Adi langsung menceritakan semua yang sudah terjadi belakangan ini. Farisa tidak bergeming, dan dia masih tidak mengingat semuanya.
"Kau bohong!!" Farisa menjauh dari Adi.
"Aku tidak berbohong, aku benar benar suamimu.!"
"Lalu mengapa saat aku dirumah sakit, kau mengatakan jika aku ini temanmu, bukan istrimu?" ucap Farisa sedih.
"Karna aku tidak ingin melihatmu bersedih karna telah kehilangan seorang anak" Adi menggenggam lengannya kuat. "Percayalah, aku sangat mencintaimu." Farisa mendorong Adi dan mengejar Naina yang sudah menjauh dari rumah tersebut.
"Neng Farisa, Neng Naina tadi berlari, dia ingin pergi kemana?" Bu Ratih bertanya dengan cemas.
"Sekarang Naina dimana bu?"
"Dia berlari, Ibu tidak tau dia mau pergi kemana"
"Bu Terimakasih sudah mengijinkan saya dan Naina untuk tinggal disini" Bu Ratih tersenyum, lalu Farisa memeluknya. Adi yang melihat itu penuh tanya, Farisa yang dulu sudah tidak ada, sekarang sifat Farisa berubah drastis.
"Sama sama" Farisa mengusap air matanya, dia melihat Adi diambang pintu.
"Aku akan mencari Naina" Farisa berlari mengejar Naina yang sudah jauh dari pandangannya.
"Ica tunggu aku"
Dia tidak memperdulikan teriakan suaminya, dia benar benar tidak mengingat apapun tentang masa lalunya.
"Kau pasti terluka, aku mendengar semuanya Naina"
Farisa mengusap airmatanya ketika mengingat perlakuan Adi terhadap Naina. Farisa sudah menganggap Naina sebagai saudaranya sendiri.
"Naina tunggu aku!" Farisa mencoba berlari, Namun tetap saja Naina sudah mendahuluinya dengan sekuat tenaga, Naina berlari lari kecil menghindari kejaran Farisa.
"Naina ikut aku" Hasan tiba tiba datang dengan menggunakan roda empatnya.
"Tidak, jangan sentuh aku hiks!" Naina terus berlari kecil sambil mengusap airmatanya.
"Aku mohon, ikutlah aku!" Hasan menarik Naina kuat, hingga Naina tidak mampu memberontak. Dia benar benar lelah.
Naina terkejut ketika melihat Vano yang duduk di jok pengemudi.
"Kauuu.. " tunjuk Naina.
"Maafkan aku Naina" Vano menatapnya sedih.
"Ayo jalankan mesinnya" Hasan memasang selt beltnya.
Naina melihat kaca mobil, dia menangis kembali ketika melihat Farisa dipeluk erat oleh Adi.
"Sudahlah jangan menangisi laki laki seperti dia" Vano angkat bicara, Naina hanya diam sambil mengelus perutnya. "Aku mencintaimu Nai, Aku mohon agar kau menjauhi Adi."
"Kau tidak berhak mengatakan cinta pada seorang yang sudah berstatus sebagai seorang istri!" Vano tersenyum getir.
"Kau fokus saja menyetir" Hasan memijat pelipisnya, dia juga sudah berhasil membawa adiknya pergi jauh dari Adi.
Setelah mereka sampai dikediaman Hasan, Naina sempat memberontak.
"Aku tidak ingin tinggal disini!"
"Apa kau gila! Kau mau kemana Nai?"
"Tentu saja kerumahku!" Naina berlalu melewati Hasan.
Hasan menggelengkan kepala melihat keras kepala adiknya, "Kau terlalu buta dengan cinta! Kau seharusnya memahami jika Adi hanya mencintai Farisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
SpiritualAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...