"Mas aku merindukanmu," Naina mengecup kening suaminya yang masih setia menutup mata.
Naina mengelus lembut lengan kekar adi, terasa dingin dan itu membuat hatinya merasa sakit.
"Naina," ucap Hasan tiba tiba, sontak Naina langsung melihat asal sumber suara.
"Sayang, jangan menangis" Naina tau putrinya membutuhkan ASI saat ini.
"Aku keluar sebentar," Naina membawa keluar putrinya, mencari ruang khusus wanita.
"Van, lebih baik kau pulang" Hasan menggoyangkan bahu kekar vano.
"Huammm, aku masih mengantuk" ucap Vano tanpa membuka matanya.
"Terserah."
Hasan mendekati Adi yang terbaring, ia tersenyum miris melihat keadaan lelaki yang ada dihadapannya.
"Hey adik ipar, apa kabarmu? Sepertinya aku tidak mengenalmu ck. Lihatlah dirimu, penampilanmu sungguh mengenaskan, bukankah kau seorang pengusaha yang mempunyai segudang kharisma? Kupikir kau lelaki biasa saja, tidak ada yang harus dibanggakan dari penampilanmu," Hasan berucap seolah Adi mendengarnya.
"Tapi aku salut padamu, kau bisa membuat adikku benar benar sangat mencintaimu" Hasan tersenyum hambar.
"Kau harus sembuh, kau harus bangun, kau harus bertanggung jawab karna telah membuat adikku sangat mencintaimu!"
"Kau harus tau, aku tidak pernah sekalipun membencimu ataupun berniat untuk menghancurkan rumah tangga kalian, aku hanya ingin Naina bahagia" Vano membuka matanya melihat Hasan berbicara dengan adi, ia pikir adi memang sudah sadar dari komanya.
"Maafkan aku. Aku minta kau harus sembuh dan segera pulih, anggap saja ini perintah kaka ipar kepada adik iparnya, bukankah kau ingin memeluk putrimu?" Hasan mengusap cepat airmatanya.
Vano menatap hasan dari kejauhan, "Seberuntung itukah seorang Adi dimata semua orang? Aku iri padamu di" ucapnya pelan.
Vano mendekati hasan seraya memukul pundaknya pelan.
"Aku sangat menginginkan posisi Adi saat ini, sepertinya sangat menyenangkan" ucap vano asal.
"Kau tidak waras? Apa kau juga ingin koma sepertinya huh!" Hasan menggelengkan kepalanya, ia tidak habis pikir dengan ucapan Vano.
"Tidak, bukan seperti itu. Aku hanya iri, Adi disekelilingi dengan orang orang yang mencintainya dengan tulus" Vano berucap jujur. Hasan mengangguk setuju.
"Ya. Kau benar, tapi tidak dengan kondisi seperti ini," Hasan mendengus kesal.
Selang setengah jam berlalu, Naina kembali keruangan dimana adi dirawat.
"Assalamualaikum," ucapnya membuat kedua lelaki yang bersandar dikursi menatapnya dan langsung membalas salamnya.
"Wa'alaikumsalam.. "
"Lebih baik kau pulang naina, Aku dan vano yang akan menjaga Adi disini"
"Tidak kak, aku masih ingin menunggunya, aku ingin menjadi yang pertama ketika ia membuka matanya," ucapnya senang. "Lihat, putriku juga sudah tidak sabar ingin menemui ayahnya" Naina memangku putrinya senang, Naina menggenggam lengan adi.
"Kau ingin menyentuh putrimu?" Naina bertanya pada Adi yang sama sekali tidak merespon ataupun membuka matanya.
Naina mendekatkan jari kecil putrinya pada lengan Adi, Vano dan Hasan yang melihat itu memalingkan wajah karna terharu.
"Kau lihat putrimu ini, dia menunggumu membuka mata, ia ingin berada dipangkuanmu, kau tau aku belum memberikan nama untuknya, karna itu hak seorang ayah dan kau harus segera bangun mas," Naina tersenyum dan mengusap airmatanya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
SpiritualAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...