♥Part27♥

3.8K 145 6
                                    

"Aku bisa saja pergi dan membiarkanmu hidup dengan cintamu, tapi aku tidak akan membiarkan cintaku mati hanya karna mencintaimu"

***

Naina pov_

Aku masih ingat bagaimana mas Adi menolakku dan enggan mengantarku untuk cek up kedokter kandungan, aku kecewa atas penolakannya.

Aku tau kau tidak pernah menganggapku ada, setidaknya jangan biarkan anakmu seperti telah tiada.. 

Aku merapikan ruang makan dan menata masakan yang ARTku buat, karna aku dan Mba Farisa sedang mengandung jadi Mas Adi mencari asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumah.

"Sudah nyonya biar bibi saja yang buat" aku hanya tersenyum.

"Gak masalah bi, selagi aku mampu aku akan melakukannya"

"Nyonya sedang mengandung tidak baik banyak gerak, nanti nyonya akan merasa kelelahan" aku hanya mengangguk dan duduk dimeja makan.

"Bi nanti panggil Mas Adi dan Mba Farisa ya" Bi Asih langsung mengangguk.

Selang beberapa menit Mba Farisa keluar dari kamarnya, dia sangat cantik..

Pantas saja Mas Adi sangat mencintainya.

"Selamat pagi istri yang terlantar" Mba Farisa tersenyum sinis padaku.

Miris sekali dirimu Naina..

"Selamat pagi mba" sekuat tenaga aku memberikan senyumanku.

"Selamat pagi semuanya" Kulihat Mas Adi dengan setelan jas dan kemeja yang sangat cocok dan berwibawa saat dikenakan olehnya.

Nak, lihat ayahmu sangat tampan kan..

Aku tersenyum dan mengelus perut buncitku.

"Mas penampilan kamu luar biasa, mampu buat aku jatuh cinta pada saat di SMK dulu" Mba Farisa menekankan kata SMK yang membuatku mengingat kejadian dimana pertama kali aku jatuh hati pada Mas Adi.

"Kamu luar biasa cantik dan tidak hanya itu kamu juga pintar menggoda suamimu sendiri ya" aku yang mendengar itu hanya bisa menunduk, menunduk dan menunduk.

"Aku menggoda suamiku agar tidak ada yang merebutnya dariku" aku menatap mba farisa kesal.

"Aku permisi" aku segera meninggalkan meja makan dengan tergesa gesa.

"Naina tunggu" Mba Farisa mengejarku dan aku terus berlari kecil menuju halaman rumah.

Bruk..

Terdengar suara benturan keras tepat dibelakangku, aku tidak perduli dan terus berlari kecil, langkahku terhenti ketika Mba Farisa menjerit meminta tolong.

"Mas tolong mas, hiks sakit mas" aku segera membalikan badan, alangkah terkejutnya aku setelah melihat mba farisa terlentang dilantai dengan bersimpuh darah di baju gamisnya.

"Mba Farisa" aku memegang tangannya.

"Sakit hiks sakit"

Ya HannanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang