"Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dialah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
(Q. S Al-Qalam ayat : 7)
***
Pukul empat pagi, Naina sudah terbangun dari tidurnya, dia melihat Hasan dan Vano yang tertidur pulas disofa dalam ruangannya.
Naina merapikan hijabnya dan bergegas untuk membasuh wajahnya agar sedikit lebih segar.
"Naina kau sudah bangun?" ucap Vano melihat Naina yang keluar dari kamar kecil.
"Hm aku baru saja bangun," Naina duduk ditepi ranjang rumah sakit.
"Baiklah, ini sudah adzan subuh belum ya?" Vano melihat jam yang berada dilengannya.
"Kak bentar lagi subuh, Ayo ke masjid," ucapnya seraya membangunkan Hasan.
"Hmm," Hasan terbangun dan melihat Naina yang sedang memperhatikan mereka berdua.
"Kau sudah bangun," ucapnya seraya mendekati Naina.
"Sudah kak," Naina tersenyum, Hasan mengelus hijab Naina dengan penuh sayang.
"Baiklah, aku akan ke masjid sekalian pulang untuk membawa baju ganti untukmu," Hasan beranjak, namun lengannya dicekal kuat oleh Naina.
"Kak," Hasan menoleh dan kembali terduduk. "Maafkan Nai, Kak maafkan nai hiks." Naina memeluknya erat, tanpa pikir panjang Hasan segera membalas pelukan adik kesayangannya tersebut.
"Kenapa kau meminta maaf, kau tidak bersalah Nai," ucapnya seraya melepaskan pelukannya.
"Jangan menangis, kau sudah menjadi seorang ibu sekarang." Hasan mengingatkan Naina, bahwa kini ia sudah menjadi seorang Ibu.
"Aku sayang kakak." Naina memeluk kakaknya kembali, setelah beberapa saat barulah dia mengijinkan Hasan dan Vano meninggalkan ruangannya.
Vano sengaja mengajak Hasan untuk menemui adiknya, Vano lega karna Naina sudah menerima Hasan kembali, memang kenyataannya Hasan tidak sepenuhnya salah atas kebohongan tentang penyakitnya.
"Van," ucap Hasan seraya menepuk bahu Vano.
"Iya.." Hasan memeluk Vano dan mengucapkan kata terimakasih.
"Gua salut sama lu, terimakasih banyak udah mau bantuin gua untuk menyakinkan Naina." Vano tersenyum seraya melepas pelukannya.
"Ini semua karna Naina perempuan baik, dia pantas mendapatkan kebahagiannya"
"Kau benar," jawabnya antusias.
"Apa yang kau akan lakukan selanjutnya?"
"Aku akan menjodohkan Naina denganmu, kau lebih pantas untuk Naina," ucapnya tegas.
"Dia sudah memiliki suami, aku tidak akan menikahi Naina!" Hasan yang mendengar jawaban Vano hanya menaikan alisnya.
"Kau pikir aku akan menikahkah adikku saat dia sudah memiliki suami? Bukan seperti itu maksudku, aku akan meminta Adi untuk menceraikan Naina"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
SpiritualAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...