknya.

Akhirnya dia mau menurutiku.

"Mba Farisa antar aku keruang Kak Hasan"

Aku mampu memopah badannya, karna dia lebih ramping dari tubuhku.

Kulihat Mas Adi menghampiri kami, kupikir pemakamannya sudah selesai.

"Bagaimana Pak, apakah pemakaman kakak saya berjalan lancar" Tanya Naina pada Mas Adi. Kulihat mereka saling bertatapan, dan yah Mas Adi kulihat sudah menyukai Naina.

"Iya Mas Bagaimana pemakamannya" ucapku dan dia mengalihkan pandangannya padaku.

"Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, dan Naina yang tabah ya" ucapnya terdengar tulus membuatku cemburu.

"Terimakasih Pak"

Pintu ruang terbuka menampakan seorang dokter yang gagah menghampiri kami semua.

"Maaf saya ingin berbicara dengan keluarga korban" ucap dokter tersebut.

"Saya, saya pak"

"Mari keruangan saya"

Ya HannanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang