♥Part39♥

3.9K 131 2
                                    

"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali"

(Q. S Maryam ayat 33)

***

Farisa kini sudah kembali mengingat semuanya, semua kejadian yang lalu. Dia merasa resah akan perubahan sikap Adi yang berubah semenjak sepulang dari masjid.

Terlihat wajah pucat pasi yang menghiasi rahang tegasnya, Farisa tidak pernah melihat Adi dengan keadaan yang sulit diartikan.

"Mas, kamu sakit?" Farisa memegangi tangan suaminya. Adi yang mendengar itu langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya lelah, kamu tunggu disini ya, sebentar lagi Naina akan dioperasi aku ingin menemaninya" Saat Adi ingin beranjak, Farisa mencekal lengannya.

"Mas, jangan tinggalkan aku." Adi menatap Farisa lekat.

"Naina juga istriku Ica, kamu tau itu kan. Dia sedang berjuang antara hidup dan mati hanya karna seorang anak yang kau impikan" Adi melepas lengan Farisa dan memegangi pundak istrinya. "Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu" Farisa mengangguk. 

"Aku akan mengingatnya mas" Adi tersenyum dan meninggalkan Farisa disana.

Adi menuju ruang operasi dimana Naina akan melakukan operasi sesar.

"Kau masih disini?" Adi menghampiri Vano yang duduk menatap ruang besar tersebut.

"Tentu, aku akan selalu menemaninya dimasa masa sulit" Adi tersenyum mendengar penuturan Vano yang jelas sedang menyindirnya.

"Kau luar biasa, aku kagum padamu. Kau rela menemani seseorang yang tidak memiliki hubungan apa apa denganmu." Vano melirik Adi.

"Ck, kau terlalu berbelit. Kau tidak tahu caranya mencintai seseorang dengan benar, itu sebabnya kau hanya bisa menyakitinya" Vano mengalihkan pandangannya ketika melihat seorang dokter yang keluar dari ruangan Naina.

"Dok ada apa?" Adi dan Vano menghampiri dokter tersebut.

"Kami akan segera melakukan tindakan sebelum pasien kembali tidak sadarkan diri"

"Dokter tolong selamatkan Naina." ucap Vano tegas.

"Selamatkan keduanya dok" ucap Adi memohon.

"Kami akan melakukannya dengan semaksimal mungkin, Semoga jantung pasien tidak melemah saat melakukan tindakan operasi, karna jika itu terjadi, akan berakibat fatal untuk keduanya" Tutur dokter tersebut.

Adi mengangguk pasrah, "Apakah saya boleh melihat wajah istri saya dok, tidak akan lama, saya hanya minta sebentar saja"

"Baiklah, kau boleh masuk" Adi bergegas menuju ruang Naina dengan menggunakan jubah hijau dan masker mulut. 

Adi memegang lengan Naina yang dihiasi selang infus, dia juga mengusap perut buncit istrinya.

"Kau harus selamat, kau perempuan yang kuat" ucapnya seraya mencium kening perempuan yang terbaring lemah.

"Maafkan aku yang selalu menyakitimu, aku tau kata maaf tidak akan mengobati luka yang telah kuberikan" Adi mengusap airmatanya, dia mengatakannnya tepat diwajah Naina.

Ya HannanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang