Aditya pov_
Kami tiba dirumah, aku membawa Kak Hasan menggunakan kursi rodanya.
"Kak Hasan, Kakak sekarang tinggal bersama kami" ucapku disebelahnya. Tatapan Kak Hasan kosong dan hanya menatap lurus kedepan.
"Assalamualaikum Kak Hasan" ucap Naina mencium tangan kak hasan dan memeluknya.
"Mas Aku kedapur dulu ya mau masak" Farisa meninggalkan Kami dan berlalu begitu saja.
"Naina kan aku udah bilang kamu istirahat kenapa kamu kebawah"
"Aku kangen kakak Mas, Aku mau ajak Kak Hasan keliling taman belakang, hmm boleh kan Mas"
Aku tidak tega melihat Naina memohon seperti ini, Lagipula dia hanya mengajak Kakaknya ketaman belakang rumah.
"Hem Baiklah, tapi jangan terlalu memaksa kalau kamu kelelahan kamu langsung panggil Farisa atau bibi, Aku mau kekantor." ucapku padanya, karna memang aku harus kekantor, karna pukul jam dua siang aku harus rapat bersama pihak perusahaan yang menanamkan sahamnya padaku.
"Makasih Mas" ucap Naina kemudian mencium lembut tanganku.
***
Naina pov_
Aku senang karna Kak Hasan sudah berada dirumah, itu tandanya aku bisa setiap saat merawat dirinya.
Aku sengaja membawa kakak ke taman belakang rumah, karna taman disini memang indah dan sejuk.
"Kak Hasan kita duduk disini ya" aku berhenti mendorong kursi roda dan duduk disamping kak Hasan.
"Kakak tau gak, Kakak bakalan punya keponakan. Disini ada anakku kak" ucapku seraya menempelkan tangan kak hasan keperut datarku.
"Kakak mau bayinya laki laki atau perempuan" ucapku terus menatap kak hasan yang hanya menatap lurus kedepan.
"Kak aku rindu suara kakak hiks" aku memeluk kakak erat.
"Kakak juga tau gak, kalau misalnya aku sudah menyatakan cintaku pada Mas Adi. Ya tepatnya saat kami berbulan madu, Namun sepertinya cintaku bertepuk sebelah tangan" Aku melepas pelukanku.
"Aku benar benar rindu kakak" aku menangis sejadinya jadinya, toh kak hasan juga tidak akan mengetahuinya.
Cukup lama dengan kesedihanku, aku membawa kak hasan kembali kedalam rumah.
Setibanya dirumah aku membawa kak hasan kekamarnya.
"Kak Hasan istirahat ya" ucapku seraya membaringkannya.
Aku menutup tubuhnya dengan selimut dan menetralisasikan suhu udara dikamar ini.
"Aku gak bakalan tinggalin kakak sebelum kakak tidur" ucapku seakan kak hasan mendengarnya.
Namun perkiraanku ternyata benar kak hasan pasti mendengar ucapanku, ternyata ia langsung terlelap. Aku mengusap dan mencium kening kakak lama.
"Selamat tidur kak, Nai sayang kakak"
Aku berniat membantu Mba Farisa didapur.
Pranggg...
"Ya Allah Mba Ica kenapa?" ucapku dan menghampirinya.
"Gak tau kepalaku pusing"
"Mba lebih baik aku antar kekamar ya"
Saat aku membawanya kekamar Mba Farisa tiba tiba pingsan yang membuatku terkejut.
"Bi, Biii bantu Naina bi" ucapku berteriak dan ART itu segera membantuku untuk membawa Mba Farisa kekamarnya.
Aku segera menghubungi dokter juga Mas Adi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
SpiritualAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...