- Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar - (Q.S An-Nisā'):40)
***
Perkenalkan namaku Naina Wulandari, Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahku adalah seorang karyawan di salah satu Perusahaan swasta, dan Bundaku seorang Ibu Rumah Tangga. Kedua kakakku Bernama Hasan dan Husain. Mereka kembar, dan usia mereka hanya terpaut lima menit saja. Walau diusia yang masih muda yaitu dua puluh lima tahun Kakak-kakaku sudah memiliki gelar sarjana. Usiaku kini menginjak umur dua puluh tahun, dan aku sedang menyusun skripsiku dan sebentar lagi aku akan menyusul gelar sarjana seperti kakak - kakakku.
Keluargaku bukan keluarga yang kaya raya, yang memiliki banyak harta. Keluargaku hanya keluarga yang sederhana.
Ayah dan Bunda terampil mengelola keuangan keluarga, itu sebabnya kami merasa tercukupi.
'hem sudah siap, aku harus segera menyusun laporan ku. Kalau telat aku bakalan kena hukuman sama pak dosen kiler'
Aku segera menutup laptopku dan menaruhnya dalam tas ranselku.
Aku bergegas ketempat Fotocopy yang ada didekat kampusku.
"Bang tolong printkan folder yang udah aku tandai "OK" ya" aku langsung menyerahkan Flasdiskku.
"Oke tunggu ya" katanya sambil membuka file ku.
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Print'nan ku sudah siap.
"Berapa bang?" Tanyaku setelah melihat tugasku selesai di print.
"Tiga puluh dua ribu neng" jawab abang itu seraya mengembalikan fdku kembali.
"Terimakasih bang.."
Setelah menyerahkan selembaran uang, aku segera bergegas masuk kembali keruang kelasku. Beberapa menit lagi kelas akan dimulai. Aku segera berlari kecil kelorong sekolah.
Brukkkkkkk...
Aku terjatuh bersamaan dengan orang yang kutabrak tadi, untung saja hardcopy yang kupegang tidak ikut terjatuh dan langsung kupegang erat.
"Maaf ya, kamu gak apa apa kan?" Tanyanya lembut.
"Ga apa apa ko, lagian yang harusnya minta maaf itu saya" kataku pelan.
Kami berdua berdiri secara bersamaan. Setelah itu aku melirik seorang yang telah kutabrak tadi.
"Mba Farisa?" Aku tercengang melihat wanita yang ada dihadapanku, orang yang amat kukenal dulu.
"Eh iya, kamu kok kenal aku?" ucapnya yang terlihat bingung.
"Dulu mba kan senior aku waktu di sekolah menengah kejuruan,"
"Oalah ternyata kita dulu satu sekolah ya.."
"Hehe iya mba, cuman beda angkatan aja," ucapku tersenyum kikuk.
"Kamu kuliah disini? Oh iya nama kamu siapa?" tanyanya lagi.
"Aku kuliah disini, namaku Naina mba" kataku sambil tersenyum. "Mba sendiri kuliah disini juga?" Tanyaku padanya.
"Hem ngga, Mba emang sengaja antar makanan ke suami mba yang memang mengajar disini." ucapnya seraya tersenyum padaku.
Aku menutup mulutku mendengar ucapannya barusan, "Mba udah punya suami?"
"Iya mba sudah menikah dua tahun yang lalu."
Aku hanya ber oh ria, Mba Farisa adalah kakak seniorku dulu sewaktu aku duduk dibangku sekolah menengah. Dia aktif di Ekstrakulikuler yang ada disekolah dulu, tidak hanya itu dia sangat paham agama sangat jauh berbeda denganku, mangkanya dia lebih banyak dikenali seantero sekolah.
Tidak hanya itu, Mba Farisa sangat manis dengan lesung di pipinya, itu sebabnya dia menjadi primadona disekolah. Tapi ada hal lain yang membuatku mengenalinya, bukan karna dia populer lebih tepatnya masalah hati.
Kulihat jam tanganku dan yap aku ketinggalan beberapa menit mata kuliahku.
"Aduh maaf ya Mba.. Aku harus masuk kelas, udah telat dua belas menit nih.." ucapku seraya pamit dan langsung pergi.
Mba Farisa hanya tersenyum geli melihat kepanikanku.
'Aduh ceroboh banget sih, tenang tenang Nai.. Pak Faisal tidak akan memakanmu walau dia termasuk dosen killer sekalipun.. Pasti dia memaafkanku'
Tok.. Tok.. Tok..
"Assalamualaikum, maaf pak saya telat.." aku hanya menunduk.
Setelah terdengar ucapan salam dari teman temanku yang lain aku pun hendak pergi ke mejaku.
"Hey kamu, siapa yang sudah mengijinkan untuk ke tempatmu" aku terhenti saat mendengar suara khas lelaki yang menurutku tidak asing ditelinga. Tapi ini bukan suara pak Faisal yang biasa ku dengar.
"Saya mau ikut belajar pak" jawabku gugup dan tetap menunduk.
Hm tidak biasanya Pak Faisal begini, kalau ada Mahasiswa yang telat pun beliau akan langsung menyuruhnya masuk dan duduk.
"Perhatian untuk semuanya, kalian harus ingat Peraturan ini, saya tidak ingin peraturan yang saya buat disamakan dengan Dosen yang lainnya. Kalian mengerti!" ucapnya tegas membuatku bergedik ngeri. Pasalnya aku baru sadar bahwa yang menjadi dosenku hari ini adalah dosen baru dan bukan Pak Faisal.
'Tamatlah Riwayatmu'
"Dan kamu kenapa baru masuk kelas, kamu tidak melihat jam? Atau mata kamu sudah tidak berfungsi hingga membuat kamu kesasar di kampus ini" ucapnya dengan nada geram.
Aku hanya menunduk, bagaimana bisa ada seorang dosen yang berkata kasar dihadapan mahasiswanya.
"Kenapa menunduk? kamu kesal sama saya?" Tanyanya padaku, aku hanya diam mematung. Entah aku harus menjawab apa saat ini.
"Maaf pak.." hanya itu yang keluar dari mulutku.
"Saya maafkan kamu, lain kali kau harus lebih tepat waktu. Saya benci orang yang lamban dan membuang waktu."
"Terimakasih pak.." Aku pun pergi ke mejaku dan langsung duduk disamping sahabatku.
"Naina kamu ko telat sih, gak biasanya kaya gini" Tanya Fira.
"Tadi aku ke tempat Fotocopy'an dulu, semalam aku ketiduran dan gak sempat deh keluar rumah"
"Oke oke, Yaudah buka geh buku kamu."
Aku hanya mengangguk dan mengambil buku mata kuliah sesuai jadwal.
"Oh ya Fir, dia siapa sih ngeselin banget. Kan aku belum pernah dibentak bentak kaya gitu, apalagi dihadapan teman teman sekelas." ucapku seraya menatap pada dosen yang sedang sibuk mengutak atik laptop dihadapannya. Tapi sepertinya wajah itu tak asing bagiku, apa aku mengenalnya? Entahlah aku tidak ingat.
"Itu Pak Aditya dia dosen baru yang menggantikan Pak Faisal, soalnya Pak Faisal pindah mengajar dikampus lain.. "
Deg..
Aku mengangguk tanda mengerti. Setelah itu pelajaran kami pun dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
EspiritualAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...