"Aku sulit menemukanmu lewat mata, karna aku lebih mudah menemukanmu dalam diam"
"Kamu ada ada saja Naina" Aku hanya terkekeh."Oh ya dokter vano sedang apa disini" aku bertanya padanya dan seketika membuatnya merasa kebingungan.
"Hm anu.. Tadi saya abis olahraga keliling komplek ini, saya suka komplek ini karna bersih dan ramah lingkungan" kulihat dokter vano dari atas sampai bawah memang dirinya hanya menggunakan kaos sport dan celana training sebawah lutut.
"Kamu kenapa" ucapnya sembari memperlihatkan deretan Giginya yang putih bersih.
"Duh bukan gitu" ucapku salah tingkah.
"Kalian disini cuman berdua"
"Berempat" ralatku cepat.
"Berempat?" tanyanya sambil melihat ke kanan dan ke kiri.
"Iya, Ada Aku, Kak Hasan, dokter vano dan anakku" ucapku sambil mengelus perut buncitku
"Duh kirain sama suami kamu" mendengar kata suami aku langsung menunduk sedih.
"Kamu kenapa Naina" ucapnya lagi.
"Gpp dok"
"Duh iya aku lupa, Kakak belum makan. Dokter tau gak tukang bubur dipengkolan komplek tadi buka gak ya""Hem kebetulan tadi saya lewat sana, warung buburnya sudah buka kok"
"Kamu mau beli disana?" ucapnya lagi."Iya dok biasanya aku buat sendiri, cuman aku sedang tidak mood untuk mencium bau dapur"
"Gimana kalau saya antar kalian, lagian kamu sedang mengandung pasti lelah dorong kak hasan sampai sana" aku sempat berpikir, memang jaraknya tidak terlalu jauh namun mampu membuat kaki ibu hamil sepertiku langsung letih.
"Yaudah deh, karna dokter maksa aku mau dok" ucapku cengengesan.
"Padahal saya gak maksa loh" ucapnya yang membuatku sedikit kesal.
"Tapi kan dokter vano sendiri yang nawarin" Aku langsung menarik kursi roda Kakak. "Yaudah saya permisi dok, Assalamualaikum"
"Eetttts sini biar saya yang bawa"
"Nah gitu dong dok, kan saya jadi enak" aku pun berjalan lebih dulu darinya.
"Dasar cewe antik, Untung ajaa sayaa... " ucapan dokter vano terhenti, karna mendapat tatapan tajam dariku.
Saat berjalan menuju tempat penjual bubur, banyak orang yang melihat kearahku, tepatnya kearah kami bertiga, eh berempat.
Aku risih terlebih lagi, ada yang bilang keluarga bahagialah, keluarga romantislah. Padahal aku dan dokter vanoo. Ah lupakan.
"Pak buburnya 3 ya" ucap dokter vano, aku segera mencari tempat duduk yang kosong.
"Empat" ralatku lagi.
"Kamu lapar?" ucap dokter vano aku hanya nyengir tanpa dosa, padahalkan niatnya hanya untuk kak hasan, dan jaraknya tidak terlalu jauh tapi mampu membuat perutku lapar.
"Kakak aku suapin ya" Aku menyuapi Kakak sesekali menyuapi mulutku, Kakak sudah bisa tersenyum walau sangat tipis.
"Kakak haus ya, bentar aku ambil sedotannya dulu" aku memberikan air kemasan pada kak hasan.
"Kamu sayang banget ya sama kakakmu"
"Aku sayang banget dok, hanya dia yang aku punya" karna sesungguhnya Mas Adi dan Mba Farisa mengacuhkan keberadaan kami saat dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
SpiritualAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...