"Tidak ada kabar yang sedang kutunggu, Aku mengambil baik dan membuang yang buruk tentang rasaku. Aku sabar menunggumu pulang untuk menagih semua janjimu"
***
Naina pov_
Saat aku membaca surah bersamanya hatiku begitu bahagia, bagaimana bisa?. Ya Aku memimpikan hal yang selama ini terpikir olehku. Menjalin cinta atas ijin sang pencipta memang kebahagian yang luar biasa.
"Mas, kok ngeliatin aku kayak gitu sih"
"Suara kamu lembut dan enak didengar"
Sudah kupastikan pasti pipiku sudah seperti warna tomat.
"Hmmm Mas udah Adzan ihsya" ucapku alih alih membuang rasa malu sehabis dipuji olehnya.
Mas Adi pun membimbingku untuk menunaikan kewajibanku, Aku sangat senang.
'Ya Allah terimakasih'
"Assalamualaikum warahmatullah" salam Mas Adi seusai melaksanakan Shalat dan aku mengikuti gerakannya.
Kuperhatikan Mas Adi sangat khusyuk berdoa, Aku pun mengadahkan tanganku mengikuti dirinya, walau aku tidak tau Doa apa yang dia bisikkan pada sang pencipta. Aku ikut berdoa dan memejamkan mataku.
'Ya Allah Anugerahi aku hati yang luas, yang bisa menerim semua takdirmu. Ya Allah jadikan hatiku selembut rencanamu terhadap hamba hambamu. Ya Allah jatuh cintakanlah aku pada dia yang mencintaiMu. Ya Allah tambahkanlah rasa cintaKu padaMu agar aku bisa selalu dijalanMu. Ya Allah aku percaya akan semua takdir dan rencanaMu. Dan aku tau semua akan Indah pada porsi dan ukurannya Masing-Masing. Aamiin"
Tak lupa aku membaca dzikir juga shalawat, setelah membaca tasbih dan Qalam ilahi, Mas Adi menghadapku aku langsung mencium lembut tangannya.
Mas Adi mendekatiku lalu mencium keningku lama, tak lupa dia membacakan doa yang tidak aku ketahui sama sekali.
"Naii.. "ucapnya pelan.
"Iya Mas" aku pun mengangkat wajahku.
"Apa kamu sudah siap" ucapnya yang membuatku bingung.
"Siap untuk apa Mas" kataku heran.
Mas Adi semakin mendekat dan memelukku, dia mencium hidungku dan saat itu juga mata kami saling bertemu.
"Hem Maaf Mas aku... Aaakkuu.. Akkuu" ucapku terbata setelah aku tau maksud dari ucapannya itu.
"Hem Kalau kamu belum siap gak masalah Nai, Mas akan menunggu kapan pun itu" Mas Adi pun berdiri dan aku langsung menarik lengannya pelan.
Aku ikut berdiri dan sekarang kami saling berhadapan. Mas Adi menatapku dengan sedikit memainkan alisnya.
'Duuhhhh Mass tatapan kamu itu selalu bikin aku pengen terbang bareng burung merpati dehhh'
Aku membuka mukena yang menjadi penutup kepalaku, dan Mas Adi menatapku dengan muka datar. 'Haissh Mas Kamu emang ga tergugah apa' batinku tak terima melihat ekspresinya yang sama sekali tidak memberikan kesan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
SpiritualAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...