"Rasa nyaman ada, dikarenakan rasa aman"
~Naina~
***
Sejak kejadian kemarin saat Adi meninggalkan rumah, Naina hanya merenung. Entah apa yang terjadi pada kehidupannya, mengapa hidupnya sangat menyedihkan.
Naina terus mencari tahu dimana keberadaan kakaknya, dia benar benar ingin mendengar semua jawaban yang dipertanyakan dalam hati dan pikirannya.
"Nonya mau kemana?"
"Saya mau mencari kakak saya bi, Nai titip rumah ya" Naina menghela nafas dalam - dalam. "Jika Mas Adi pulang beritahu dia, Nai hanya pergi sebentar"
"Saya akan menemani nyonya"
"Tidak, tidak perlu. Bibi tetap disini!" Naina berjalan meninggalkan ARTnya.
"Nyonya tunggu"
"Aku kan sudah bilang, bibi tetap diam didalam rumah!" Naina sedikit menaikan volume suaranya.
"Mmmaaf nyonya, tapi kalau ada sesuatu yang menimpa nyonya bagaimana? Nyonya sedang hamil besar, lebih baik saya temani ya"
"Tidak usah bi, jika bibi ikut, Nai akan marah sama bibi!" Naina meninggalkan ART yang masih menunduk hormat.
Naina memberanikan diri membawa kendaraan roda empat dalam keadaan hamil besar.
Dia sempat menarik nafasnya perlahan ketika menyalakan mesin mobil.
'Aku hanrus menyelesaikan kesalahpahaman dalam hubunganku dengan Mas Adi'
Entah kemana Naina akan mencari keberadaan kakak kandungnya, Hasan.
Yang pasti dia akan cepat bertemu dengan kakaknya, dia ingin meminta penjelasan dengan sejelas jelasnya.Drttt..
Naina menghentikan roda empatnya saat ada panggilan telepon masuk.
"Nomor siapa ini?" Tanpa pikir panjang Naina langsung menekan tombol hijau.
"Assalamualaikum.. Hallo ini siapa ya?" Tidak ada suara. "Baiklah saya tut.. "
"Jangan Nai.. " ucap disebrang sana.
"Mohon maaf anda siapa?"
"Ini aku vano nai, kamu apa kabar?"
"Oh dokter vano, Alhamdulillah aku baik dok"
"Alhamdulillah kalau begitu, oh ya kamu lagi dimana Nai?"
Naina menghela nafas panjang, dia bingung harus memberitahukannya atau tidak.
"Aku lagi dirumah dok" ucap Naina berbohong, Naina menghentak hentakan jarinya dikemudi. Dia gugup dan merasa bersalah karna sudah berani berbohong.
"Hmm"
Naina langsung mematikan sambungan dengan sepihak, dia tidak ingin mendapat pertanyaan lagi yang akan berakibat dengan kebohongan yang berkepanjangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
EspiritualAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...