"Keyakinanku Kepada-Nya membuatku tenang, Berharap padamu membuatku sesak"
Semuanya telah berlalu, kini pernikahanku sudah berlangsung dua bulan lamanya.
"Naina, kamu kok belum hamil?" ucap Mba Farisa padaku.
Aku sempat terdiam 'Bagaimana bisa hamil? Sejak awal menikah aku dan Mas Adi tidak pernah satu ranjang'
Kulirik Mas Adi yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Hem mungkin belum waktunya Mba" ucapku yang langsung mendapat tatapan dari Mas Adi.
"Nih tiket pesawat"
"Buat apa mba?"
"Aku mau kamu segera hamil, dan kalian berdua bisa bercerai ketika anak itu sudah lahir" ucapnya membuat air mataku jatuh perlahan.
Aku langsung mengusap air mataku. "Iya Mba doain semoga aku bisa langsung hamil." Tanpa ada kata sepatah pun Mas Adi pergi meninggalkan kami berdua.
"Ingat ya Naina, Mas Adi hanya akan menjadi milikku. Persiapkan keberangkatan kalian dengan segera"
Aku merapikan pakaian seperlunya, jujur aku masih belum siap. Mas Adi tiba-tiba saja masuk kedalam kamarku.
"Kita akan berangkat dua jam lagi, pesawat akan take on. Kita tidak boleh terlambat naik pesawat"
Ucapnya mengambil beberapa pakaiannya yang memang ada dikamarku.
"Mas Adi" dia menoleh padaku.
"Apa"
"Sebelum berangkat aku mau jenguk kak Hasan dirumah sakit, boleh kan"
"Ya" itu kata terakhir yang diucapkannya, dia langsung berlalu meninggalkanku dengan sakit dan sesak yang sama.
Kami berdua kini tengah berada ditempat kakak dirawat, kucium tangannya yang dingin.
"Naina" dia membuka matanya perlahan.
"Iya kak, Alhamdulillah kakak sudah sadar" aku mencium kening Kak Hasan.
"Kakak Pasti sembuh" ucapku lagi dengan sedikit tetesan air mata yang jatuh begitu saja.
Kak Hasan hanya mengangguk dan setelah itu dia tertidur kembali.
"Naina, 30 menit lagi pesawat lepas landas. Ayo berangkat" Mas Adi lebih awal berjalan meninggalkan ruangan itu.
"Dokter, Tolong jaga Kakak Ipar saya dengan baik. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dokter tanggung sendiri" Ancam Mas Adi kepada dokter tersebut.
"Hm Maaf dokter, saya minta tolong dokter untuk menjaga kakak saya selama saya tidak menjenguk beliau disini. Terimakasih juga telah merawat kakak saya sampai saat ini dan.." ucapanku terhenti ketika Mas Adi menarik paksa tanganku.
"Aws Mas Sakit"
"Kamu tuh lama banget, ngapain minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
SpiritualAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...