♡Part40♡

4.3K 129 2
                                    

"Malu...?? " Vano mendekati Farisa yang berjarak hanya beberapa langkah darinya.

Adi menghentikan langkahnya dan menatap lelaki itu dengan tajam.

"Apa yang kau tau tentang dia," ucap Adi seraya melirik Farisa.

Vano mengangkat sebelah alisnya, "Mungkin segalanya" kini ia melirik Farisa yang terlihat jelas sedang mengkhawatirkan sesuatu.

"Aku ingin mendengarnya.." Adi menatap Farisa yang tertunduk mendengar ucapannya barusan.

"Dia itu orang yang sudah merenggut nyawa kak Husain!"

Bugh.. Satu pukulan mendarat dirahang tegas Vano, "Farisa tidak mungkin melakukannya!"

Vano tertawa sembari mengusap darah yang keluar dari hidungnya, "Beberapa saat lalu aku sudah mengatakan jika dia bukan perempuan yang baik, kau sudah salah menilai dia. Kau buta atas nama cinta!"

"Aku tidak suka basa basi!!!" Adi mengusap wajahnya kasar, "Siapa yang sudah menyuruhmu untuk mengatakan kata kotor seperti tadi!" Adi mencekal kerah kemeja Vano.

Vano melepaskannya dan meninju balik rahang Adi, "Kau sudah dibutakan oleh dia!" Vano menunjuk wajah Farisa. "Kau tidak mencintainya kau hanya berambisi untuk selalu bersamanya!" Farisa menatap tajam Vano.

Vano berlalu meninggalkan Adi yang masih menatapnya tajam, dia tidak memperdulikan kepergian Vano dan beralih menatap Farisa yang terlihat pucat.

"Aku ingin mendengarnya langsung darimu, kumohon jangan sembunyikan apapun dariku!" Adi memegang lengan Farisa, "Jawab icaaa.. " Farisa menatap suaminya takut.

"Aaakuu.. Sebenarnya.. Anuuu Mass hm" ucapnya terbata.

"Ica aku mohon katakan sesuatu." Adi menghembuskan nafasnya kasar, Farisa masih saja menunduk dan enggan berbicara.

"Kalau kamu diam seperti ini, berarti ucapan Vano itu benar." Adi meninggalkan Farisa yang menatap kepergiannya.

"Mas tunggu aku" Farisa mengejar langkah suaminya.

"Aku akan menjelaskannya mas... " Adi berbalik dan menatap Farisa lekat.

"Apa yang ingin kau bicarakan ica? Aku akan mendengarkannya sekarang," ucapnya setenang mungkin.

Saat Farisa ingin berbicara, dokter sarah keluar dari ruangan tempag dimana Naina dirawat.

"Maaf pak Adi, Pasien sudah sadarkan diri dan ia ingin berbicara dengan Anda," tutur sarah salah seorang dokter yang menangani Naina.

"Alhamdulillah, jadi Naina sudah sadar dok?," ucap Adi senang.

Farisa membeku, jujur dia sangat takut jika Naina akan mengambil Adi darinya.

"Iya pak, semuanya memang terjadi atas kehendak-Nya, dan berkat cinta suamilah yang membuat pasien sembuh, terutama anak yang baru saja dilahirkannya."

Dokter Sarah tersenyum kepada Adi dan Farisa, "Baiklah saya permisi." dokter tersebut meninggalkan keduanya.

"Alhamdulillah.. Terimakasih Ya Allah, Engkau sudah menyelamatkan nyawa Naina." Adi memeluk Farisa yang membeku, "Aku sudah menjadi seorang ayah icaa.. "

Farisa mendengarnya dengan haru, dia membalas pelukan suaminya tak kalah erat.

"Aku akan menemui Naina." Adi melepaskan pelukannya, dan meninggalkan Farisa diluar ruangan.

Adi membuka perlahan pintu ruangan dimana Naina dirawat, terlihat Naina yang sedang berbaring dengan selang infus dipergelangan lengannya.

"Mas.. " ucap Naina pelan, dia meremas selimut yang menutupi setengah tubuhnya.

Ya HannanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang